5 Keris Bali Sakral yang Mengandung Nilai Historis Daerah

Keris menjadi benda pusaka yang memiliki filosofis

Mungkin pembaca gak ada yang tahu, bahwa UNESCO (The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) telah menetapkan keris Indonesia sebagai warisan budaya dunia non-bendawi manusia pada tahun 2005. Pada zaman dulu, keris adalah senjata tradisional dan kini menjadi pusaka yang memiliki nilai historis, seni, hingga filosofis. Makanya ada beberapa masyarakat daerah di Indonesia juga menyakralkan keris tersebut. Contohnya, di Bali.

Banyak keris yang berasal dari warisan leluhur dan dirawat sebagai bentuk penghormatan. Berikut ini 5 keris Bali sakral yang mengandung nilai historis daerah.

Baca Juga: 5 Jenis Wayang Kulit di Bali, Ada yang Prosesi Ngundang Leak

Baca Juga: Sejarah Tradisi Ngerebeg Keris Ki Baru Gajah di Kediri Bali

1. Keris Ki Baru Gajah

5 Keris Bali Sakral yang Mengandung Nilai Historis DaerahKeris Ki Baru Gajah saat prosesi Tradisi Ngerebeg. (YouTube.com/Puri Kediri)

Keris Ki Baru Gajah merupakan pemberian dari Dang Hyang Dwijendra kepada bendesa (kepala desa) Desa Beraban di Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. Keris ini dulunya digunakan sebagai senjata untuk membunuh Ki Bhuta Babahung. Karena Ki Bhuta Babahung berkepala gajah, maka keris ini dinamakan Ki Baru Gajah. Keris ini kini distanakan (ditempatkan) di Puri Kediri.

Keris Ki Baru Gajah erat kaitannya dengan Tradisi Ngerebeg yang dilaksanakan pada Hari Raya Kuningan. Dalam prosesi Tradisi Ngerebeg, Keris Ki Baru Gajah akan diusung warga dari Puri Kediri ke Pura Luhur Pakendungan dengan berjalan kaki sejauh 11 kilometer.

Keris ini diyakini memiliki kekuatan untuk mengusir berbagai macam hama penyakit. Karena itu, Tradisi Ngerebeg harus dilaksanakan agar wilayah Kediri terbebas dari hama penyakit dan warganya hidup sejahtera.

2. Keris Ki Walung Singkal

5 Keris Bali Sakral yang Mengandung Nilai Historis DaerahIlustrasi keris. (instagram.com/keris_mesari)

Keris Ki Walung Singkal adalah keris pusaka dari Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar. Keris ini sekarang ada di Neka Art Museum.

Keris Ki Walung Singkal erat kaitannya dengan seorang tokoh bernama Ki Walung Singkal dari Desa Taro. Kala itu, Kerajaan Majapahit yang dipimpin Gajah Mada, mengekspansi dan berhasil menundukkan kerajaan tertua di Bali bernama Kerajaan Bedahulu (Kerajaan Bedulu) pada masa Pemerintahan Sri Astasura Ratna Bumi Banten (Sri Tapa Ulung atau Dalem Bedahulu). Lalu keturunan terakhir di Kerajaan Bedahulu (cucunya Dalem Bedahulu) bernama Dalem Makambika, melakukan pemberontakan. Ia dibantu oleh perdana menteri Kerajaan Dalem Bedahulu bernama Ki Walung Singkal, dan Raja Jayanegara berjulukan Kala Gemet.

Pemberontakan itu berhasil dikalahkan oleh pemimpin yang menguasai Palembang, Arya Damar. Ia adalah bawahannya Kerajaan Majapahit. Namun korban jiwa dari pihak Majapahit sangat besar karena pemberontakannya berlangsung sengit.

Sikap ksatria Walung Singkal ini, oleh warga Taro, dijadikan sebagai suri teladan dan diwujudkan dalam bentuk keris yang diberi nama Ki Walung Singkal.

3. Keris Ki Sudhamala atau Ki Bengawan Canggu

5 Keris Bali Sakral yang Mengandung Nilai Historis DaerahIlustrasi keris. (instagram.com/keris_mesari)

Seperti dikutip dari laman Desacanggu.badungkab.go.id, Keris Ki Sudhamala atau Ki Bengawan Canggu merupakan keris pemberian Raja Majapahit kepada patih dari Kerajaan Bali. Keris ini erat kaitannya dengan keberadaan Desa Canggu di Kabupaten Badung.

Diceritakan, Majapahit mengundang para raja di Bali ketika kerajaan Bali masih dikuasai oleh Raja Sri Semara. Raja Sri Semara lalu mengutus Kiai Petandakan untuk memenuhi undangan tersebut.

Kiai Petandakan menerima pemberikan keris sakti bernama Keris Ki Sudhamala dari Majapahit. Dalam perjalanannya ke Bali, keris tersebut terjatuh di Bengawan Canggu (pelabuhan di Kerajaan Majapahit). Dengan kesaktiannya, Kiai Petandakan menarik keris tersebut sehingga berhasil kembali ke tangannya.

Karena itu, keris tersebut diberi nama Ki Bengawan Canggu. Setelah tiba di Bali, rombongan Kiai Petandakan beristirahat di sebuah wilayah sambil membawa Keris Ki Bengawan Canggu. Tempat istirahat ini kemudian dikenal dengan nama Canggu.

4. Keris Ki Pencok Sahang

5 Keris Bali Sakral yang Mengandung Nilai Historis DaerahIlustrasi keris. (instagram.com/keris_mesari)

Keris Ki Pencok Sahang atau Taring Naga Basuki merupakan pusaka dari Puri Blahbatuh, Kabupaten Gianyar. Keris ini berawal dari kisah Ni Gusti Ayu Kalner, istri panglima perang dari Kerajaan Bedahulu bernama I Gusti Ngurah Jelantik Bogol, yang menemukan sebatang kayu pada saat mandi di sungai. Kayu itu dibawa pulang, dan dibelah untuk dijadikan sebagai kayu bakar.

Namun istrinya menemukan sebilah keris begitu kayu tersebut dibelah. Saat itu terdengar sabda dari langit, bahwa keris tersebut adalah anugerah dari Bhatara Toh Langkir yang merupakan taring dari Naga Basuki. Keris ini kemudia diberi nama Ki Pencok Sahang karena terdapat di tengah kayu (sahang).

Keris ini digunakan untuk membunuh seorang sakti mandraguna dari Nusa Penida bernama Ki Dalem Bungkut. Ia hanya bisa dibunuh oleh taring Naga Basuki, yang tidak lain adalah Keris Ki Pencok Sahang.

5. Keris Ki Baru Semang

5 Keris Bali Sakral yang Mengandung Nilai Historis DaerahIlustrasi keris. (instagram.com/keris_mesari)

Keris Ki Baru Semang merupakan pusaka dari Puri Agung Buleleng yang telah ada sejak tahun 1855. Keris ini merupakan keris pusaka milik Raja Buleleng, Ki Gusti Anglurah Panji Sakti, yang selalu dibawa selama berkuasa. Keris tersebut pemberian dari ayah Ki Gusti Anglurah Panji Sakti yang bernama I Gusti Ngurah Jelantik.

Diceritakan, bahwa Keris Ki Baru Semang pernah digunakan untuk menggeser kapal yang karam di Pantai Penimbangan, menghentikan hujan abu Gunung Agung turun di Buleleng dengan cara menancapkannya ke tanah, dan menghilangkan hama ulat bulu yang menyerang Buleleng dengan cara air basuhan (wangsuhan) Keris Ki Baru Semang disebarkan ke seluruh desa.

Tuah dari keris-keris pusaka ini masih dipercaya hingga kini, warga turut menjaga dan merawatnya. Keris-keris selalu dibersihkan dan diupacarai setiap Hari Tumpek Landep yang jatuh 210 hari sekali tepatnya pada hari Sabtu, Saniscara Kliwon, Wuku Landep.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya