TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tari Sakral Baris Dapdap dari Buleleng, Masih Lestari

Dipentaskan setiap empat tahun sekali

Pementasan Tari Baris Dapdap di Desa Kubutambahan. (YouTube.com/Urat Nadi Reborn)

Bali memiliki beragam seni tari yang diwariskan oleh para leluhur terdahulu. Seni tari ini terdiri dari seni tari sakral (wali) dan seni tari balih-balihan (untuk hiburan). Seni tari sakral dipentaskan untuk upacara tertentu, dengan kata lain tidak sembarang dipentaskan. Sedangkan seni tari balih-balihan dipentaskan sebagai sarana hiburan semata.

Bali memiliki berbagai seni sakral yang masih dilestarikan hingga saat ini. Satu di antaranya adalah Tari Baris Dapdap. Seperti apa tari sakral ini? Berikut penjelasannya, yang dikutip dari jurnal berjudul Religiusitas Pementasan Tari Baris Dapdap pada Upacara Ngusaba Nunas Sari di Desa Kubutambahan, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng.

1. Tari Baris Dapdap era kaitannya dengan Ngusaba Sari di Desa Kubutambahan

Tari Baris Dapdap merupakan seni tari sakral yang berasal dari Desa Kubutambahan, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng. Desa Kubutambahan dikenal juga dengan sebutan Desa Kawista. Tak hanya Baris Dapdap, desa tua ini memiliki beragam tari sakral seperti Tari Rejang Renteng, Tari Rejang Sari, Calonarang Ratu Ngurah Kelape Sari, Tari Jojor Ratu Gede Siwa, dan Tari Jojor Ratu Ngurah.

Tari Baris Dapdap berkaitan erat dengan pelaksanaan upacara besar Ngusaba di Desa Kubutambahan. Tari sakral ini dipentaskan saat pelaksanaan Ngusaba Nunas Sari di Pura Bale Agung, Desa Kubutambahan. Seperti diketahui, Ngusaba Nunas Sari dilaksanakan setiap empat tahun sekali, bertepatan dengan Purnama Kadasa (purnama bulan kesepuluh dalam kalender Bali).

Tari Baris Dapdap dipentaskan sebagai simbol pengiring sajian atau persembahan yang ditujukan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasi-Nya yang berada di Pura Bale Agung. Selain itu, tari sakral ini juga dipersembahkan kepada kekuatan suci, Ida Sesuhunan Sakti di Desa Besi Mejajar yang ada di seluruh Desa Kubutambahan.

2. Keunikan Tari Baris Dapdap

Tari Baris Dapdap memiliki keunikan dibandingkan dengan tari baris lainnya. Sesuai namanya, tari ini tidak terlepas dari pohon yang disebut dengan Pohon Dapdap atau Dadap (Erythrina Variegata). Berdasarkan Lontar Taru Premana, Pohon Dapdap juga disebut dengan kayu sakti, karena memiliki beragam kegunaan untuk upacara hingga pengobatan tradisional Bali (usada Bali).

Setiap penari Tari Baris Dapdap memegang senjata yang terbuat dari kayu Dapdap. Kayu ini dibuat mirip tongkat komando. Ujungnya memiliki ukiran berbentuk seperti kobaran api. Senjata ini memiliki simbol bahwa setiap manusia harus ikhlas saat memuja Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dan tidak banyak mengeluh (semangat berapi-api).

Pembuatan senjata ini tidak sembarang. Saat pembuatan, diawali dengan memohon izin di pura setempat dan menentukan hari baik. Kemudian dilanjutkan dengan menunjuk pembuat (sangging) untuk membuat tongkat dapdap ini. Setelah tongkat selesai, dilanjutkan dengan upacara penyucian atau pembersihan agar bisa digunakan oleh para penari Tari Baris Dapdap.

Tari Baris Dapdap memiliki gerakan unik yang gesit dan lincah yang selalu memegang tongkat dapdap. Tari ini diiringi oleh tabuh dari Gong Celoneng. Tabuh dengan struktur tempo dulu yang masih dilestarikan hingga saat ini.

Verified Writer

Ari Budiadnyana

Menyenangi hal-hal baru. Menulis salah satu hobi sejak jaman blog. Menulis apa saja yang ada di hati.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya