Fakta Tradisi Maburu, Terdaftar Sebagai WBTB Nasional 2024

Biasanya dilaksanakan sehari sebelum Nyepi

Kota Denpasar memiliki beragam tradisi yang sudah ada sejak zaman dahulu. Satu di antaranya adalah Tradisi Maburu. Tradisi Maburu yang berasal dari Desa Adat Panjer ini resmi terdaftar sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Nasional 2024. Tradisi ini masuk dalam kategori Adat Istiadat Masyarakat Ritus.

Kira-kira seperti apa ya bentuk dari Tradisi Maburu ini? Simak penjelasan berikut yang dikutip dari jurnal Sakralisasi Ruang dan Nilai Tradisi Maburu di Desa Adat Panjer.

1. Tradisi Maburu terkait dengan perayaan Hari Raya Nyepi

Fakta Tradisi Maburu, Terdaftar Sebagai WBTB Nasional 2024Pelaksanaan Tradisi Maburu di Desa Adat Panjer. (YouTube.com/JEJAK BALI)

Umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi sebagai hari pergantian tahun Saka setiap setahun sekali. Sebelum pelaksanaan Hari Raya Nyepi, umat Hindu melaksanakan beberapa kegiatan upacara di masing-masing desa adat. Misalnya, melasti dan Tawur Kesanga.

Seperti halnya desa adat di Bali, Desa Panjer juga melaksanakan rangkaian upacara di atas. Hanya saja, dalam rangkaian perayaan hari Raya Nyepi, Desa Adat Panjer melaksanakan tradisi yang disebut dengan Tradisi Maburu. Tradisi Maburu dilaksanakan saat Tawur Kesanga, sehari sebelum Hari Raya Nyepi. Tradisi ini telah diwariskan secara turun-temurun dan masih dilestarikan hingga saat ini.

2. Rangkaian prosesi Tradisi Maburu

Fakta Tradisi Maburu, Terdaftar Sebagai WBTB Nasional 2024Pelaksanaan Tradisi Maburu di Desa Adat Panjer. (YouTube.com/JEJAK BALI)

Setelah melasti, Ida Sesuhunan yang ada di seluruh Desa Adat Panjer distanakan di Pura Bale Ageng. Pada pagi hari, sehari sebelum Hari Raya Nyepi, prosesi dimulai dengan maprani. Maprani memiliki simbol memberikan persembahan banten kepada Ida Sesuhunan. Persembahan tersebut berupa hidangan di atas dulang (wadah) yang berisi nasi, lawar, sate, dan kuah.

Tujuan upacara maprani untuk mengharmonisasikan alam sekala dan niskala. Setelah persembahan dihaturkan oleh pemangku setempat, dilanjutkan dengan persembahyangan bersama. Setelah maprani, dilanjutkan dengan Tawur Kesanga pada pukul 12.00 Wita atau saat tengah hari. Pelaksanaan Tawur Kesanga ini bertujuan untuk menetralisir kekuatan negatif yang disimbolkan sebagai Bhuta Kala agar tidak mengganggu umat Hindu saat pelaksanaan Hari Raya Nyepi.

Prosesi berikutnya adalah melaksanakan beberapa rangkaian upacara di Pura Bale Agung seperti upacara pedatangenan sari, ngaturin kawas pemendakan, ngider bhuana/berputar di Bale Agung sebanyak tiga kali, ngeluarin, dan persembahan banten kawas pemendakan. Setelah itu, dilaksanakan pementasan tari yaitu tari rejang dan tari baris. Setelah pementasan tari-tarian tersebut, barulah masyarakat mempersiapkan pelaksanaan tradisi Maburu pada sore hari sekitar pukul 17.30 Wita.

3. Prosesi pelaksanaan Tradisi Maburu

Fakta Tradisi Maburu, Terdaftar Sebagai WBTB Nasional 2024Pelaksanaan Tradisi Maburu di Desa Adat Panjer. (YouTube.com/JEJAK BALI)

Prosesi Maburu diawali dengan prosesi mengelilingi Pura Bale Agung sebanyak tiga kali (ngider bhuana), sambil diiringi oleh gamelan baleganjur. Beberapa orang akan mulai kesurupan (kerauhan). Orang yang kerauhan tersebut akan berlari menuju ke Pura Tegal Penangsaran yang masih berada di wilayah Desa Adat Panjer. Ia seolah-olah seperti orang yang sedang mencari sesuatu (maburu) ke Pura Tegal Penangsaran.

Masyarakat lainnya turut mengiringi ke Pura Tegal Penangsaran. Mereka kemudian berkumpul di area jaba sisi (area terluar) Pura Tegal Penangsaran. Upacara diawali dengan prosesi mecaru (persembahan suci). Setelah mecaru, prosesi dilanjutkan dengan penyamblehan beberapa sarana seperti bebek putih, ayam putih, dan anak babi hitam jantan yang masih kecil atau kucit butuan. Keris pusaka Ida Bhatara Pura Tegal Penangsaran digunakan untuk nyambleh atau menyembelih ayam, bebek, dan anak babi tersebut.

Ayam, bebek, dan babi hitam merupakan simbol Tri Guna atau tiga sifat yang ada di tubuh manusia. Sifat tersebut antara lain Sattwam (bijaksana, tenang), Rajas (energik, agresifm dan ambisius), dan Tamas (malas dan lamban). Maburu menjadi simbol untuk mengubah sifat raksasa yang ada di dalam tubuh manusia menjadi sifat dewa.

Tradisi Maburu merupakan tradisi warisan leluhur yang memiliki nilai sakral dan dipenuhi suasana magis. Masyarakat Desa Adat Panjer melestarikan tradisi ini agar selalu mendapatkan perlindungan dari kekuatan-kekuatan negatif yang sering mengganggu kehidupan manusia.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menyenangi hal-hal baru. Menulis salah satu hobi sejak jaman blog. Menulis apa saja yang ada di hati.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya