Quotes Buku Seorang Wanita yang Ingin Menjadi Pohon Semangka

Tidak semua orang bercita-cita menjadi besar, menonjol, atau sempurna. Lewat buku Seorang Wanita yang Ingin Menjadi Pohon Semangka di Kehidupan Berikutnya, kita diajak memahami hidup dari sudut pandang yang sederhana namun mendalam, menjadi berguna tanpa harus terlihat, menjadi manusia tanpa harus sempurna. Buku ini ditulis oleh dr Andreas Kurniawan SpKJ, yang juga sebelumnya telah sukses dengan buku pertamanya berjudul Seorang Pria yang melalui duka dengan Mencuci Piring.
Buku ini terinspirasi dari kisah seorang pasien perempuan yang dalam sesi konsultasi dirinya menyatakan ingin menjadi pohon semangka. Kutipan-kutipan dalam buku ini memuat refleksi tentang penerimaan diri, relasi sosial, serta makna kebahagiaan yang sesungguhnya.
Berikut ini adalah tujuh kutipan bermakna yang bisa menjadi teman untuk kamu yang sedang belajar berdamai dengan dunia dan dengan diri sendiri. Simak sampai selesai ya!
1. Hidup akan bergantung pada narasi yang kita ciptakan sendiri

"Dalam hidup kita akan menemukan orang-orang yang mungkin akan mengusik kedamaian kita. Tapi, sebenarnya kita marah bukan karena orang itu, tapi karena cerita yang kita berikan pada kejadian itu."
Sering kali kita bukan marah karena orang atau kejadian itu sendiri, tetapi karena interpretasi yang kita bangun di kepala. Cerita yang kita ciptakan bisa memperbesar luka atau menyederhanakannya. Maka, kemampuan untuk mengelola narasi dalam pikiran adalah bentuk kekuatan emosional yang sesungguhnya.
2. Menjadi jahat di cerita orang lain bukanlah akhir dari dunia

"Bagi beberapa orang hal paling menakutkan adalah ketika mereka menjadi orang jahat di cerita orang lain. Mereka tumbuh dalam keyakinan bahwa mereka harus menjadi orang baik. Jangan jadi orang jahat, mereka itu tidak menyenangkan. Tapi, bagaimanapun kerasnya kita berusahan menjadi orang baik, kadang kita akan menjadi orang jahat di cerita orang lain."
Tak peduli sebaik apa niat kita, kita tetap bisa tampil buruk di mata orang lain, dan itu tidak sepenuhnya bisa kita kendalikan. Kutipan ini mengajarkan untuk melepaskan beban ingin selalu tampak sempurna, karena menjadi "orang jahat" dalam cerita orang lain bukan berarti kita benar-benar jahat. Itu hanyalah sudut pandang yang tidak bisa kita kendalikan.
3. Hal favorit seseorang adalah cerminan diri yang paling jujur

"Kamu bisa mengenali karakter seseorang manusia dari lagu, film, atau game yang disukainya. Tapi, tidak cukup hanya dengan mengetahui apa judulnya, melainkan kita perlu mengetahui bagian mana dari hal tersebut yang menarik baginya."
Ketertarikan seseorang pada lagu, film, atau game tertentu sering mencerminkan bagian terdalam dari dirinya. Namun, lebih dari sekadar tahu judulnya, yang penting adalah memahami bagian mana yang paling ia sukai, apakah itu liriknya, karakternya, atau suasananya. Dari situlah kita bisa menangkap hal-hal yang menyentuh emosinya, mencerminkan nilai hidupnya, atau bahkan luka yang ia simpan dalam diamnya.
4. Kebahagiaan bisa dijumpai dalam keajaiban kecil yang sering terlewat

"Kalaupun saat ini kamu tidak terbayang apa yang bisa membuat bahagia, tak apa. Belajarlah dari lingkungan di sekelilingmu: apa keindahan atau keunikan yang bisa membuat takjub yang bisa diresapi indramu? Bahkan sebenarnya udara yang kamu hirup pun bisa menjadi sesuatu yang menakjubkan."
Ketika kebahagiaan terasa jauh, kita bisa kembali ke hal-hal paling dasar dalam hidup kita, udara, warna langit, tekstur rumput, atau wangi hujan sekalipun. Kebahagiaan bukan hanya soal momen besar, tapi juga soal kepekaan terhadap keindahan kecil yang setiap hari kita temui tanpa sadar.
5. Semangka: Simbol sederhana dari kebermanfaatan tanpa keinginan menonjol

"Pohon semangka itu tidak tinggi. Ketika tanaman lain berusaha untuk semakin tinggi, mereka malah berada di tempat rendah, tidak menonjol, tidak terlihat dengan mudah. Tapi, mereka tetap memberikan manfaat. Semangka berisi 90 persen air dan terasa manis, padahal yang menanam tidak pernah menyiramnya dengan gula."
Semangka menjadi simbol dari orang-orang yang tidak ingin terlihat, namun terus memberi kebaikan. Mereka tidak bersinar di panggung, tapi menyejukkan hati banyak orang. Tidak semua orang harus jadi pohon tinggi, kadang menjadi ‘semangka’ yang rendah hati dan menyegarkan pun sudah cukup mulia.
6. Membandingkan diri itu wajar, tapi perlu dibatasi

"Manusia adalah makhluk sosial, jadi membandingkan diri dengan manusia lain adalah suatu hal yang sangat wajar. Bahkan membandingkan itu sangat penting bagi proses bertahan hidup manusia. Tapi, kita memang perlu membatas dulu: Ada membandingkan yang perlu dan ada membandingkan yang tidak perlu."
Membandingkan diri dengan orang lain tidak selalu salah. Karena pada beberapa konteks membandingkan bisa jadi memotivasi, menginspirasi, bahkan menjaga kita tetap realistis. Tapi kita perlu tahu kapan perbandingan itu menumbuhkan, dan kapan justru merusak. Kuncinya ada pada kesadaran dan batasan mana yang perlu dan mana yang tidak perlu.
7. Ketidaksempurnaan adalah bentuk final yang layak diterima

"Ketidaksempurnaan bukanlah perjalanan menuju kesempurnaan ataupun suatu separuh sempurna. Ketidaksempurnaan adalah suatu kondisinya sendiri. Ibarat suatu perjalanan, ketidaksempurnaan bukan berada di tengah jalan menuju tujuan akhir. Melainkan semua potongan-potongan foto atau video perjalanan kita dari waktu ke waktu. Kita belum sampai di tujuan akhir yang sempurna, tapi perjalanan itu sendiri adalah sesuatu yang indah dan natural."
Ketidaksempurnaan bukanlah fase yang harus segera dilampaui. Ia bukan batu loncatan menuju hasil akhir. Ia adalah hasil itu sendiri. Semua goresan luka, kegagalan, dan proses yang tidak selesai adalah bagian sah dari perjalanan. Dan perjalanan itu sendiri sudah sangat layak dihargai.
Melalui beberapa kutipan-kutipan tersebut, buku Seorang Wanita yang Ingin Menjadi Pohon Semangka di Kehidupan Berikutnya mengajak kita untuk hidup dalam kejujuran dan apa adanya. Mengajarkan kita bahwa tidak semua hal harus sempurna, tidak semua orang harus tinggi menjulang, dan tidak semua kebahagiaan datang dalam bentuk yang mencolok.
Kadang, hidup paling bermakna adalah hidup yang sederhana dan tidak pernah menginginkan hal lebih namun memberikan rasa cukup. Sama seperti semangka tidak menuntut perhatian, tapi selalu menyegarkan siapa pun yang menikmatinya. Bagi kamu yang sedang merasa hidup ini terlalu cepat dan perlu waktu untuk jeda dari segala tuntutan hidup, buku ini sangat cocok untuk kamu baca.