5 Aturan Tak Tertulis Bergaul di Media Sosial

Dalam dunia nyata, kita punya etika dan sopan santun tak tertulis yang secara otomatis kita pahami dan terapkan dalam berinteraksi. Dari cara berbicara, cara berpakaian, hingga cara kita bertamu, semua ada 'pakem'-nya. Tapi bagaimana dengan dunia maya yang terasa bebas tanpa batas?
Ternyata, media sosial dan platform digital lainnya juga punya 'aturan main' sendiri yang tidak pernah diajarkan di sekolah atau di buku-buku. Aturan-aturan tak tertulis ini sering kali kita rasakan keberadaannya saat berinteraksi, dan mengabaikannya bisa berujung pada situasi awkward, kesalahpahaman, merusak reputasi, bahkan bikin kamu di-unfollow lho!
Meskipun tidak ada undang-undang tertulisnya, memahami dan menerapkan etika digital ini sangat penting untuk membangun hubungan yang sehat dan nyaman di ranah online. Yuk, simak 5 etika digital tak tertulis yang wajib kamu tahu dan mungkin tanpa sadar sudah sering kamu terapkan atau alami!
1. Jangan langsung DM/PM saat pertama kenalan (kecuali urusan penting)

Di era digital yang serba terhubung, kemampuan untuk mengirim pesan pribadi (Direct Message/Private Message) ke siapa pun di platform media sosial memang sangat mudah. Namun, etika tak tertulisnya adalah: hindari langsung mengirim DM/PM kepada orang yang baru kamu kenal atau belum pernah berinteraksi secara publik, apalagi jika tujuannya bukan urusan yang sangat mendesak atau profesional. Tindakan ini seringkali dianggap terlalu agresif, menerobos privasi, atau bahkan bisa menimbulkan kesan 'curiga'.
Mengapa? Ketika seseorang belum mengenalmu, DM tanpa konteks bisa terasa seperti 'mengetuk pintu kamar pribadi mereka tanpa izin'. Lebih baik memulai interaksi di ranah publik dulu, misalnya melalui komentar di postingan mereka atau membalas story. Jika percakapan mulai terbangun di sana dan terasa relevan untuk diteruskan secara pribadi, barulah DM menjadi pilihan yang sopan dan diterima. Pengecualian tentu saja jika itu adalah urusan bisnis, kolaborasi, atau hal mendesak lainnya yang memang memerlukan jalur pribadi.
2. Batasi 'stalking' masa lalu seseorang, apalagi sampai like foto 5 tahun lalu

Media sosial adalah arsip digital kehidupan seseorang, dari yang terbaru hingga bertahun-tahun yang lalu. Rasa ingin tahu adalah manusiawi, dan 'stalking' ringan sering kali tak terhindarkan. Namun, ada batas yang jelas antara kepo dan mengganggu. Ketika kamu menelusuri terlalu jauh ke masa lalu (misalnya hingga tahun 2018 atau lebih), dan parahnya lagi meninggalkan jejak seperti 'like' atau komentar di postingan lama tersebut, ini bisa menimbulkan sensasi yang sangat canggung bagi pemilik akun.
Mengapa? Tindakan ini mengirimkan sinyal bahwa kamu telah menghabiskan banyak waktu mengamati masa lalu mereka, yang bisa membuat mereka merasa diawasi atau tidak nyaman. Bayangkan tiba-tiba ada notifikasi 'X menyukai foto Anda tahun 2019'. Rasanya aneh, kan? Ini bisa merusak interaksi di masa depan dan membuat kamu dicap sebagai 'stalker' atau orang yang terlalu obsesif. Nikmati saja konten terbaru, dan biarkan masa lalu tetap menjadi arsip kecuali ada alasan yang sangat kuat untuk menelusurinya.
3. Hati-hati dengan 'flexing' berlebihan, apalagi jika tidak realistis

Media sosial memang sering digunakan sebagai platform untuk berbagi momen kebahagiaan, pencapaian, atau gaya hidup. Berbagi kesuksesan tentu sah-sah saja. Namun, etika tak tertulisnya adalah: batasi 'flexing' atau pamer yang berlebihan, terutama jika terlihat tidak realistis atau terlalu didramatisir.
Mengapa? Flexing yang terus-menerus bisa menimbulkan persepsi negatif seperti kesombongan, tidak tulus, atau bahkan 'norak' di mata sebagian pengikut. Selain itu, pameran gaya hidup yang terlalu 'sempurna' dan jauh dari realitas bisa memicu rasa iri, insecure, atau tekanan sosial bagi orang lain. Autentisitas dan kerendahan hati seringkali lebih diapresiasi daripada pameran yang berlebihan, dan bisa membangun hubungan yang lebih kuat dengan audiensmu.
4. Jangan menggunakan fitur 'tag' seenaknya untuk spam atau promosi

Fitur 'tag' atau mention di media sosial awalnya diciptakan untuk menautkan seseorang ke dalam sebuah postingan karena mereka relevan dengan konten tersebut. Misalnya, kamu sedang berfoto bersama teman, maka kamu tag temanmu. Namun, etika tak tertulisnya dilanggar ketika fitur ini digunakan secara sembarangan untuk tujuan promosi, spam, atau agar kontenmu dilihat oleh lebih banyak orang yang sama sekali tidak relevan.
Mengapa? Menerima notifikasi tag yang tidak relevan, apalagi untuk ajakan jualan atau promosi yang tidak diminta, sangat mengganggu. Ini bisa membuat seseorang merasa privasinya dilanggar dan akan berujung pada 'unfollow' atau bahkan pemblokiran. Gunakan fitur tag hanya jika orang tersebut benar-benar ada di foto/video, terlibat dalam topik, atau perlu diberitahu secara spesifik tentang sesuatu yang relevan untuknya.
5. Hindari memakai bahasa santai ataupun emoji dalam situasi formal

Komunikasi digital sering mengandalkan emoji, singkatan populer (LOL, OOTD, mager, dll), bahasa gaul untuk menyampaikan nuansa dan kecepatan. Ini wajar dalam percakapan santai. Namun, etika tak tertulisnya adalah: sesuaikan penggunaan elemen-elemen ini dengan konteks komunikasi dan lawan bicaramu.
Mengapa? Menggunakan emoji atau bahasa gaul yang terlalu santai saat berkomunikasi dengan atasan, klien profesional, atau dalam situasi formal bisa dianggap tidak sopan atau tidak profesional. Sebaliknya, terlalu kaku dan formal saat berkomunikasi dengan teman sebaya atau di grup pertemanan bisa membuatmu terlihat kaku atau kaku. Kunci dari komunikasi yang efektif adalah memahami siapa lawan bicaramu dan bagaimana mereka biasanya berkomunikasi, agar pesanmu tersampaikan dengan baik dan tidak menimbulkan kesalahpahaman atau kesan negatif.
Aturan-aturan tak tertulis ini mungkin tidak akan kamu temukan di buku pelajaran etika, tapi sering kali menjadi penentu bagaimana kita diterima dan berinteraksi di dunia digital yang serba cepat ini. Memahami dan menerapkan etika-etika ini bukan cuma soal jadi 'netizen baik', tapi juga untuk membangun hubungan yang lebih sehat, nyaman, dan menghindari kesalahpahaman di ranah online yang kompleks.
Dari 5 poin di atas, mana yang paling sering kamu alami atau tanpa sadar pernah kamu lakukan? Yuk, jadi netizen yang lebih sadar dan bijak!