TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kisah Warga Karangasem Rawat Istri Alzheimer: Hidup Saya Berubah 

Dukungan dari pihak keluarga sangatlah penting

Foto hanya ilustrasi. (https://unsplash.com/@centelm)

Karangasem, IDN Times - Alzheimer ataupun demensia biasanya dialami oleh kaum lansia. Minimnya pengetahuan dan sosialisasi, membuat masih cukup banyak masyarakat yang memperlakukan lansia dengan demensia secara kurang tepat.

Peran keluarga sangat penting dalam perawatan Orang dengan Demensia (ODD). Kadang karena berbagai alasan, para ODD dibiarkan begitu saja oleh keluarganya. Akibatnya, tidak hanya dapat menurunkan kualitas hidup, namun juga berbahaya untuk yang bersangkutan. Seperti yang dilakukan seorang warga di Desa Lokasari, Sidemen, Kabupaten Karangasem, Ketut Sudana (70), yang berjuang merawat istrinya yang mengalami alzheimer. 

Baca Juga: Studi: Lansia dengan COVID-19 Lebih Rentan Terkena Alzheimer

1. Bermula dari kesulitan tidur dan mulai pikun

ilustrasi pikun (unsplash.com/@chrishcush)

Ketut Sudana menceritakan bagaimana awalnya sang istri, Ni Wayan S (70), didiagnosis mengalami alzheimer. Saat itu juga ia merasa hidupnya berubah. Kondisi ini dialami dalam 2 tahun belakangan. Sudana tinggal di rumah, di kampung halaman hanya dengan istrinya. Sementara anak-anaknya sudah bekerja di Denpasar.

Sekitar tahun 2018, Ketut Sudana mengatakan ada perubahan yang signifikan pada istrinya. Ni Wayan S mulai sulit tidur pada saat malam hari. "Kalau malam itu, bisa tidak tidur sama sekali," ujar Sudana, Jumat (23/9/2022).

Seiring waktu, istrinya juga menjadi semakin pikun. Bahkan sampai lupa nama anak-anak dan cucunya. Kadang istrinya juga lupa akan aktivitas yang ia lakukan sehari-hari. Termasuk untuk makan. 

"Kalau ke saya, masih ingat. Biasanya lupa nama cucu atau keponakan. Bahkan untuk makan saja lupa. Saya sempat perhatikan, istri saya belum makan. Tapi saat saya ingatkan untuk makan, ia selalu bilang sudah makan," ungkapnya.

Emosi istrinya yang awalnya terkontrol, lalu menjadi sering marah-marah. Pemicunya pun tidak jelas.

"Semakin sering marah dan emosinya sulit terkontrol. Saat itulah hidup di keluarga saya mulai berubah. Semakin sering cekcok karena sesuatu yang tidak jelas," ungkapnya.

2. Sering ke luar rumah tanpa arah dan tujuan

Foto hanya ilustrasi. Pixabay.com/coombesy

Hari-hari Sudana semakin berat. Bahkan istrinya tidak mau diam di rumah. Selalu ingin ke luar rumah dan berjalan tanpa arah tujuan yang pasti.

"Selalu ke luar ke rumah dengan jalan kaki. Setiap hari tanpa ada tujuan jelas. Sudah tidak bisa lagi dilarang dengan kata-kata. Karena apa yang selalu saya sampaikan, sebentarnya lagi sudah lupa," ujarnya.

Ia mengakui, walau pikun, tapi ia ingat beberapa hal, seperti rumah saudara ataupun ke tempat pemandian umum. Namun selalu istrinya tidak bisa diam di satu tempat. Terus ingin pergi dan jalan.

"Kalau mau diam di rumah atau di rumah saudaranya kan bagus. Ini susahnya, dari rumah pergi ke rumah saudaranya. Saat di rumah saudaranya, minta balik lagi ke rumah. Saya tentu khawatir karena di jalanan banyak kendaraan dan ia sudah pikun. Sementara saya tidak mungkin mengawasinya 24 jam," ungkap Sudana.

Sudana pernah berinisiatif mengunci gerbangnya. Namun sang istri justru mengamuk dan marah-marah.

"Maksud saya baik. Tapi istri saja malah mengamuk. Saya sudah sampaikan juga kondisi ini ke anak-anaknya," ungkapnya.

Saking tidak kuatnya, ia pernah mengajak istrinya agar tinggal bersama anak-anaknya. Namun hal itu tidak membuat kondisi semakin baik.

"Kalau masalah kadang ngompol di kamar atau saya ambilkan makanan dan antar untuk buang air, itu masih bisa saya atasi. Ia jalan-jalan ke ke luar rumah tanpa tujuan jelas ini yang sulit saya atasi," ungkapnya.

Berita Terkini Lainnya