Kisah Warga Karangasem Rawat Istri Alzheimer: Hidup Saya Berubah
Dukungan dari pihak keluarga sangatlah penting
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Karangasem, IDN Times - Alzheimer ataupun demensia biasanya dialami oleh kaum lansia. Minimnya pengetahuan dan sosialisasi, membuat masih cukup banyak masyarakat yang memperlakukan lansia dengan demensia secara kurang tepat.
Peran keluarga sangat penting dalam perawatan Orang dengan Demensia (ODD). Kadang karena berbagai alasan, para ODD dibiarkan begitu saja oleh keluarganya. Akibatnya, tidak hanya dapat menurunkan kualitas hidup, namun juga berbahaya untuk yang bersangkutan. Seperti yang dilakukan seorang warga di Desa Lokasari, Sidemen, Kabupaten Karangasem, Ketut Sudana (70), yang berjuang merawat istrinya yang mengalami alzheimer.
Baca Juga: Studi: Lansia dengan COVID-19 Lebih Rentan Terkena Alzheimer
1. Bermula dari kesulitan tidur dan mulai pikun
Ketut Sudana menceritakan bagaimana awalnya sang istri, Ni Wayan S (70), didiagnosis mengalami alzheimer. Saat itu juga ia merasa hidupnya berubah. Kondisi ini dialami dalam 2 tahun belakangan. Sudana tinggal di rumah, di kampung halaman hanya dengan istrinya. Sementara anak-anaknya sudah bekerja di Denpasar.
Sekitar tahun 2018, Ketut Sudana mengatakan ada perubahan yang signifikan pada istrinya. Ni Wayan S mulai sulit tidur pada saat malam hari. "Kalau malam itu, bisa tidak tidur sama sekali," ujar Sudana, Jumat (23/9/2022).
Seiring waktu, istrinya juga menjadi semakin pikun. Bahkan sampai lupa nama anak-anak dan cucunya. Kadang istrinya juga lupa akan aktivitas yang ia lakukan sehari-hari. Termasuk untuk makan.
"Kalau ke saya, masih ingat. Biasanya lupa nama cucu atau keponakan. Bahkan untuk makan saja lupa. Saya sempat perhatikan, istri saya belum makan. Tapi saat saya ingatkan untuk makan, ia selalu bilang sudah makan," ungkapnya.
Emosi istrinya yang awalnya terkontrol, lalu menjadi sering marah-marah. Pemicunya pun tidak jelas.
"Semakin sering marah dan emosinya sulit terkontrol. Saat itulah hidup di keluarga saya mulai berubah. Semakin sering cekcok karena sesuatu yang tidak jelas," ungkapnya.