7 Pertanyaan Absurd Anak yang Bisa Dijadikan Momen Bonding

Anak-anak punya cara pandang unik terhadap dunia, termasuk lewat pertanyaan-pertanyaan mereka yang sering di luar nalar. Mulai dari soal warna langit hingga mengapa ayam tidak punya tangan, orang tua sering dibuat terdiam sejenak sebelum menjawab. Meski kadang membuat pusing, momen seperti ini justru jadi kesempatan emas untuk mengenal cara berpikir anak.
Di balik pertanyaan yang terdengar absurd, sering terselip rasa ingin tahu yang tulus dan cara mereka memaknai dunia. Kalau direspon dengan tepat, pertanyaan aneh itu bisa menjadi awal obrolan seru yang memperkuat ikatan dengan anak.
1. Mengapa bulan ngikutin kita ketika naik motor

Banyak anak memperhatikan bulan yang seolah bergerak bersama saat mereka duduk di boncengan motor. Pertanyaan ini sering muncul karena mereka belum memahami konsep jarak dan perspektif. Orangtua biasanya hanya menjawab sekenanya, padahal ini bisa jadi peluang menjelaskan sains sederhana dengan cara menyenangkan. Kadang-kadang, orang tua juga terjebak ikut berimajinasi karena tidak tega memadamkan rasa ingin tahu anak dengan jawaban singkat.
Daripada buru-buru menjawab, ajak anak membayangkan bagaimana bulan terlihat dari berbagai tempat. Bisa juga menjadikannya bahan cerita fantasi seperti “Bulan sedang menjaga kita supaya kita tidak jatuh dari motor.” Cara ini bukan hanya membuat anak terkesan, tapi juga menciptakan momen hangat yang akan mereka ingat. Dalam perjalanan pulang sekolah yang biasanya biasa saja, pertanyaan ini bisa jadi awal perbincangan panjang penuh tawa.
2. Mengapa ayam tidak punya tangan

Pertanyaan ini biasanya disampaikan dengan wajah polos saat melihat ayam sedang mematuk makanan di halaman. Bagi orang dewasa, jawabannya sederhana: ayam punya sayap, bukan tangan. Tapi bagi anak, ini adalah misteri besar yang mengganggu logika mereka. Mereka membandingkan ayam dengan manusia dan binatang lain yang punya tangan untuk memegang sesuatu.
Orangtua bisa memanfaatkan momen ini untuk mengajak anak berpikir tentang perbedaan hewan. Cobalah mengajak mereka meniru gerakan ayam dengan sayapnya, sambil tertawa bersama. Selain mempererat hubungan, ini juga bisa melatih anak untuk mengamati dan menyimpulkan sendiri tentang dunia sekitar. Obrolan ringan seperti ini mungkin sepele, tapi bagi anak itu terasa seperti petualangan intelektual pertama.
3. Mengapa laut tidak tumpah

Saat melihat lautan yang luas, anak sering bertanya-tanya mengapa airnya tidak mengalir keluar bumi. Ini adalah salah satu pertanyaan paling klasik yang membuat orang tua mendadak jadi “ahli geografi.” Mereka membayangkan bumi sebagai bola besar yang seharusnya membuat air tumpah ke luar angkasa.
Daripada memberi jawaban kaku, gunakan analogi sederhana seperti “Laut dipegang erat sama bumi” atau cerita tentang gravitasi yang jadi “tangan raksasa.” Anak mungkin belum mengerti sepenuhnya, tapi ia akan ingat bahwa orang tuanya mau mendengarkan dan menjelaskan dengan sabar. Peluang kecil ini bisa membangun rasa percaya anak untuk terus bertanya tanpa takut dianggap remeh.
4. Kalau hujan, mengapa langit tidak bolong

Bagi anak, hujan terlihat seperti air yang bocor dari langit. Mereka membayangkan ada lubang besar di atas sana yang meneteskan air ke bumi. Pertanyaan ini sering membuat orang tua tersenyum sekaligus bingung harus menjawab dari sisi sains atau imajinasi.
Jadikan pertanyaan ini bahan cerita manis, misalnya langit sedang menangis karena merindukan pelangi. Setelah itu, tambahkan penjelasan sederhana bahwa awan menyimpan banyak uap air dan ketika sudah terlalu berat, airnya turun sebagai hujan. Cerita seperti ini membuat anak terhibur sekaligus merasa aman, karena ada kehangatan dalam cara orang tua menjawab rasa ingin tahunya.
5. Kalau aku tidur, kemana pikiranku pergi

Pertanyaan ini terdengar filosofis, tapi cukup sering muncul saat anak mulai mengenal konsep mimpi. Mereka penasaran ke mana perasaan dan pikirannya saat tubuhnya diam tertidur. Mungkin bagi mereka, tidur seperti mati sebentar, sehingga membuat mereka sedikit takut.
Respon orangtua sebaiknya tidak terburu-buru menertawakan. Ajak anak ngobrol tentang mimpi-mimpi lucu yang pernah dialami, lalu bahas dengan bahasa sederhana bagaimana otak bekerja saat tidur. Dari sini bisa lahir diskusi panjang yang bikin anak merasa dipahami dan dihargai.
6. Mengapa suaraku tidak bisa aku lihat

Anak-anak sering bingung tentang konsep suara yang bisa didengar tapi tidak terlihat. Mereka penasaran apakah suara itu punya bentuk atau warna yang tidak kasat mata. Di benak anak, suara mungkin seperti asap yang keluar dari mulut tapi lenyap begitu saja.
Gunakan kesempatan ini untuk bermain eksperimen kecil, seperti meniup kertas atau melihat getaran di air saat berbicara. Cara seperti ini membuat anak merasa diperhatikan dan memperkuat rasa percaya antara anak dan orang tua. Selain belajar, mereka juga akan mengingat momen menyenangkan ini sepanjang hidup.
7. Kalau bumi bulat, mengapa kita tidak jatuh

Pertanyaan ini sering membuat orang tua menggaruk kepala sambil mencari jawaban sederhana. Anak membayangkan orang di belahan bumi lain harusnya “tergantung” terbalik seperti kelelawar. Ini adalah bentuk rasa ingin tahu yang sangat alami dari anak-anak yang sedang belajar tentang dunia.
Daripada menjelaskan dengan rumit, gunakan analogi bola mainan dan jelaskan tentang gravitasi sebagai “lem super bumi.” Dari sini, anak akan belajar sekaligus merasa puas karena pertanyaannya dijawab dengan serius. Percakapan seperti ini bisa menumbuhkan rasa kagum sekaligus keakraban antara orang tua dan anak.
Pertanyaan-pertanyaan absurd anak memang sering bikin orangtua kewalahan. Tapi justru dari obrolan sederhana ini, kita bisa masuk ke dunia mereka yang penuh rasa ingin tahu. Alih-alih terburu-buru menepis dengan “nanti saja,” cobalah meluangkan waktu untuk mendengar dan menjawab. Setiap momen seperti ini adalah peluang untuk membangun komunikasi yang hangat dan hubungan yang lebih dekat dengan anak. Siapa tahu, pertanyaan-pertanyaan ini akan jadi cerita lucu yang dikenang saat mereka dewasa.