Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Kesalahan Orangtua Bicara Politik pada Anak

ilustrasi pemilu (IDN Times/Esti Suryani)

Bakal calon presiden dan calon wakil presiden yang akan maju di Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 tengah menjadi pembicaraan hangat saat ini. Beberapa orang bahkan sudah menyatakan dukungannya terhadap calon tertentu, yang dianggapnya paling layak menjadi pemimpin.

Hal yang pasti tak jauh dari pembicaraan bakal capres dan cawapres adalah perbedaan pilihan yang didukung. Pembicaraan ini sering menimbulkan debat panjang dan kerap terbawa hingga ke rumah. Tanpa sadar akan akibatnya, beberapa dari kita membicarakan informasi-informasi politik secara gamblang di depan anak-anak. Ujaran orangtua yang mendiskreditkan satu calon pemimpin, bisa saja menumbuhkan kebencian di hati mereka.

Selain itu, apabila anak dihadapkan ppada lingkungan yang memilih calon berbeda, dia belum tentu mampu mengendalikan dirinya untuk menerima perbedaan tersebut. Perselisihan yang berujung perkelahian bisa saja terjadi. Oleh sebab itu orangtua perlu hati-hati saat membicarakan isu politik, terutama saat ada anak-anak. Berikut adalah lima kesalahan yang sering dilakukan orangtua saat berbicara politik.

1. Menginformasikan calon pemimpin yang didukung

unsplash.com/John Schnobrich

Menginformasikan calon pemimpin yang didukung adalah tindakan yang kurang tepat jika disampaikan kepada anak-anak. Anak-anak belum mampu menyikapi perbedaan pendapat yang dimiliki orang lain. Jika satu waktu mereka mendapati bahwa orang di sekitarnya memiliki pilihan dukungan yang berbeda, bisa saja anak-anak menjadi tidak suka, atau bahkan membenci orang-orang yang berbeda pilihan dengan orangtua mereka.

Jika tidak ingin hal seperti ini terjadi, sebaiknya hindari menginformasikan calon pemimpin yang kamu dukung di depan anak-anak.

2. Menjelek-jelekkan calon lain

unsplash.com/Vitolda Klein

Kamu tentu memilih calon pemimpin tertentu karena menganggap pilihanmu lebih baik daripada calon yang lain. Namun, alasanmu memilih calon pemimpin tersebut jangan sampai membuatmu menjelek-jelekkan calon lain, apalagi mengungkapkannya di depan anak-anak. Menjelek-jelekkan calon lain di depan mereka hanya akan menumbuhkan ketidaksukaan yang berujung pada kebencian.

3. Membeberkan informasi yang belum tentu kebenarannya

pexels.com/Markus Winkler

Sama seperti menjelek-jelekkan calon lain, membeberkan informasi-informasi yang belum tentu kebenarannya di depan anak juga bisa menumbuhkan kebencian mereka terhadap calon pemimpin yang kamu tidak dukung. Selain itu, anak-anak bisa saja ikut menyebarkan informasi tersebut kepada teman-teman bermainnya.

Bukan tidak mungkin berita ini kemudian didengar oleh orang-orang sekitar yang ikut mendengarkan. Kita tentu tidak mau anak-anak dianggap sebagai orang yang menyebar isu atau berita yang tidak benar.

4. Berdebat di depan anak

unsplash.com/Afif Ramdhasuma

Berdebat memang sah-sah saja dan tidak salah. Namun sebaiknya hindari berdebat di depan anak, terutama saat mendebat hal-hal yang sensitif seperti pilihan politik. Dampaknya bisa saja mendorong anak melakukan hal sama saat berhadapan dengan temannya atau orang lain yang memiliki pilihan berbeda.

Hanya saja, beberapa anak-anak belum mampu mengendalikan dirinya saat berdebat. Hal ini bisa berujung pada perkelahian atau perundungan.

5. Melakukan kampanye terselubung

ilustrasi kampanye (unsplash.com/Clem Onojeghuo)

Melakukan kampanye terselubung di depan anak adalah kesalahan umum yang sering dilakukan orang tua. Mungkin pada pertemuan-pertemuan keluarga, kita sering berbicara politik dan secara tidak langsung mempengaruhi orang lain untuk ikut memilih pilihan yang sama seperti yang kita pilih. Tanpa kita sadari, hal ini disaksikan oleh banyak anak-anak.

Anak-anak bisa saja mencontoh tindakan kampanye ini dengan mempraktikkannya ke lingkungan pergaulan mereka. Masalah akan terjadi jika mereka bertemu dengan teman-temannya yang mendapat pengaruh serupa dari orangtuanya, namun memiliki pilihan berbeda. Ketidakmampuan mereka mengendalikan diri, dapat menyebabkan perdebatan yang berujung pada perselisihan atau bahkan perundungan.

Dampak negatif yang mungkin timbul akibat ketidakhati-hatian kita dalam berbicara politik di depan anak-anak, menjadi penyebab politik maupun kampanye dilarang masuk ke institusi pendidikan. Oleh sebab itu, alangkah baiknya kita mendukung peraturan ini dengan ikut mengendalikan diri selama berbicara mengenai pilihan politik kita di depan anak-anak. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us