Sejarah Anjing Kintamani Bali, Hewan Endemik Indonesia

Pada 26 Agustus diperingati sebagai Hari Anjing Sedunia. Tidak ada salahnya kita mengenal sosok anjing asli dari Indonesia, yaitu Anjing Kintamani. Hewan endemik Indonesia ini berasal dari daerah Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.
Anjing Kintamani kini menjadi hewan peliharaan favorit di Indonesia. Anjing Kintamani memiliki bulu lebat dan bentuk fisik yang menggemaskan. Bagaimana sejarah Anjing Kintamani?
1. Awalnya disebut sebagai Kuluk Gembrong

Anjing Kintamani memiliki bulu yang lebat. Hal ini sebagai adaptasi terhadap suhu yang dingin di daerah pegunungan Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani. Dikutip dari Indonesia.go.id, dalam beberapa lontar dan sastra kuno, Anjing Kintamani awalnya disebut dengan nama Kuluk Gembrong atau anjing (kuluk) dengan bulu yang lebat (gembrong).
Sebuah jurnal berjudul The Kintamani Dog: Genetic Profile of an Emerging Breed from Bali, Indonesia, yang ditulis oleh I Ketut Puja pada 2005 menyebutkan, Anjing Kintamani sebagai anjing purba atau ancient dog. Anjing ini diyakini sebagai anjing lokal yang telah mengalami perubahan bentuk atau kehilangan ragam genetikanya sejak ribuan tahun silam. Hal ini terjadi karena pada 1400, terjadi perkawinan silang antara anjing lokal dengan anjing jenis chow-chow.
Anjing chow-chow ini diceritakan dibawa oleh pedagang asal Tiongkok yang pindah ke Bali. Ia kemudian menikah dengan anggota keluarga dari Raja Jaya Pangus. Anjing chow-chow yang dibawanya melakukan kawin silang dengan anjing lokal di tempatnya tinggal. Perkawinan ini menghasilkan anjing jenis baru yang disebut dengan Kuluk Gembrong, dan kini bernama Anjing Kintamani.
2. Anjing Kintamani mirip dengan Anjing Dingo dari Australia

Dilansir Indonesia.go.id, sebuah penelitian menyebutkan anjing Kintamani memiliki kemiripan dengan Anjing Dingo. Dingo merupakan anjing liar yang berasal dari Australia. Dalam beberapa teori disebutkan, Anjing Dingo berasal dari Asia Timur. Ia mengikuti ekspansi manusia Austronesia ke pulau-pulau di Asia Tenggara. Dingo Australia sendiri dikatakan telah diisolasi dari populasi induknya selama ribuan tahun.
Begitu halnya dengan Anjing Kintamani. Anjing ini juga diisolasi untuk berkembang dan kawin dengan anjing lainnya. Hal ini mengingat kondisi geografis Desa Sukawana yang dikelilingi oleh bukit dan lembah, menjadi penghalang alami bagi anjing berbulu lebat ini.
Anjing Kintamani juga memiliki kemiripan dengan jenis Anjing Bernyanyi Papua (Papua Singing Dog). Anjing yang berasal dari dataran tinggi Papua ini sempat dinyatakan punah dari habitat aslinya. Namun, anjing ini kini sudah bisa dijumpai di Papua. Masyarakat pedalaman Papua menyebutkan anjing ini dengan istilah segehome, dan dianggap sakral oleh mereka.
3. Pemberian nama Anjing Kintamani

Penyebutan nama Anjing Kintamani memang telah dikenal sejak lama. Namun, penyebutannya secara resmi baru dilakukan pada 2006. Dalam buku berjudul Panduan Kontes dan Pameran Anjing Kintamani Bali disebutkan, bahwa Rapat Kerja Nasional ke-2 Perkumpulan Kinologi Indonesia (Perkin), yang kini bernama Indonesia Kennel Klub (IKK), memberi sebutan secara resmi anjing dari lembah Gunung Batur tersebut dengan nama Anjing Kintamani.
Anjing Kintamani menjadi maskot fauna Kabupaten Bangli dan menjadi trah pertama Indonesia. Pada 2019, Federasi Kinologi Internasional atau Federation Cynologigue Internationale (FCI) memberikan sertifikat bahwa Anjing Kintamani disetujui sebagai trah anjing dunia. Anjing Kintamani disebutkan sebagai anjing Group V atau jenis anjing spitz, anjing ras berbulu tebal dan panjang. Ekor dari anjing jenis ini berbentuk melengkung ke punggung.
Anjing Kintamani dikenal sebagai anjing penurut terhadap orang atau keluarga yang memeliharanya. Ia juga dikenal sebagai anjing cerdas dan bisa diandalkan sebagai penjaga. Anjing Kintamani tidak terlalu suka memilih-milih makanan. Kamu bisa memberikan nasi, ubi, daging cincang, dan lainnya. Jangan lupa untuk merawat bulunya yang tebal dan panjang agar tetap indah!