Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Asal-Usul Desa Kekeran di Bali, Dulunya Hutan Angker

Suasana di Desa Kekeran, Mengwi, Badung.
Suasana di Desa Kekeran, Mengwi, Badung. (YouTube.com/made alit)

Desa Kekeran berada di wilayah Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung. Desa ini dikenal memiliki sawah yang masih lestari karena beberapa warganya menjadi petani. Hal ini membuat Desa Kekeran terkenal karena kealamiannya dan benar-benar asri.

Desa Kekeran punya cerita sejarah yang cukup menarik untuk disimak. Desa ini dulunya adalah sebuah hutan yang diubah menjadi pemukiman. Seperti apa cerita lengkapnya? Berikut ini asal usul Desa Kekeran selengkapnya.

1. Kekeran bermakna hutan yang angker dan gaib

Suasana di Desa Kekeran, Mengwi, Badung.
Suasana di Desa Kekeran, Mengwi, Badung. (YouTube.com/made alit)

Berdasarkan Lontar Pasupati Tattwa, pada zaman dahulu terdapat raksasa atau detya sakti bernama Mayasura. Mayasura tinggal di hutan bersama para abdinya. Ia tak segan membunuh manusia dan hewan yang masuk ke wilayah hutannya. Hal ini membuat Sang Hyang Pasupati turun ke bumi dan mencari Mayasura.

Sang Hyang Pasupati lalu berperang di hutan tempat raksasa sakti tersebut tinggal. Sang Hyang Pasupati berhasil mengalahkan Mayasura beserta pengikutnya. Hutan tersebut kemudian diberi nama Alas Kekeran, yang berarti hutan angker dan gaib.

Setelah kemenangan tersebut, Sang Hyang Pasupati mengepal-ngepal tanah hingga berbentuk seperti sebuah lingga. Ini nantinya menjadi cikal-bakal Pura Purusada di Desa Kapal. Sang Hyang Pasupati kemudian menancapkan Pohon Dadap atau yang dikenal dengan nama pohon sakti. Tempat ini kemudian berkembang menjadi sebuah pura bernama Pura Dalem Naga Bhumi.

Sang Hyang Pasupati sempat mengukur wilayah Hutan Alas Kekeran dengan ukuran depa (bentangan tangan), tapak batis (telapak kaki), dan lampah (ukuran langkah). Satuan ukuran ini kemudian diwariskan dalam Lontar Asta Kosala-kosali yang berkaitan dengan konsep membangun dalam ajaran Hindu di Bali.

Roh orang yang meninggal karena perang dan korban Raksasa Mayayusa berubah menjadi penjaga Alas Kekeran berwujud memedi, wong samar (nama makhluk halus), jin, dan sejenisnya. Mereka tinggal di area pinggir hutan seolah-olah sebagai penjaga Alas Kekeran. Pada Tahun Saka 811 atau tahun masehi 899, Sang Hyang Pasupati kembali menuju Gunung Semeru melalui Pulau Jawa.

2. Hutan Alas Kekeran menjadi pemukiman

Suasana di Desa Kekeran
Suasana di Desa Kekeran, Mengwi, Badung. (YouTube.com/made alit)

Saat Raja Bali Kuno yang terakhir, Astasura Ratna Bhumi Banten, berkuasa, Kerajaan Majapahit yang dipimpin Patih Gajah Mada melakukan ekspansi ke Bali. Gajah Mada beserta para arya berhasil menaklukkan Raja Astasura Ratna Bhumi Banten. Sehingga dresta (adat istiadat dan kebiasaan) dari Jawa mulai masuk ke Bali.

Sistem pemerintahan di Bali pun turut berubah. Yaitu dipegang dan dikuasai oleh raja Jawa, Sri Kresna Kapakisan, keturunan Danghyang Kapakisan, yakni Sri Kresna Kapakisan. Selain itu, para arya yang berasal dari Pulau Jawa diberikan kekuasaan di beberapa daerah.

Selang beberapa waktu setelah Bali dikuasai Majapahit, Ki Pasek Kebayan, Ki Pasek Gelgel, Ki Tohjiwa, Ki Panataran (keturunan Arya Wang Bang Pinatih), Ki Kubakal, Ki Kadangkan, dan Ngukuhin pergi ke Alas Kekeran. Mereka membuka pemukiman di hutan ini. Dalam perkembangannya, pemukiman ini kemudian menjadi desa yang diberi nama Kekeran.

3. Masa kejayaan Desa Kekeran saat diperintah I Gusti Ngurah Batutumpeng

Suasana di Desa Kekeran, Mengwi, Badung.
Suasana di Desa Kekeran, Mengwi, Badung. (YouTube.com/made alit)

Dikutip dari laman Desakekeran.badungkab.go.id, Desa Kekeran tidak bisa lepas dari I Gusti Ngurah Batutumpeng yang sempat menjadi pemimpin desa tersebut. Ia adalah anak dari Rakryan Bebengan dari Desa Bonghaya. Saat orangtuanya meninggal, I Gusti Ngurah Batutumpeng yang saat itu masih bernama I Gusti Ngurah Batuhaya, menuju ke Kaba-Kaba untuk bertemu Arya Belog.

Untuk diketahui, Desa Kekeran pernah menjadi daerah kekuasaan Kaba-Kaba di bawah kepemimpinan Arya Pudhak atau yang lebih dikenal dengan nama Arya Belog. Arya Belog mengizinkan I Gusti Ngurah Batuhaya tinggal di Desa Kekeran yang kemudian diberi nama I Gusti Ngurah Kekeran. Desa Kekeran ini lalu dikuasai oleh Arya Kenceng, penguasa Silasana dari Kabupaten Tabanan.

Arya Kenceng menyerahkan Desa Kekeran kepada I Gusti Ngurah Batuhaya. Ia mendapatkan gelar abhiseka I Gusti Ngurah Batutumpeng. Disebutkan bahwa Desa Kekeran mengalami masa kejayaan saat dipimpin I Gusti Ngurah Batutumpeng. Desa Kekeran menjadi aman dan sejahtera. Pembangunan berjalan lancar, khususnya pembangunan tempat suci. I Gusti Ngurah Batutumpeng sangat disegani oleh bawahan serta warganya sehingga hidup tenteram dan bahagia.

Pada masa pemerintahan raja pertama Mengwi, I Gusti Agung Putu yang bergelar I Gusti Agung Made Agung, terjadi peperangan antara Raja Mengwi dan I Gusti Ngurah Batutumpeng. Perang ini terjadi karena Kerajaan Mengwi ingin menguasai Desa Kekeran. Awalnya, I Gusti Ngurah Batutumpeng berhasil mengalahkan I Gusti Made Agung. Namun, Raja Mengwi berhasil mengalahkan dan membunuh I Gusti Ngurah Batutumpeng pada 1732 Masehi. Kerajaan Mengwi berhasil menguasai Desa Kekeran.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us

Latest Life Bali

See More

Menikmati Lukisan Peter Dittmar Seniman Jerman di Galery Tonyraka Ubud

14 Nov 2025, 15:47 WIBLife