Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

6 Tugas Nyata Dokter Forensik yang Akan Membuatmu Terpukau

ilustrasi dokter forensik (freepik.com/freepik)
ilustrasi dokter forensik (freepik.com/freepik)

Pernah gak kamu merasa kagum dengan adegan autopsi dalam film kriminal? Atau bertanya-tanya bagaimana sebuah kasus kejahatan bisa terungkap hanya karena petunjuk kecil yang tak terlihat oleh mata awam? Di balik semua itu, ada satu peran krusial, yaitu dokter forensik. Apa yang mereka kerjakan merupakan jembatan vital antara dunia medis dan hukum.

Para ahli forensik punya kemampuan unik untuk melihat apa yang tidak bisa dilihat oleh mata awam, menafsirkan apa yang gak bisa diceritakan oleh mereka yang telah tiada. Jadi tidak heran kalau mereka sering dijuluki sebagai advokat bagi orang mati. Namun, tahukah kamu bahwa peran dokter forensik lebih luas dan gak melulu tentang kematian? Dokter forensik juga berdedikasi untuk mereka yang masih hidup, contohnya memberikan penilaian luka (visum) dan menjadi saksi ahli di persidangan.

Kedokteran forensik dan medikolegal yang juga sering disebut dengan kedokteran kehakiman, adalah cabang spesialis ilmu kedokteran. Bidang ini membantu kepentingan peradilan dalam hal penegakan hukum maupun masalah-masalah terkait hukum. Nah, apa saja sih peran dokter forensik di dunia nyata? Yuk, simak 6 fakta berikut!

1. Mengidentifikasi penyebab dan cara kematian

ilustrasi proses otopsi (freepik.com/peoplecreation)
ilustrasi proses otopsi (freepik.com/peoplecreation)

Dokter forensik adalah ahli Thanatologi (ilmu tentang kematian). Mereka mempelajari proses kematian, baik itu dari segi fisik, psikologis, maupun sosial. Melalui pemeriksaan medis yang cermat, dokter forensik mampu menentukan waktu, penyebab dan cara kematian.

Waktu kematian dapat ditentukan lewat temuan pada dekomposisi dan pembusukan jaringan tubuh, apakah kematian baru terjadi beberapa jam, hitungan hari, atau sudah lebih lama. Dari luka yang dialami, bisa diketahui apakah penyebab kematiannya luka tembak, tusuk, sakit jantung, atau penyebab lainnya. Melalui autopsi bisa dimengerti cara kematian, apakah pembunuhan, kecelakaan, bunuh diri, atau kejadian alami. Menggunakan pemahaman mendalam tentang patologi, toksikologi, dan berbagai disiplin ilmu lainnya, dokter forensik dapat ikut merekonstruksi peristiwa yang terjadi di sekitar kematian.

2. Mampu mengubah cedera menjadi bukti hukum

ilustrasi visum di pengadilan (freepik.com/wirestock)
ilustrasi visum di pengadilan (freepik.com/wirestock)

Dokter forensik adalah penerjemah luka. Setiap memar, luka robek, atau patah tulang pada tubuh, baik yang hidup maupun yang telah meninggal, bisa menceritakan sebuah kisah. Mereka menganalisis karakteristik cedera (jenis, ukuran, usia, pola luka) untuk menyimpulkan bagaimana luka itu terjadi, apakah akibat kekerasan, kecelakaan, atau upaya pembelaan diri. Penilaian ini selanjutnya didokumentasikan dalam visum et repertum.

Visum et Repertum (VeR) atau laporan medis forensik adalah dokumen resmi yang berisi hasil pemeriksaan medis dan interpretasi ilmiah. Dokumen penting ini punya kekuatan hukum sebagai alat bukti di pengadilan. Dokter forensik juga sering dipanggil untuk memberikan keterangan ahli atau saksi ahli di persidangan. Di sinilah mereka harus menerjemahkan temuan ilmiah yang kompleks, menjadi bahasa awam yang mudah dipahami oleh hakim, jaksa, dan pengacara. Melalui perannya, dokter forensik membantu mereka membuat keputusan yang tepat berdasarkan fakta medis.

3. Melindungi mereka yang tidak berdaya

Ilustrasi jenazah (IDN Times/Mardya Shakti)
Ilustrasi jenazah (IDN Times/Mardya Shakti)

Tidak cuma berkutat dengan jenazah, dokter forensik juga berperan penting dalam memeriksa korban kekerasan, pelecehan, atau kecelakaan. Mereka melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh untuk mengidentifikasi, mendokumentasikan, dan menilai semua jenis cedera, mulai dari memar, luka gores, luka sayat, hingga patah tulang. Setiap detail luka, seperti lokasi, ukuran, bentuk, dan karakteristiknya, akan dicatat dengan sangat teliti. Dokumentasi ini tidak hanya menggunakan deskripsi tertulis, tetapi juga foto medis beresolusi tinggi yang pengambilan fotornya dengan prosedur sesuai standar.

Dokter forensik juga terlatih untuk mengumpulkan dan mengamankan bukti mikroskopis. Bukti tersebut berupa sampel rambut, serat pakaian, sisa DNA (dari air liur, sperma, atau kulit), atau sampel cairan tubuh lainnya. Pengambilan sampel ini harus dilakukan dengan standar protokol forensik yang ketat untuk menjaga integritasnya agar dapat digunakan di pengadilan.

Pada kasus kekerasan seksual misalnya, mereka mengumpulkan bukti biologis seperti sperma atau sel epitel pelaku, lalu mendokumentasikan cedera fisik, maupun tanda-tanda kekerasan non-fisik (psikologis). Peran dokter forensik di sini sangat penting tidak hanya untuk tujuan hukum, tetapi juga untuk memberikan dukungan medis dan psikologis awal kepada korban. Mereka memastikan korban mendapat penanganan medis yang tepat dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan tidak menambah beban psikologis korban.

4. Kerja di TKP maupun laboratorium

Ilustrasi TKP. (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi TKP. (IDN Times/Aditya Pratama)

Para dokter forensik sering turun langsung ke tempat kejadian perkara (TKP) untuk memastikan pengumpulan bukti medis berjalan dengan benar. Mereka membantu menganalisis posisi korban, bercak darah, atau kondisi lingkungan. Analisis ini penting dalam mengungkap kronologi kejahatan.

Setelahnya, mereka bergantung pada laboratorium forensik untuk mengungkap detail tersembunyi. Di tempat ini, dokter forensik berkolaborasi dengan beragam ahli, mulai dari toksikolog untuk deteksi racun dan obat, ahli DNA untuk identifikasi akurat, ahli serologi untuk cairan tubuh, sampai ahli balistik yang menganalisis senjata. Jadi gak berlebihan jika dokter forensik disebut juga sebagai penghubung antara bukti fisik dan penemuan ilmiah.

Laboratorium juga krusial dalam mengungkap kasus lama yang sudah buntu (cold case). Berbekal teknologi DNA dan teknik forensik modern, banyak kasus pembunuhan yang akhirnya terungkap bertahun-tahun kemudian. Hal ini memungkinkan karena ilmu forensik terus berkembang. Pemeriksaan yang dulu tidak bisa dilakukan, kini dapat dijalankan dan menghasilkan temuan akurat, sehingga memungkinkan penegakan hukum bagi kasus-kasus yang sebelumnya tertunda.

5. Ilmu kedokteran forensik sangat luas

ilustrasi odontologi forensik (adansw.com.au)
ilustrasi odontologi forensik (adansw.com.au)

Kedokteran forensik gak cuma berputar pada autopsi. Selain bekerja di balik meja autopsi, mereka juga punya peran mendidik polisi, jaksa, hingga mahasiswa kedokteran. Karena cakupan ilmu kedokteran forensik sangat luas, mereka dapat mengajarkan cara menangani korban, mengamankan barang bukti biologis, hingga menyusun laporan medis yang kuat untuk mendukung proses hukum.

Ada berbagai bidang spesialisasi di dunia kedokteran forensik. Forensik Klinik yang menangani korban hidup, Antropologi Forensik yang mengidentifikasi kerangka manusia atau sisa-sisa tulang belulang, Odontologi Forensik yang fokus pada identifikasi korban melalui catatan gigi. Bidang lainnya berupa Psikiatri Forensik untuk kondisi mental tersangka atau korban, dan Toksikologi Forensik untuk analisis zat beracun atau obat-obatan dalam tubuh. Ini masih belum disebut semua lho, terbayang bukan betapa luasnya spektrum keilmuan yang dicakup oleh kedokteran forensik?

6. Pahlawan di tengah tragedi bencana massal

ilustrasi aktivitas tim DVI (in-the-loop.net.au)
ilustrasi aktivitas tim DVI (in-the-loop.net.au)

Tugas paling umum diketahui dari dokter forensik adalah mengidentifikasi jenazah yang tidak dikenal, baik karena bencana, kecelakaan, atau tindak kriminal. Mereka memeriksa sidik jari, gigi, jaringan tubuh, hingga DNA untuk memastikan siapa orang di balik jenazah. Dalam situasi paling mengerikan, seperti bencana massal (gempa bumi, kecelakaan pesawat, tsunami, kebakaran besar, ledakan) mereka memimpin tim Disaster Victim Identification (DVI) atau tim Identifikasi Korban Bencana. Pada kasus ini, kondisi jenazah korban seringnya udah sulit dikenali, bahkan mungkin sudah tidak utuh.

Identifikasi jenazah dilakukan melalui pemeriksaan TKP, pengumpulan data post mortem (gigi, DNA, ciri medis, sidik jari kalau memungkinkan), ante mortem (deskripsi ciri khusus, rekam medis dan gigi, sampel DNA), serta pencocokan data. Dokter forensik dan timnya berusaha memastikan setiap korban mendapat identitasnya, keluarga mendapatkan kepastian di tengah duka, dan membantu proses pemulihan psikologis bagi para penyintas.

Di balik ruang autopsi yang sering digambarkan seram di film, profesi dokter forensik justru memiliki sisi heroik. Mereka ahli membaca jejak luka, mencari petunjuk kecil, dan memastikan setiap fakta medis bisa bantu menegakkan keadilan. Lewat keahliannya, orang yang sudah tiada tetap punya suara, dan korban yang masih hidup tetap terlindungi haknya. Ternyata dunia forensik tidak seseram yang dibayangkan, bukan?

Referensi
Widya Iswara, R. A. F. (2023). Pengantar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Purbalingga: CV Eureka Media Aksara. ISBN 978 623 151 307 6
Kepolisian Negara Republik Indonesia. (2010). Prosedur Identifikasi Korban Bencana Massal (DVI). Divisi Dokkes POLRI.
Subandi, S., & Sadjimin, T. (2013). Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. FK UGM Press.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Pedoman Pelayanan Kedokteran Forensik di Rumah Sakit. Jakarta: Kemenkes RI.
WHO & UNODC. (2015). Guidelines for Medico-Legal Care for Victims of Sexual Violence. World Health Organization.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us