Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

7 Cara Bijak Menghadapi Rekan Kerja yang Suka Klaim Kerjaan Orang

ilustrasi rekan kerja (pexels.com/Ketut Subiyanto)
ilustrasi rekan kerja (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Dalam dunia kerja, kolaborasi dan kerja tim memang jadi bagian penting dari keseharian. Tapi gak semua orang menjalani kerja sama dengan cara yang sehat dan jujur. Satu masalah yang cukup bikin frustrasi adalah ketika ada rekan kerja yang tiba-tiba mengklaim hasil kerjamu seolah-olah itu miliknya. Situasi seperti ini bukan cuma menyebalkan, tapi juga bisa merugikan secara profesional jika dibiarkan terus terjadi.

Klaim sepihak terhadap hasil kerja bisa merusak reputasi, mengganggu motivasi, bahkan menurunkan semangat untuk berkontribusi. Kalau kamu mengalami hal seperti ini, penting banget untuk tahu cara menyikapinya dengan tepat. Berikut ini tujuh cara bijak saat menghadapi rekan kerjamu yang suka klaim kerjaan orang. Simak satu per satu, ya!

1. Pastikan untuk tetap tenang dan jangan bereaksi terlalu emosional

ilustrasi orang bekerja dengan tenang (pexels.com/Moose Photos)
ilustrasi orang bekerja dengan tenang (pexels.com/Moose Photos)

Hal pertama adalah tetap tenang dan jangan terbawa emosi. Meskipun rasanya pasti menjengkelkan, merespons dengan kemarahan justru bisa memperburuk situasi dan membuatmu terlihat tidak profesional. Ambil waktu sejenak untuk menenangkan diri dan memproses apa yang terjadi sebelum mengambil langkah apa pun.

Dengan menjaga ketenangan, kamu bisa berpikir lebih jernih dan objektif dalam menentukan tindakan selanjutnya. Sikap emosional justru bisa dimanfaatkan oleh si pelaku untuk membalikkan keadaan, bahkan membuatmu terlihat seperti pihak yang memicu konflik. Sebaliknya, sikap yang tenang dan terkontrol menunjukkan bahwa kamu dewasa, bijak, dan mampu menangani konflik secara profesional. Hal itu akan menambah nilai di lingkungan kerja.

2. Kumpulkan bukti-bukti

ilustrasi mengumpulkan bukti (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi mengumpulkan bukti (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Cara kedua yang bisa kamu lakukan adalah mengumpulkan bukti terlebih dahulu sebelum mengambil langkah untuk mengonfrontasi rekan kerja tersebut. Bukti ini bisa berupa email, percakapan WhatsApp, dokumen dengan timestamp, atau rekaman proses kerja yang menunjukkan bahwa kamu memang berkontribusi penuh dalam tugas tersebut. Jangan terburu-buru emosi, fokus saja pada mengamankan semua hal yang bisa mendukung ceritamu.

Mengapa ini penting? Karena bukti-bukti tersebut gak hanya berguna untuk membela diri, tapi juga menjadi alat bantu yang kuat jika kamu perlu melibatkan atasan atau HR. Saat kamu membawa masalah ini ke pihak yang lebih berwenang dengan dokumentasi yang jelas dan lengkap, kamu akan terlihat lebih profesional dan kredibel. Mereka pun akan lebih mudah memahami situasinya tanpa perlu menduga-duga siapa yang sebenarnya benar.

3. Bicarakan secara langsung dan sopan

ilustrasi berbicara dengan rekan kerja (pexels.com/SHVETS production)
ilustrasi berbicara dengan rekan kerja (pexels.com/SHVETS production)

Kalau kamu merasa cukup nyaman dan siap, gak ada salahnya mencoba berbicara langsung dengan orang tersebut secara pribadi. Pilih waktu dan tempat yang kondusif, hindari suasana yang ramai atau terburu-buru. Saat menyampaikan unek-unekmu, usahakan tetap tenang dan netral. Jangan menyudutkan atau menyerang, cukup fokus pada fakta serta bukti-bukti yang sudah kamu kumpulkan. Jelaskan bagian mana dari pekerjaan yang kamu kerjakan, lalu minta klarifikasi atas klaim yang mereka buat.

Pendekatan personal seperti ini sering kali justru membuka ruang dialog yang lebih jujur dan terbuka. Bisa jadi, rekan kerjamu itu sebenarnya gak sadar kalau tindakannya menimbulkan masalah. Namun tetap waspada, ya! Pastikan kamu tidak ikut larut dalam drama atau konfrontasi emosional. Jaga sikap profesionalmu sepanjang waktu, karena tujuan utamanya adalah menyelesaikan masalah, bukan memperburuk suasana kerja.

4. Libatkan atasan jika sudah berlebihan

ilustrasi berbicara dengan atasan (pexels.com/Christina Morillo)
ilustrasi berbicara dengan atasan (pexels.com/Christina Morillo)

Kalau perilaku rekan kerjamu itu terus berulang dan dampaknya benar-benar merugikan, gak ada salahnya untuk mulai melibatkan atasan. Tapi sebelum itu, penting untuk memastikan kamu sudah mencoba menyelesaikannya secara pribadi terlebih dulu dengan cara yang profesional. Kumpulkan bukti yang relevan, seperti email, dokumen, atau catatan kerja yang menunjukkan kontribusimu secara jelas. Ini akan membuat laporanmu jadi lebih objektif dan tidak terkesan emosional.

Saat menyampaikan permasalahan ke atasan, hindari nada menyalahkan atau curhat personal. Fokuslah pada dampak yang ditimbulkan terhadap pekerjaan, alur kerja tim, atau hasil proyek. Atasan yang bijak umumnya akan lebih menghargai laporan yang disertai data dan fakta dibanding keluhan tanpa dasar. Langkah ini juga bisa menjadi titik evaluasi menyeluruh bagi tim, agar praktik kerja yang lebih adil dan transparan bisa ditegakkan di lingkungan kantor.

5. Jaga kolaborasi tetap profesional

ilustrasi bekerja dengan tim (pexels.com/Christina Morillo)
ilustrasi bekerja dengan tim (pexels.com/Christina Morillo)

Meskipun kamu pernah dirugikan oleh rekan kerja yang suka mengklaim hasil kerja orang lain, jangan biarkan rasa kesal mengubah caramu bersikap. Tetaplah bersikap profesional dan kerjakan tanggung jawabmu sebaik mungkin. Membalas dengan perilaku serupa hanya akan menurunkan reputasimu dan membuat situasi makin runyam. Menjaga etika kerja di tengah kondisi yang menjengkelkan justru akan membuatmu terlihat lebih unggul dan dewasa dalam menyikapi konflik di lingkungan kerja.

Jika situasinya mengharuskan kamu untuk kembali bekerja sama dengan orang tersebut, cobalah tetapkan batas yang jelas sejak awal. Diskusikan pembagian tugas secara terbuka agar semua orang tahu siapa mengerjakan apa. Kamu juga bisa mengusulkan untuk membuat laporan kerja kolektif atau menyimpan hasil diskusi dalam bentuk tertulis agar tidak ada ruang untuk manipulasi. Dengan begitu, kamu tetap bisa berkontribusi dalam tim tanpa mengorbankan kredibilitas atau kenyamanan kerjamu sendiri.

6. Simpan rekam jejak pekerjaanmu

ilustrasi menyimpan rekam jejak kerjaan (pexels.com/ThisIsEngineering)
ilustrasi menyimpan rekam jejak kerjaan (pexels.com/ThisIsEngineering)

Biasakan untuk selalu menyimpan rekam jejak dari setiap pekerjaan yang kamu lakukan, sekecil apa pun kontribusinya. Rekam jejak ini bisa berupa draft awal, file kerja versi revisi, catatan diskusi, hingga notulen rapat yang mencantumkan siapa bertanggung jawab atas bagian tertentu. Dokumentasi ini akan sangat berguna jika suatu saat muncul konflik klaim kerja, karena kamu memiliki bukti konkret yang menunjukkan peranmu dalam proyek tersebut.

Kebiasaan menyimpan arsip kerja juga mencerminkan profesionalisme. Kebiasaan ini menunjukkan bahwa kamu adalah pribadi yang rapi, teliti, dan terorganisir. Ketika kamu bisa dengan mudah menunjukkan proses kerjamu atau menyusuri kembali tahapan proyek, atasan dan rekan kerja pun akan lebih percaya pada kredibilitasmu. Jadi, dokumentasi bukan cuma alat bertahan, tapi juga cara halus untuk membangun reputasi profesional yang kuat.

7. Bangun personal branding lewat kerja yang konsisten

ilustrasi orang yang memiliki personal branding kuat (pexels.com/Anna Nekrashevich)
ilustrasi orang yang memiliki personal branding kuat (pexels.com/Anna Nekrashevich)

Akhirnya, cara paling kuat untuk melindungi diri dari klaim sepihak adalah dengan membangun citra profesional yang kuat. Mulailah dengan menunjukkan konsistensi dalam setiap tugas yang kamu kerjakan, menjalin komunikasi yang jelas dengan rekan kerja maupun atasan, dan membuktikan kemampuanmu dalam menyelesaikan pekerjaan secara tuntas. Reputasi yang kuat bukan dibentuk dalam semalam, tapi dari kebiasaan sehari-hari yang mencerminkan integritas dan dedikasi.

Ketika kamu dikenal sebagai orang yang dapat diandalkan dan pekerja keras, hasil kerjamu akan berbicara dengan sendirinya. Bahkan jika ada orang yang mencoba mengambil kredit atas usahamu, kolega dan atasan biasanya bisa melihat siapa sosok sebenarnya di balik keberhasilan itu. Personal branding yang baik bisa menjadi tameng alami yang melindungi kamu dari ketidakadilan semacam ini, sekaligus menjadi investasi jangka panjang dalam kariermu.

Hasil kerja diklaim orang memang bikin kesal. Kalau kamu ada di situasi ini, terapkan 7 langkah di atas supaya kamu bisa menjaga reputasi di kantor sekaligus menunjukkan kalau kamu bukan orang yang mudah dipermainkan!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us