TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bayi yang Udelnya Bodong Berisiko Kekurangan Hormon Tiroid

Kasus hipotiroid kongenital di Indonesia cukup tinggi

ilustrasi bayi (pexels.com/Ryutaro Tsukata)

Tabanan, IDN Times - Satu dari 3 ribu bayi yang baru lahir di Indonesia mengalami hipotiroid kongenital atau kekurangan hormon tiroid. Bayi yang mengalami hipotiroid kongenital jika tidak ditangani sejak dini akan mengalami gangguan tumbuh kembang, terutama di bagian otaknya.

Agar ini tidak terjadi, penting melakukan screening hipotiroid kongenital (SHK) saat bayi baru lahir.

Baca Juga: Viral Keseringan Pakai Kipas Angin Bisa Terkena Bell's Palsy

Baca Juga: Mengulik Apa Itu Bayi Tabung yang Akan Dijalani Syahrini

1. Gejala awal dari hipotiroid kongenital

Ilustrasi bayi. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

Kepala Bagian Anak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tabanan, dr I Gusti Ayu Asih Ratnadi SpA, mengatakan gejala bayi baru lahir yang mengalami hipotiroid kongenital memang tidak terlalu spesifik. Namun pihak medis maupun orangtua harus waspada jika ada gejala-gejala sebagai berikut:

  • Bayi baru lahir yang terkesan malas atau tidur terus. Akibatnya bayi yang seharusnya minum 2-3 jam sekali mengalami gangguan minum atau minumnya berkurang
  • Perut bayi agak buncit
  • Bayi mengalami kesulitan buang air besar (konstipasi). Normalnya bayi baru lahir buang air besar bisa enam kali dalam sehari. Tetapi bayi dengan hipotiroid kongenital mengalami konstipasi atau buang air besar bisa lima hari sampai seminggu sekali
  • Gejala khasnya adalah bayi mengalami kuning berkepanjangan. Jika bayi kuning sejak lahir, namun setelah ditangani pada hari ke-10 masih tetap kuning, maka perlu dilakukan SHK secepatnya untuk memastikan adanya hipotiroid kongenintal
  • Gejala fisik lainnya adalah ubun-ubun lebar, udel bodong, otot bayi lemas, dan kulitnya kering.

2. Bayi akan mengalami gangguan perkembangan otak jika tidak segera ditangani sejak dini

ilustrasi otak dengan gangguan (unsplash.com/@natcon773)

Tiroid merupakan hormon yang penting untuk tumbuh kembang anak, khususnya tumbuh kembang di bagian otak. Apabila kekurangan hormon ini, anak bisa mengalami kekurangan gizi, stunting, hingga mengalami gangguan pada perkembangan otaknya.

"Ini yang ditakutkan pemerintah. Apabila tidak ditangani dini, maka tentu anak-anak akan terancam mengalami gangguan perkembangan pada otaknya. Apalagi kejadian hipotiroid kongenital di Indonesia cukup tinggi, yaitu 1 kejadian dari 3.000 sampai 4.000 kelahiran," ujarnya.

RSUD Tabanan sendiri menangani tiga kasus hipotiroid kongenital pada tahun 2022.

"Hipotiroid kongenital bisa ditangani jika dideteksi dini dan mendapatkan penanganan awal. Sehingga penting untuk bayi baru lahir menjalani screening hipotiroid kongenital (SHK). Petugas medis biasanya jika melihat gejala-gejala hipotiroid kongenital akan segera menjalani SHK untuk bayi."

Berita Terkini Lainnya