3 Gejala Umum Anak yang Mengalami Kekerasan Seksual, Patut Waspada
Kita kawal terus kasus yg dimuat Project Multatuli
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Baru-baru ini Project Multatuli memuat kasus dugaan pemerkosaan yang dilakukan oleh ayah kandung terhadap ketiga anaknya di Luwu Timur, Sulawesi Selatan (Sulsel). Kasus ini dilaporkan oleh ibu korban pada Oktober 2019 lalu. Project Multatuli merupakan sebuah gerakan jurnalisme nonprofit yang berbasis riset dan data.
Ketiga anak itu mengalami gejala-gejala yang awam ditemukan pada korban kekerasan seksual pada anak, sehingga kerap luput dari perhatian orang-orang terdekatnya. Yaitu internal thrombosed hemorroid, abominal and pelvic pain, dan vaginitis.
Jadi ada baiknya orangtua dan kamu sendiri yang memahami gejala umum ini. Supaya bisa melakukan deteksi dan tindakan sedini mungkin apabila gejala tersebut muncul pada anak-anak.
Baca Juga: Alasan Polisi Labeli Berita 3 Anak Diperkosa di Lutim Hoaks
Baca Juga: Tiga Anak Diperkosa, Saya Lapor Polisi. Polisi Hentikan Penyelidikan.
1. Gejala kekerasan seksual tidak hanya terjadi pada organ kelamin saja, tetapi juga anus
Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Penyintas Perempuan dan Anak (P2TP2A) Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar, dr Ida Bagus Putu Alit SpF, memaparkan tiga diagnosa yang dialami oleh korban di Luwu Timur merupakan gejala umum korban kekerasan seksual pada anak. Adapun gejala tersebut antara lain:
- Internal thrombosed hemorroid (Bekuan darah pada wasir)
- Abominal and pelvic pain (Nyeri perut dan panggul)
- Vaginitis (Peradangan pada vagina) dan sembelit.
Menurut Alit, kekerasan seksual pada anak tidak hanya terjadi pada alat intimnya saja, tetapi juga anus apabila anak tersebut disodomi. Sodomi sendiri adalah kegiatan seksual lewat anus.
"Untuk gejala bekuan darah pada wasir dan sembelit ini biasanya ditemukan pada kekerasan seksual pada anak yang disodomi," ujarnya, Minggu (10/10/2021).