TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Berburu Satai Susu Sapi di Kampung Jawa Denpasar, Jadi Primadona!

Banyak yang penasaran nih. Harganya Rp1000 per tusuk

IDN Times/Imam Rosidin

Denpasar, IDN Times -  Setiap bulan Ramadan, Dusun Wanasari atau yang lebih dikenal dengan Kampung Jawa selalu jadi rujukan warga muslim di Kota Denpasar. Mereka berburu takjil atau hidangan untuk berbuka puasa. Hampir di sepanjang jalan di sekitar Masjid Baiturrahmah, ratusan pengunjung memadati para penjual takjil.

Di antara pedagang yang menjual beraneka ragam masakan, ada satu dagangan yang tampak ramai. Yaitu pedagang satai susu sapi.

1. Jual aneka makanan

IDN Times/Imam Rosidin

Di sepanjang jalan 500 meter sisi kiri masjid tampak dibangun stand pedagang yang dikhususkan untuk menjual kuliner. Masing-masing gerai dari meja diletakkan saling berhadapan. Jajanan yang dijual kebanyakan berupa makanan ringan seperti risoles, donat, bakwan, dan lainnya. Termasuk minuman seperti es kelapa, es buah dan es daluman. Meski didominasi oleh makanan ringan, pedagang yang menjual lauk pauk masih tetap ada kok. Seperti ikan bakar, ayam bakar, rendang, pepes ikan, ikan laut, dan sebagainya.

2. Pedagang satai selalu ramai. Omzet sehari mencapai Rp3 juta

IDN Times/Imam Rosidin

Di antara pedagang yang menjajakan masakannya, ada satu gerai yang selalu ramai dan dikerubuti oleh pembeli. Yaitu pedagang satai. Beragam jenis satai dijual seperti satai susu, satai sum-sum, satai jeroan sapi, dan satai usus. Harganya bervariasi. Rata-rata dijual Rp2.500 per tusuk. Tapi khusus satai susu dijual Rp1000 per tusuk.

Siti, penjual satai susu, mengaku bersyukur karena setiap Ramadan ia mendapat tambahan pendapatan. Ia mengaku sudah berjualan di samping Masjid Baiturrahmah sejak tujuh tahun silam. Pendapatannya naik drastis saat berjualan selama bulan puasa. Dalam sehari, ia bisa menghasilkan Rp3 juta dari berjualan satai.

"Tahun sebelumnya jual Rp2000, sekarang naik jadi Rp2.500. Harga naik semua mas. Ada satai susu, usus, dan sum-sum," kata dia.

Ia bukanlah pedagang musiman. Di hari-hari biasa, Siti berjualan satai di depan rumahnya. Namun peminatnya memang sedikit dan tak seramai kali ini. Selama berdagang di bulan puasa, ia mengaku berbelanja 15 kilogram susu sapi setiap hari, dan langsung habis sehari itu juga.

"Kalau hari biasa sepi peminatnya tak terlalu banyak. Kalau puasa, orang luar yang ke sini mereka tertarik untuk beli satai susu. Kalau puasa banyak peminatnya. Kalau hari biasa di rumah masing-masing tapi tak sebanyak ini. Sehari bisa dapat Rp3 juta sama modalnya," ujarnya.

3. Satai susu sapi banyak paling ramai karena banyak yang penasaran

IDN Times/Imam Rosidin

Ia menjelaskan, satai susu sapi paling ramai karena banyak yang penasaran sama rasanya. Kalau satai lainnya hanya digunakan sebagai pelengkap saja. Satai susu ini berasal dari daging susu sapi, yang dipotong kecil-kecil berbentuk dadu. Setelah itu dibumbu dan dipanggang.

"Kalau tak ada ini gak laku yang lain. Pada nyari susu sapi karena penasaran. Kalau yang lain ya tambahan saja," katanya.

Pernyataan Siti nampaknya benar. Rizal, seorang pengunjung yang tinggal di Jalan Hayam Wuruk Denpasar, mengaku datang ke Kampung Jawa karena penasaran dengan rasa satai susu sapi yang kerap dibicarakan. Ia mengaku baru kali ini berkunjung ke sini. Pasalnya, sebelumnya ia masih bekerja di Surabaya dan sekarang dipindahkan ke Denpasar.

"Tertarik aja mau tahu rasanya susu sapi. Buat cari takjil untuk buka juga," jawabnya.

Berita Terkini Lainnya