The Art of Food Writing, biar Review Makanan Gak Membosankan

Jujur, enak banget, guys!

"Sumpah, makanannya enak banget sampai mau meninggal!"

Gianyar, IDN Times - Kelas yang merupakan bagian dari Ubud Food Festival 2023, The Art of Food Writing, tidak akan menyarankanmu menulis kalimat di atas dalam memberikan ulasan terhadap makanan. Dalam kelas yang diselenggarakan di The Westin Resort and Spa, Ubud, Kabupaten Gianyar, Jumat (30/6/2023) kemarin, memberikan perspektif lain dalam menulis tentang makanan.

1. Panduan dasar dalam review makanan

The Art of Food Writing, biar Review Makanan Gak MembosankanUbud Food Festival 2023 (Instagram.com/ubudfoodfest)

Kelas The Art of Food Writing dipandu oleh Kevindra Soemantri dan Eve Tedja. Keduanya belajar menulis secara otodidak yang membuat penyampaiannya menyenangkan dan terasa tidak digurui.

Eve bercerita, seni dalam review makanan yaitu harus memiliki konteks, lakukan riset mendalam, jangan lupakan integritas, dan selalu ingat kaitan makanan dengan kultur.

Perlu diingat bahwa makanan merupakan representasi dari budaya yang telah lama terbentuk. Sebagai food reviewer, kamu harus bijak dan berhati-hati. Untuk mengantisipasinya, seperti yang telah disampaikan dalam poin di atas, riset sangat membantu mengenal makanan lebih dalam.

2. Macam penulisan makanan

The Art of Food Writing, biar Review Makanan Gak MembosankanUbud Food Festival 2023 (Instagram.com/ubudfoodfest)

Ngomongin menulis tentang makanan, apa, sih, yang muncul dalam ingatanmu? Kevindra secara terperinci menjelaskan tentang apa saja yang menjadi bagian dari food writing. Ia menjelaskan ada empat jenis food writing yaitu resep, literatur, akademik, dan guide. Untuk review makanan, masuk ke dalam kategori guide.

Dari masing-masing bagian tersebut, dibagi lagi menjadi beberapa jenis. Misalnya resep di dalamnya ada cara masak, resep berdasarkan kultur, dan resep yang disertai cerita.

Untuk literatur, dibagi lagi menjadi memoir, novel, dan esai. Kemudian akademik terdiri dari sejarah makanan, food science, socio-culture, dan industry analysis. Sedangkan guide, dibagi menjadi dua yaitu culinary travel dan restaurant review.

Ternyata food writing gak sekadar mengulas tentang makanan yang baru saja kamu santap, ya?

3. Mengenal Kevindra Soemantri dan Eve Tedja

The Art of Food Writing, biar Review Makanan Gak MembosankanKevindra Soemantri dan Eve Tedja di Ubud Food Festival 2023 (instagram.com/ubudfoodfest)

Community writers yang mengikuti acara tahunan IDN Times Community, Lombok Writers Festival 2022, tentu telah mengenal Kevindra Soemantri. Ia menjadi pengisi acara pelatihan menulis yang diadakan di Gili Trawangan.

Menurut ceritanya, Kevindra bercita-cita menjadi seorang chef. Ia bahkan mengambil pendidikan di bidang kuliner. Kalau ada yang masih ingat, dia merupakan finalis sepuluh besar Master Chef Indonesia musim pertama.

Kegemarannya akan membaca membuat cerita-cerita yang dibagikan oleh Kevindra begitu kaya. Ia telah menulis sembilan buku, satu di antaranya Eat, My Boy yang telah diluncurkan 2 Juli 2023 di Ubud.

Tidak mengenyam pendidikan formal di bidang kepenulisan maupun jurnalisme, membuat Eve Tedja belajar banyak tentang menulis. Fokus menulis tentang makanan, membuatnya memiliki formula tepat untuk diaplikasikan siapa saja yang akan mengulas kuliner.

Menjadi jurnalis di majalah Epicure Asia, Eve memberikan tips dalam menulis mengulas makanan. Bagian terpentingnya adalah jangan gunakan terlalu banyak kata sifat! Ia juga menyarankan untuk padu padan kalimat panjang dan pendek agar tulisan lebih indah dinikmati. Satu lagi, tulis apa yang ingin kamu baca tentang review makanan.

Selain kelas The Art of Food Writing, Ubud Food Festival 2023 memiliki beragam kelas, dan bisa mencicipi aneka makanan dari berbagai tenant diTaman Kuliner di Jalan Raya Sanggingan Nomor 88X Kedewatan, Ubud. Siapa yang sudah mengikuti agenda mereka? Share pengalamanmu di kolom komentar ya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya