TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Motif dan Asal Mula Nama Kain Gringsing, Tenun Khas Bali Aga

Kain ini disakralkan oleh warga Desa Tenganan

Kain tenun gringsing yang dipakai saat upacara keagamaan (Dok.Pribadi/Natalia Indah)

Desa Tenganan yang berada di Kabupaten Karangasem, merupakan desa kuno di Pulau Bali. Pola kehidupan warganya sejak dahulu hingga sekarang masih mencerminkan kebudayaan dan adat istiadat desa Bali Aga, yang berbeda dengan desa-desa lainnya di Bali.

Karena keunikannya, Desa Tenganan dikembangkan sebagai objek wisata dan mempunyai warisan yang sering diburu oleh wisatawan, yaitu Kain Tenun Gringsing.

Kain ini merupakan warisan leluhur warga Desa Tenganan yang terus dijaga dan dilindungi keasliannya sampai sekarang. Bahkan, kain ini juga dianggap sakral oleh mereka. Setiap ada upacara atau perayaan tertentu di desa tersebut, semua warganya menggunakan kain ini. Terkadang, ada juga warga Tenganan yang memakainya dalam kehidupan sehari-hari. Ingin tahu lebih banyak tentang kain Gringsing? Simak ulasannya di bawah ini.

Baca Juga: 9 Fakta Tenun Gringsing Desa Adat Tenganan Karangasem

Baca Juga: 5 Fakta Candi Gunung Kawi, Harus Kamu Kunjungi Kalau ke Bali

1. Sejarah Kain Tenun Gringsing

Semua warga Desa Tenganan yang memakai tenun gringsing saat tradisi Perang Pandan (Dok.Pribadi/Natalia Indah)

Kain Tenun Gringsing konon berawal dari kekaguman Dewa Indra, dewa pelindung manusia dalam Hindu Bali, terhadap keindahan langit pada malam hari. Sang Dewa kemudian mencoba menggambarkannya kepada umat manusia pilihannya, yakni penduduk Desa Tenganan.

Dewa Indra pun mengajarkan para perempuan untuk menguasai teknik menenun kain yang mengabadikan keindahan matahari, bulan, bintang, dan hamparan langit yang menawan.

2. Asal mula nama Gringsing

Beragam motif kain tenun gringsing (Dok.Pribadi/Natalia Indah)

Gringsing merupakan penggabungan dari kata "gring" yang berarti sakit, dan "sing" yang berarti tidak. Sehingga jika digabungkan mempunyai arti tidak sakit. Secara harafiah, diartikan juga sebagai penolak bala dan pengusir berbagai penyakit rohani maupun jasmani.

Atas dasar itulah, warga Desa Tenganan percaya bahwa kain ini mempunyai kekuatan Dewa Indra yang dapat melindungi mereka dari berbagai musibah.

3. Dibuat menggunakan teknik ikat ganda

Salah satu penenun kain gringsing (kemenparekraf.go.id)

Kain Tenun Gringsing merupakan satu-satunya kain tenun tradisional Indonesia yang dibuat menggunakan teknik ikat ganda. Sebagai penganut Dewa Indra, warga Desa Tenganan juga meyakini imigran dari India Kuno. Kemudian dipercaya, bahwa imigran itulah yang membawa teknik ikat ganda melalui pelayaran dari Orissa atau Andhra Pradesh, dan akhirnya dikembangkan secara bebas di Desa Tenganan.

4. Proses pembuatannya cukup rumit dan lama

Kamu bisa membeli atau berfoto dengan kain gringsing di Desa Tenganan (Dok.Pribadi/Natalia Indah)

Pembuatan Kain Tenun Gringsing memakan waktu yang lama. Karena itulah harganya pun tak murah. Proses penenunan Kain Gringsing memakan waktu sekitar 2 bulan, dan untuk motif ikat ganda bisa memakan waktu 2 sampai 5 tahun.

Sedangkan proses pewarnaannya memakan waktu lebih dari 3 bulan secara berulang sesuai pakem yang telah ditentukan turun temurun. Kain Tenun Gringsing didominasi oleh warna merah yang berasal dari getah kayu tertentu, dan biji kemiri yang diramu sebagai pewarna.

Verified Writer

Natalia Indah Kartikaningrum

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya