Tradisi Unik, Orang Bali yang Nikah di Sini Wajib Menanam Pohon
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Denpasar, IDN Times – Pernikahan merupakan momen spesial bagi pasangan. Karena hanya terjadi sekali seumur hidup, maka pernikahan juga dianggap sebagai momen sakral yang harus dipersiapkan dari banyak hal. Namun Banjar Adat Kertasari, Kelurahan Panjer, Kecamatan Denpasar Selatan, memiliki aturan unik bagi warga yang hendak menikah. Yaitu pengantinnya harus menanam pohon.
Baca Juga: Petugas KPPS di TPS 17 Banjar Kertasari Denpasar Diisi Para Perempuan
1. Pohon pengantin ini ditetapkan berdasarkan awig-awig Banjar Adat
Kelian Banjar Adat Kertasari, I Gede Sulusi, menjelaskan penanaman pohon diresmikan sebagai awig-awig (aturan adat) Banjar Adat Kertasari pada 31 Oktober 2020 lalu. Atas dasar itu, maka setiap warga di Banjar Kertasari yang menikah wajib menanam pohon untuk menjaga lingkungan dan mengurangi pemanasan global.
“Pengantin yang mengambil, artinya lakinya dari banjar sini. Atau yang perempuannya dari sini. Itu diwajibkan menurut awig-awig itu,” ungkapnya, pada Rabu (9/12/2020).
Baca Juga: Unik! 4 Macam Sapaan Bali Kepada Makhluk Gaib, Alam dan Binatang
2. Ada dua pengantin yang telah menjalankan awig-awig ini
Gede Sulusi melanjutkan, sudah ada dua pengantin yang melakukannya semenjak awig-awig tersebut diberlakukan. Pohon itu ditanam di depan rumah keluarga pengantin atau wilayah banjarnya. Kebetulan dua warga yang melaksanakannya merupakan anak dari Kepala Lingkungan dan Kelian Banjar.
“Ada yang sudah. Baru ada dua yang menikah,” ungkapnya.
Baca Juga: 6 Doa Hindu Tuntunan Berumah Tangga, Biar Semakin Harmonis
3. Inilah jenis pohon yang harus ditanam oleh pengantin di Banjar Kertasari:
Jenis-jenis pohonnya adalah yang dapat berbuah dan perindang. Sehingga jika berbuah, nanti bisa dinikmati oleh masyarakat. Misalnya pohon ketapang (terminalia catappa), tabebuya, dan sawo kecik. Tanaman tersebut lalu diberi nama sesuai pasangan pengantin.
“Jadi diharapkan, yang kawin itu akan seperti tanaman. Tumbuh subur berkembang. Ya itu filosofinya,” kata Kepala Lingkungan Banjar Adat Kertasari, Ketut Sujilan.