7 Reaksi Warga Bali Soal Vaksin, Masih Ada yang Tak Percaya COVID-19

Kalau kamu sendiri gimana, guys?

Denpasar, IDN Times – Provinsi Bali masih menunggu arahan dari Pemerintah Pusat terkait rencana vaksinasi COVID-19. Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan (Kadiskes) Provinsi Bali, dr Ketut Suarjaya, kepada IDN Times melalui pesan singkat.

Di hari yang sama, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sekaligus Wakil Ketua IV dan Ketua Pelaksana Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN), Erick Thohir, menyatakan dalam dua hari Pemerintah Indonesia akan memutuskan wilayah mana saja yang akan menjadi prioritas vaksinasi.

Apakah Provinsi Bali menjadi daerah prioritas yang mendapatkan vaksin COVID-19? Dikonfirmasi soal itu, Ketut Suarjaya mengaku menunggu arahan pusat.

“Kami masih menunggu arahan dan pedoman pusat. Sampai saat ini belum ada data,” jawabnya, Selasa (24/11/2020) lalu.

Baca Juga: Tiga Jenis Vaksin Ini Penting untuk Lansia, Terutama Vaksin Influenza

1. Warga tidak mau disuntik vaksin, ada yang tidak percaya COVID-19

7 Reaksi Warga Bali Soal Vaksin, Masih Ada yang Tak Percaya COVID-19Ilustrasi swab test (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

IDN Times lalu meminta pendapat beberapa warga di Kota Denpasar terkait kesediaannya untuk divaksin atau tidak. Berikut tanggapannya:

  • Shinta (Mahasiswa)

“Kalau aku gak bersedia divaksin karena belum pasti juga itu vaksin bagus. Takutnya malah bikin virus semakin kebal.”

  • Sonny (Pekerja swasta)

“Untuk sementara gak mau divaksin. Karena apapun jenis vaksinnya selalu akan membawa akibat buruk terhadap badan saya. Menurutku vaksin itu memasukkan anti virus atau penangkal virus dalam tubuh kita untuk mendeteksi virus. Namun tidak semua vaksin itu baik. Terkadang membawa dampak buruk bagi tubuh kita, yaitu berkurangnya antibody alami dalam tubuh.”

  • Marcellus (Pekerja swasta)

“Katanya COVID-19 bisa dicegah dengan imun kuat. Olahraga teratur, makan teratur dan istirahat teratur. Lalu untuk apa itu vaksin? Artinya saya tidak bersedia.”

  • Ivan (Mahasiswa)

“Tidak bersedia dan tidak percaya COVID-19.”

Baca Juga: Komunikasi COVID-19 Satu Pintu di Bali Banyak Kurangnya, Imbauan Terus

2. Warga berani divaksin karena takut terinfeksi COVID-19

7 Reaksi Warga Bali Soal Vaksin, Masih Ada yang Tak Percaya COVID-19pengujian klinis tahap III vaksin COVID-19 produksi Sinovac (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)

Namun sebagian warga di Kota Denpasar juga ada yang bersedia divaksin, dengan pertimbangan demi menjaga kesehatan tubuh mereka.

  • Vivi (Pekerja swasta)

“Saya menyambut baik ditemukan vaksin COVID-19. Kalau memang dibutuhkan kenapa tidak. Tetapi vaksin ini memang lulus uji coba. Bersedia, alasannya untuk penanganan ke depannya.”

  • Agus (Pegawai kontrak instansi pemerintah)

“Saya siap atas amanat Negara.”

  • Widiadnyana (Pekerja swasta)

“Meski takut kena jarum suntik, saya bersedia. Pertama karena saya takut kena COVID-19. Kedua saya pengin Indonesia bebas COVID-19.”

3. Sebanyak 793 orang terkonfirmasi positif COVID-19 masih dirawat di Bali per tanggal 25 November 2020

7 Reaksi Warga Bali Soal Vaksin, Masih Ada yang Tak Percaya COVID-19Ilustrasi seorang pasien dengan penyakit virus korona (COVID-19) berbaring di tempat tidur di University Hospital Medical Center Bezanijska kosa di Belgrade, Serbia, Sabtu (25/7/2020). ANTARA FOTO/REUTERS/Marko Djurica

Perkembangan kasus COVID-19 di Provinsi Bali per hari Rabu (25/11/2020), mencatat penambahan kasus terkonfirmasi positif sebanyak 95 orang, kasus sembuh bertambah 66 orang, dan kasus meninggal dunia sebanyak tiga orang.

Jumlah kasus secara kumulatif terkonfirmasi positif sebanyak 13.537 orang (, sembuh sebanyak 12.326 orang (91,05 persen) dan meninggal dunia 418 orang (3,09 persen). Sementara total kumulatif kasus aktif atau yang masih dalam perawatan menjadi 793 orang (5,86 persen).

4. Ada gejala meningkatnya tingkat kematian pasien COVID-19 di Bali

7 Reaksi Warga Bali Soal Vaksin, Masih Ada yang Tak Percaya COVID-19Jenazah terlantar dari RSUP Sanglah Denpasar (Dok.IDN Times/RSUP Sanglah)

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan, dr Kadek Iwan Darmawan, yang mewakili Kadiskes Provinsi bali dalam Rapat Koordinasi bersama Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) dan semua layanan COVID-19 yang digelar virtual, menyampaikan sampai sekarang ada gejala meningkatnya tingkat kematian pasien COVID-19 di Bali.

“Saya mohon sharing dari Tim COVID-19 RSUP Sanglah selaku tim support dalam menyikapi hal tersebut. Selain itu adanya surat Kementerian Pariwisata agar Bali membuka kawasan Nusa Dua serta surat Tim COVID-19 pusat yang mengharapkan Bali harus menyelesaikan Tes Swab PCR sebanyak 30 ribu lebih dari Desember 2020 sampai Januari 2021. Ini harus kita sikapi serius”, katanya, dilansir dari situs resmi Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Senin (23/11/2020) lalu.

Menurut Direktur Pelayanan Jasa Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar, dr Karyawati, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan di RSUP Sanglah. Yaitu jumlah pasiennya berkurang, tetapi pasien rujukan yang berat-berat banyak yang berdatangan. 

“Apa yang kami lakukan di RSUP Sanglah selalu berpedoman pada panduan Penanganan COVID-19 revisi 5. Itu dilakukan secara sistematis”, jelasnya.

Baca Juga: Dekan FEB Unud: Bali Tidak Bisa Melawan Musuh yang Tidak Pasti

5. Vaksin sifatnya untuk melatih sistem kekebalan tubuh

7 Reaksi Warga Bali Soal Vaksin, Masih Ada yang Tak Percaya COVID-19theceliacscene.com

Masih melansir dari situs yang sama, Vaksinolog sekaligus Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr Dirga Sakti Rambe, menyebutkan vaksin merupakan alat intervensi kesehatan masyarakat di tengah pandemik, yang sangat dibutuhkan. Selain COVID-19 berbahaya bagi kesehatan, gejala infeksinya bisa sangat minim. Sehingga pasien tidak menyadari kalau dirinya telah terinfeksi.

Inilah yang mengakibatkan banyaknya pasien COVID-19 terlambat untuk ditangani, atau justru mendapat penanganan pada saat gejala dan kondisinya memburuk.

“Keliru apabila ada anggapan vaksin itu tidak ada gunanya. Karena vaksin sifatnya melatih sistem kekebalan tubuh agar mampu memproduksi antibodi. Satu lagi. Vaksin punya keunggulan yang tidak dimiliki upaya pencegahan yang lain. Yaitu vaksin memberikan perlindungan yang sifatnya spesifik.”

Baca Juga: Jika Vaksin COVID-19 Adalah Pemecahannya, Saya Ikuti Walau Bayar!

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya