Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Menyangkal Kalimat 'Orang Lain Bisa, Pasti Saya Juga Bisa'

ilustrasi teman ngobrol (pexels.com/Armin Rimoldi)

Kita sering mendengar kalimat motivasi "Orang lain bisa, pasti saya juga bisa." Kalimat tersebut sering dilontarkan para motivator untuk menyemangati para audiensnya. Namun, ada yang luput dari kalimat tersebut, yakni terkait kemampuan membaca situasi dan kondisi yang dihadapi. Dalam meraih cita-cita, setiap orang memiliki kondisi dan situasi yang berbeda satu dengan lainnya. Ada yang terlahir dengan wajah menawan dan kaya raya, ada juga yang terlahir biasa dan hidup sederhana.

Dari memahami dan membaca situasi dan kondisi yang ada, akhirnya banyak orang mulai paham bahwa tidak semua cita-cita atau keinginan kita bisa terwujud dalam hidup ini. Orang-orang yang sudah berdamai dengan diri sendiri serta situasi, pasti mulai merevisi kalimat motivasi tersebut, yang sebelumnya berkata "Orang lain bisa, pasti saya juga bisa" menjadi "Orang lain bisa, pasti saya juga bisa dibidang yang lain."

Kalimat kedua tersebut mengajarkan kita, bahwa setiap manusia memiliki kemampuan dan keahlian di bidangnya masing-masing yang saling melengkapi satu manusia dengan manusia lainnya. Oleh karena itu, sebagai manusia hendaknya memahami dan menerima kondisi dan situasi hidup yang kita jalani, lalu mencari bakat dan keahlian kita, lalu menjadi pribadi yang sebaik-baiknya. Yakni yang bermanfaat dan berdampak positif bagi orang lain.

1. Menerima kenyataan

Madara Uchiha (dok. Pierrot Studio/Naruto)

Dalam series Naruto Shippuden, karakter villain bernama Madara Uchiha pernah berkata:

"Hadapilah kenyataan, di dunia ini tidak semua keinginanmu terkabul. Kalau kau hidup lebih lama lagi, kau akan sadar  kalau hidup itu tidak lebih dari kesedihan, penderitaan, dan kekosongan, dengarkanlah."

Kalimat karakter tersebut mengajarkan untuk menghadapi kenyataan bahwasanya di dunia ini tidak semua cita-cita, keinginan, dan hasrat seorang manusia akan terkabul dan berjalan sesuai rencana. Dalam proses menerima kenyataan atau realitas yang dihadapi pasti akan menimbulkan kesedihan, penderitaan, dan rasa hampa.

Walaupun begitu, manusia akan menerima realitas yang dihadapi seiring berjalannya waktu, mulai beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang ada. Jadi ketika kenyataan tidak berpihak pada kita hendaknya memahami, menerima, beradaptasi, dan menjalani kehidupan lagi. Albert Einsten berkata:

"Hidup itu seperti mengendarai sepeda. Untuk menjaga keseimbangan, Anda harus terus bergerak."

2. Temukan bakat dan keahlian yang dimiliki

Master Oogway. (imdb.com)

Setiap manusia terlahir dengan bakat dan keahliannya sendiri. Kendati beberapa di antaranya punya kesamaan, tetapi pasti tetap ada keunikan sendiri. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, "Orang lain bisa, pasti saya juga bisa di bidang yang lain." Jangan coba untuk memaksakan diri meraih apa yang belum saatnya diraih. Percayalah, bahwasanya setiap masa ada orangnya, dan setiap orang ada masa yang tepat.

Jika suatu keinginan atau cita-cita belum tercapai, cobalah untuk menemukan hal lain sesuai dengan kemampuan serta keahlian yang dimiliki. Siapa tahu hal tersebut merupakan sebuah potensi diri yang belum dikenali, dan membawamu kepada kesuksesan di kemudian hari.

Master Oogway dalam series Kung Fu Panda pernah berkata pada Poo, sang main character (MC), ketika Poo merasa terpuruk dan belum menemukan cara untuk mempelajari seni kungfu. Perkataan sang master inilah yang memberikan spirit untuk Poo mengenali potensi dirinya. Bahwa cara belajar kungfunya berbeda dari orang lain. Sang Master berkata:

"Yesterday is a history, tomorrow is a mystery, and today is a gift."

3. Berdampak positif pada orang lain

ilustrasi membaca alquran (pexels.com/Alena Darmel)

Walaupun semua hal yang menjadi keinginan, cita-cita, dan hasrat manusia tidak semuanya terkabul. Namun, hidup harus terus berjalan. Waktu akan silih berganti, memberikan kesempatan pada setiap orang untuk terus berkembang, serta bertransformasi ke arah yang lebih baik.

Sebagai makhluk yang diberi akal dan hidup bersosial, hendaknya saling melengkapi dan berdampak positif satu sama lain untuk memberikan warna kepada dunia. Kendati manusia merasakan kesedihan, kepedihan, dan penderitaan akan hidup yang tidak sesuai rencana. Namun berdampak positif dan bersikap baik, itu adalah obat. Karena menimbulkan kebahagiaan dan menjadikan pribadi sebagai manusia itu sendiri adalah sebaik-baiknya manusia. Seperti yang dijelaskan dalam Alquran Surah Al-Baqarah Ayat 216:

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Irma Yudistirani
EditorIrma Yudistirani
Follow Us