TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Cara Agar Tindakan Pamermu Tidak Dianggap Sombong

Pamer juga bisa dilakukan dalam konteks yang positif, kok

ilustrasi pribadi positif (pexels.com/Jeffrey Reed)

Gak bisa dimungkiri bahwa kata "pamer" kerap kali diasosiasikan sebagai perilaku yang negatif. Mereka yang gemar memamerkan sesuatu dianggap hanya ingin mencari perhatian semata, atau berusaha terlihat lebih keren dibanding pihak lainnya.

Padahal tidak selamanya perilaku pamer harus dipandang sebagai sesuatu yang buruk. Ada beberapa hal yang sebenarnya sangat layak untuk dipamerkan, dan bisa mendatangkan manfaat untuk banyak pihak. Biar orang lain gak salah paham, berikut lima cara agar tindakan pamermu tidak dianggap sombong.

Baca Juga: 5 Upaya Baik untuk Membantu Teman yang Belum dapat Pekerjaan

Baca Juga: 5 Alasan Kemasan Makanan Sering Kali Tidak Sesuai dengan Isi

1. Mencoba pamer secukupnya saja

ilustrasi memotret makanan (pexels.com/ROMAN ODINTSOV)

Mau itu memamerkannya secara langsung ketika berbincang dengan teman atau diunggah lewat media sosial sekalipun, tetap saja sangat tidak disarankan untuk memamerkan sesuatu secara berlebihan.

Ini karena ketika kamu terlalu sering memamerkan kelebihan atau aspek yang dipunya, dapat berpotensi membuat orang lain merasa terganggu. Bukannya terkesan, orang lain justru akan merasa jenuh dengan perilakumu tersebut.

Meski niatmu hanya ingin berbagi kebahagiaan, tapi apabila porsinya terlalu berlebihan, maka ini hanya akan memengaruhi pandangan orang lain terhadapmu. Jadi, lebih baik pamer secukupnya saja, ya.

2. Fokus memamerkan diri tanpa merendahkan orang lain

ilustrasi pria sukses (pexels.com/fauxels)

Sebagian orang sebenarnya tidak masalah dengan sosok yang suka pamer. Toh, selama yang dipamerkan adalah hasil kerja keras sendiri, maka itu bukan hal yang buruk sama sekali. Namun, menjadi salah jika tindakan pamernya juga diiringi dengan menyindir maupun merendahkan orang lain.

Misalnya, memamerkan iPhone yang baru dibeli, kemudian meremehkan pengguna lain yang memakai ponsel Android. Contoh lainnya, ketika seorang pengusaha sukses yang merupakan lulusan SMA, justru malah memamerkan hasil kerja kerasnya sambil meremehkan para lulusan S1 yang masih berjuang mencari pekerjaan.

3. Hindari memamerkan hal yang terkesan sensitif

ilustrasi pamer harta (pexels.com/Karolina Grabowska)

Gak semua hal bisa dipamerkan begitu saja. Sebab, ada beberapa objek yang memang terkesan cukup sensitif untuk dipamerkan, seperti kekayaan atau harta benda yang kamu punya. Meskipun semua hal itu kamu dapatkan dengan kerja keras sendiri, tapi seringnya orang-orang hanya akan memandang hasilnya saja.

Mungkin mereka berpikir bahwa kamu bisa mendapatkan itu semua dengan mudah tanpa perlu bersusah payah. Bahkan yang paling parah, bisa saja mereka berpikir kalau kamu mendapatkan semua itu melalui jalur haram atau cara instan lainnya. Juga, memamerkan hal sensitif seperti tadi berisiko membuat orang sekitar makin iri denganmu.

4. Pamerkan sesuatu yang bernilai positif

ilustrasi ikut kegiatan amal (pexels.com/RDNE Stock project)

Memamerkan hal-hal seperti prestasi akademik, kegemaranmu dalam membaca buku, atau mungkin keikutsertaanmu dalam kegiatan sosial, tentu dapat digolongkan sebagai "pamer" dalam konteks yang positif.

Tindakan pamer seperti itu justru malah dapat menginspirasi orang lain untuk melakukan hal yang sama. Kamu di sini berperan sebagai figur yang menjadi contoh bagi orang lain, dalam hal menumbuhkan minat untuk berbuat positif.

Ya, walaupun gak bisa dielak bahwa akan tetap ada pihak yang memandang negatif perbuatan yang kamu lakukan. Tapi, memamerkan hal positif tidak akan begitu berdampak buruk seperti halnya ketika memamerkan sesuatu yang cenderung sensitif.

Verified Writer

Hay Lee

Nulis karena bingung mau ngapain lagi

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya