TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Bungkus Permen Bisa Ditukar Jadi Beras dan Baju Lho, Mau?

Ide ini hasil inovasi anak Bali. Bisa ditiru

rgj.com

Sampah plastik mulai dari bungkus permen, makanan ringan maupun plastik dalam bentuk lainnya selalu diremehkan dan dibuang begitu saja. Padahal plastik-plastik inilah yang paling banyak menimbulkan polusi bagi lingkungan. Untuk itu seorang putra Bali asal Kabupaten Gianyar menularkan inovasinya dalam hal mengelola sampah plastik.

Ia menggunakan sistem poin yang bisa ditukar menjadi beras, pakaian, hingga alat tulis. Inovasi ini sudah diterapkan di Kabupaten Tabanan. Tepatnya di Banjar Jangkahan dan Banjar Penulisan, Desa Batuaji, Kecamatan Kerambitan. Seperti apa ya konsepnya?

Baca Juga: Unik, Fermentasi Sampah di Bali Dipakai Untuk Perawatan Tubuh

Baca Juga: Lagi Viral, Ini Cara Budidaya Lele dan Kangkung dalam Ember

1. Inovasi ini dapat mengubah pola kebiasaan generasi muda yang biasa jajan

Ilustrasi Sampah (IDN Times/Aldzah Aditya)

Padahal sudah banyak masyarakat yang tahu bahayanya plastik. Tetapi kesadaran untuk memilah sampah masih minim. Padahal kalau dikumpulkan, sampah tersebut bisa ditukar menjadi barang yang lebih berharga asalkan ada wadah yang mau mempelopori dan mau menampungnya. Hal inilah yang ditanamkan I Made Janur Yasa, pencetus inovasi penukaran sampah dengan sistem poin.

"Dengan sistem ini anak-anak bahkan remaja bisa menukar sampah plastik mereka dengan alat tulis maupun buku.  Generasi ini yang biasanya jajan. Jajan ini bungkusnya dari plastik. Jadi ini yang dikumpulkan mereka untuk ditukarkan," ujar Janur.

Baca Juga: Kenalin Putu Arsa dan Kadek Ayu, Hidupi Ibunya Stroke dan Kakek Nenek

2. Untuk mendapatkan poin, masyarakat harus melihat jenis-jenis sampahnya dulu. Seperti ini kualifikasinya:

Warga menukar sampah dengan pakaian di Tabanan (Dok.IDN Times/Istimewa)

Dalam sistem ini, Janur menerapkan satu poin harganya sama dengan satu kilogram beras atau Rp10 ribu. Supaya sampah itu bisa jadi poin, ada empat kualitas sampah yang ia tetapkan. Yaitu:

  • Sampah kualitas satu: berupa bungkus jajan, makanan kecil, permen atau tipe plastik kecil yang susah untuk dipungut. Jika kondisinya bersih maka satu kilogram sampah ini dihargai satu poin
  • Sampah kualitas dua: bentuknya sama dengan kualitas satu. Haanya saja lebih kotor dan tidak bersih. Karena itu, satu poin sama dengan dua kilogram sampah tersebut
  • Sampah kualitas tiga: berupa botol plastik dan gelas kemasan. Sampah-sampah ini sudah memiliki nilai ekonomi dan ada pengepulnya. Dihargai tiga kilogram sama dengan satu poin
  • Sampah kualitas empat: seperti ember, galon, sampai kursi plastik. Sampah jenis ini dihargai empat kilogram atau sama dengan satu poin.

Selain menerapkan poin di atas, Janur juga membuat program bernama "Titip buang". Jenis sampahnya berupa baliho tetapi dapat. Hanya dibantu pembuangannya ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mandung.

Baca Juga: Tangguh! Lima Warga Bali Ini Tetap Bertahan Meski Bisnis Tersendat

3. Lalu, dari manakah asal pengadaan barang seperti beras dan lainnya itu ia dapatkan?

Barang-barang yang bisa ditukarkan dengan poin sampah (Dok.IDN Times/Istimewa)

Janur mengakui, penukaran barang kebutuhan pokok seperti beras dan gula tidak selalu ada. Sebab pasokan tergantung dari adanya donasi.

"Jadi kadang ada yang donasi uang. Saya belikan beras dan gula. Nanti masyarakat diinfo jika stok penukarannya ada. Maksimal mereka menukar empatkilogram beras. Satu poin dihargai satu kilogram beras," ungkap Janur.

Program ini nampaknya tak hanya diikuti oleh ibu-ibu saja. Tak sedikit pula anak-anak dan remaja yang menukar poinnya dengan buku serta alat tulis. Sistem tukar poin ini disamakan dengan harga pasaran.

"Misalkan baju. Kalau di pasaran harganya Rp30 ribu, maka poin yang ditukar adalah tiga poin," jelasnya.

Pasokan baju dan peralatan dapur juga ia dapatkan dari donasi. Ada yang bekas tetapi masih layak pakai, dan ada juga yang baru.

Berita Terkini Lainnya