Tangguh! Lima Warga Bali Ini Tetap Bertahan Meski Bisnis Tersendat

Hidup harus tetap jalan walau COVID-19 masih merajalela

Wabah COVID-19 membuat banyak pekerja terpaksa harus dirumahkan atau di-PHK (Putus Hubungan Kerja). Tidak hanya itu, banyak juga usaha yang tersendat-sendat bahkan berhenti total akibat wabah ini. Namun walaupun dalam kondisi susah, para pelaku usaha ini tetap bertahan, mereka tidak menyerah dalam menjalankan usaha. 

Nah berikut lima kisah inspiratif warga Bali yang tetap berusaha membuka dan menjalankan usaha meski terhadang wabah COVID-19.

1. Gede Junaya, pengusaha Panaya Pizza

Tangguh! Lima Warga Bali Ini Tetap Bertahan Meski Bisnis TersendatIDN Times/Wira Sanjiwani

Gede Junaya (35) warga asal Buleleng Singaraja yang bekerja di salah satu hotel di Kuta ini sejak wabah COVID-19 terpaksa dirumahkan oleh hotel tempatnya bekerja. Pada awalnya, Junaya dan sang istri membuka usaha Home Made Pizza yang diberi nama  Panaya Pizza sebagai usaha sampingan. Tidak disangka usaha rumahan ini justru menjadi pemasukan utamanya saat ini.

Meski sedang dilanda wabah COVID-19, diakui Junaya pemesanan akan Panaya Pizza tetap ada. Ia pun menjalin kerjasama dengan Go Food maupun Grab Food. Harganya juga bersahabat mulai dari Rp35.000 sampai Rp55.000.

Bagi yang ingin pizza dengan rasa yang berbeda bisa langsung memesan ke nomor WhatsApp (WA) 0853-3847-1219 atau bisa juga melalui Go Food maupun Grab Food dengan nama Panaya Pizza & Healthy Smoothies atau bisa juga mengunjungi instagram @panayapizza.

2. Rini Wahyuni, pengusaha Dupa Merta Pudak Wangi

Tangguh! Lima Warga Bali Ini Tetap Bertahan Meski Bisnis TersendatIDNTimes/Wira Sanjiwani

Rini Wahyuni, warga Jambe, Belodan, Tabanan ini sempat merasakan imbas dari wabah COVID-19 di mana usaha produksi dupanya yakni Dupa Merta Pudak Wangi berhenti beroperasi. Lantaran bahan baku dupa yang biasa ia dapatkan berasal dari China.

"Karena wabah COVID-19 bahan bakunya tersendat karena dari China. Akhirnya saya usaha cari bahan baku yang ada Bali, akhirnya dapat di Karangasem," ujarnya.

Usaha pembuatan dupanya berhenti sejak Nyepi lalu dan kemudian kembali berjalan sejak satu minggu terakhir. Meski diakui pesanannya menurun sekitar 50 persen, namun Rini masih bersyukur usaha pembuatan dupanya tetap berjalan.

"Masih ada yang pesan. Meski ada penurunan 50 persen. Biasanya reseller pesan sampai Rp2 juta sekarang Rp900 ribu," ujarnya. Untuk harga eceran dupa produksi dari Dupa Merta Pudak Wangi ada dikisaran Rp20.000 sampai Rp80.000. Produk ini dijamin tidak menggunakan bahan kimia dan aman bagi pernafasan.

Bagi yang mau memesan dupa bisa langsung ke WA ke 0857-3812-8444 atau bisa mengunjungi link media sosial instagram @mertapudakwangi.

3. Mariatun, pengusaha lulur dan VCO

Tangguh! Lima Warga Bali Ini Tetap Bertahan Meski Bisnis TersendatIDN Times/Wira Sanjiwani

Mariatun adalah warga asal Desa Dalang, Selemadeg Timur, Tabanan. Awalnya Mariatun bersama Kelompok Tani Wanita (KWT) Nadi Sari membuat produk VCO karena Desa Dalang memiliki bahan baku kelapa. Namun Mariatun kemudian mengembangkan produk VCO ini menjadi lulur dan sabun.

Kualitas VCO, lulur, maupun sabun berbahan dasar kelapa yang diproduksi Mariatun sudah teruji. Ini terbukti beberapa kali ia sering diundang untuk mengikuti pameran maupun mengisi stand di Pesta Kesenian Bali (PKB). 

Menurut Mariatun, usaha VCO dan lulur buatannya saat ini memang tersendat. Namun ia berharap wabah COVID-19 ini bisa cepat berlalu. Bagi yang mau memesan VCO murni maupun lulur serta sabun milik Mariatun bisa melakukan pemesanan ke nomor WA 0812-3619-6885.

4. Ketut Suarni, pengusaha produk rajutan yang banting setir ke produksi masker

Tangguh! Lima Warga Bali Ini Tetap Bertahan Meski Bisnis TersendatIDN Times/Wira Sanjiwani

Ketut Suarni adalah pengusaha kerajinan rajutan dari Jembrana. Ia memproduksi produk rajutan dari tas hingga baju. Produknya bahkan sudah diekspor ke luar negeri seperti Austria. Namun semenjak wabah COVID-19, pesanan rajutannya menjadi sepi.

Menghadapi cobaan ini, Suarni kemudian banting setir memproduksi masker. Ia pun menggandeng 13 tukang jahit. Selama sebulan melakukan usaha pembuatan masker, menurut Suarni, sudah memenuhi pesanan sebanyak 13.000 masker. Harga yang ia patok adalah Rp3500 hingga Rp5000 per pcs. Pesanannya bahkan sampai ke Jawa Barat.

Meski produk rajutannya berhenti, pihaknya tetap akan memenuhi pesanan jika memang ada yang memesan. Jika ada yang tertarik bisa menghubungi Suarni ke no WA 0813-3777-7672 atau ke instagram @balirajut_shop.

5. Dewi Trisna, pengusaha ternak ayam pedaging

Tangguh! Lima Warga Bali Ini Tetap Bertahan Meski Bisnis TersendatIDN Times/Wira Sanjiwani

Saat ini harga ayam pedaging ditingkat peternak terpukul parah. Harga jual terendahnya bisa sampai Rp7500 perkilogram hidup. Meski harga jual ini masih jauh di bawah ideal, namun menurut Dewi Trisna, pengusaha ternak ayam pedaging asal Penebel, Tabanan, pihaknya tetap mendapatkan keuntungan meski sedikit.

"Yang penting tahu saja cara memeliharanya sehingga hasilnya bagus. Kalau hasil ternaknya bagus tetap ada untung meski sedikit," paparnya.

Meski usaha ternak ayam pedaging sedang terpukul parah, menurut Dewi Trisna, ia tetap akan memelihara ayam pedaging.

"Selama pengusaha yang menjadi mitra kami tetap memberikan pasokan bibit ayam dan pakan ternak, saya tetap jalan," ujarnya.

Nah itu lima warga Bali yang pantang menyerah menghadapi wabah COVID-19. Apa yang mereka lakukan semoga juga bisa menginspirasi krama Bali lainnya di tengah keterpurukan ekonomi ini.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya