5 Tips Menangani Kondisi Anak yang Terlihat Rapuh

Masalah keluarga bisa berdampak pada anak. Ia akan menjadi mudah rapuh secara mental, hingga membuat hidupnya kurang bahagia. Misalnya ketika orangtua sibuk dengan dunianya sendiri, sang anak akan merasa kesepian dan kurang kasing sayang.
Kondisi anak yang rapuh akan mengganggu proses tumbuh kembang hingga kebahagiaannya. Berikut beberapa tips yang bisa kamu coba untuk menangani kondisi tersebut.
1. Mulailah untuk bisa kembali dekat dengannya

Terlihat jelas jika anak yang rapuh biasanya akan lebih diam dan jauh dari kata ceria. Satu penyebabnya ialah kurangnya rasa kasih sayang dari orangtua mereka. Cobalah untuk kembali dekat dengannya. Tak harus banyak waktu jika memang sibuk, namun kualitas dari kebersamaan itulah yang paling penting untuk anak.
Luangkan waktu setiap hari meski hanya 10 menit untuk menatap matanya, mendengarkan ceritanya, atau sekadar memeluknya sebelum tidur. Kedekatan emosional ini menjadi pondasi penting agar anak merasa aman dan dicintai. Jangan meremehkan kekuatan pelukan atau senyuman kecil dari orangtua. Karena bagi mereka, itu bisa menjadi semacam obat penenang.
2. Curahkan semua perhatian dan kasih sayang yang berlebih

Anak yang rapuh hatinya biasanya karena haus akan kasih sayang dari orang terdekat. Satu cara yang paling manjur untuk dilakukan ialah mencurahkan semua kasih sayang yang berlebih pada anak. Secara perlahan, anak akan mulai menemukan semangat dalam menjalani hidup, hingga dirinya akan menjadi pribadi yang kuat.
Tak perlu takut memberi kasih sayang terlalu banyak. Justru dari sanalah anak belajar tentang cinta tanpa syarat. Peluk mereka tanpa alasan, ucapkan “I love you” tanpa menunggu momen tertentu, dan hadir secara utuh di saat mereka membutuhkan tempat bersandar.
3. Jadilah pendengar yang baik

Banyak orangtua merasa sudah cukup dekat dengan anaknya hanya karena tinggal serumah. Padahal, kedekatan sejati lahir dari kemampuan kita untuk mendengar tanpa menghakimi. Jadilah telinga yang benar-benar ingin memahami, bukan sekadar menanggapi.
Biarkan mereka bercerita tanpa harus kamu beri solusi saat itu juga. Kadang mereka hanya ingin tahu bahwa perasaannya valid, bahwa kesedihannya tak dianggap sepele. Ketika anak merasa didengar, mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dan terbuka.
4. Beri semangat untuk maju tanpa memaksa

Setiap anak punya waktu dan cara masing-masing dalam menghadapi luka batin atau tekanan hidup. Tugas kita bukan memaksa mereka untuk cepat move on, tetapi mendampingi dengan penuh kesabaran. Alih-alih berkata, “Kamu harus kuat,” coba ubah menjadi “Ayah/Ibu tahu kamu sedang berusaha, dan itu sudah luar biasa.”
Kata-kata kecil yang penuh dukungan bisa memberi dorongan besar bagi mereka untuk perlahan bangkit. Jangan biarkan kondisi hati anak yang rapuh itu berlanjut sampai ia dewasa.
5. Cobalah buat hari-hari mereka lebih ceria

Kebahagiaan anak tak harus datang dari hal besar. Bahkan hal-hal sederhana seperti bermain bersama, memasak bareng, atau membaca buku kesukaan mereka bisa memberi warna baru di hari-harinya. Ceria bukan berarti memaksakan mereka untuk selalu tertawa, tapi menghadirkan kehangatan dan kenyamanan.
Hal ini yang membuat mereka merasa dunia ini masih tempat yang layak untuk dijalani. Bangun rutinitas kecil yang menyenangkan, seperti “sesi peluk pagi” atau “malam dongeng” agar anak tahu bahwa hidup masih punya banyak sisi yang indah.
Menghadapi anak yang rapuh memang bukan perkara mudah, tetapi bukan pula sesuatu yang tak mungkin. Dengan kesabaran, cinta, dan kehadiran yang tulus, anak-anak bisa tumbuh kembali menjadi pribadi yang kuat. Mereka hanya butuh sedikit waktu, sedikit ruang, dan banyak pelukan.