TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Fakta Unik Hormon Testosteron, Bikin Depresi Jika Kekurangan

Jangan salah lho, perempuan juga punya hormon testoteron

Ilustrasi menyisir jenggot (pexels.com/Alena Darmel)

Tabanan, IDN Times - Kamu pernah gak sih bertanya-tanya, kenapa seorang pria umumnya memiliki kumis, jenggot, otot besar, dan suaranya berat? hal itu dipengaruhi oleh hormon testosteron. Namun tak hanya pria, perempuan juga memiliki hormon testoreon meskipun kadarnya lebih kecil.

Pada pria, hormon ini sebagai pengatur pertumbuhan dan perkembangan seksual mulai dari pembentukan otot, rambut, hingga gairah seksual. Lantas bagaimana kalau kadar hormon testoteron pria menurun, dan apa jadinya jika ada perempuan yang melakukan terapi hormon tersebut? Berikut penjelasan dari Dokter Spesialis Urologi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tabanan, dr Ida Bagus Tatwa Yatindra SpU.

Baca Juga: 6 Informasi Keliru Tentang Masturbasi, Langsung dari Ahlinya

1. Produksi testosteron menurun 0,8 persen sampai 1 persen pada usia di atas 30 tahun

pixabay.com/Shishirpal

Testosteron, kata Yatindra, adalah hormon yang memengaruhi libido, pembentukan massa otot, dan perubahan karakteristik seks sekunder pada pria. Hormon ini diproduksi di testis. Kadar dalam tubuh pria normalnya berkisar 250 sampai 1.000 ng/dL (nanogram per desiliter). Namun ketika memasuki usia 30 tahun ke atas, kadar hormon ini akan berkurang sekitar 1 persen tiap tahunnya.

Menurunnya kadar tersebut bisa disebabkan oleh usia, hipogonadisme (kondisi ketika kelenjar seksual tidak menghasilkan hormon dalam jumlah yang cukup), kencing manis, hingga kegemukan.

"Untuk mengetahui seberapa besar penurunan kadar testosteron ini akan dicek dulu untuk diambil langkah selanjutnya," kata Yatindra.

2. Pria yang mengalami penurunan kadar testosteron cenderung merasa depresi

Ilustrasi pria berjenggot (Pexels.com/iiii iiii)

Apabila pria mulai mengalami penurunan kadar testosteron, tentu akan berimbas kepada:

  • Ketidaksuburan
  • Berkurangnya hasrat seksual
  • Berkurangnya rambut pada tubuh
  • Meningkatnya lemak tubuh dan kolesterol
  • Berkurangnya kekuatan atau massa otot
  • Cenderung merasa depresi atau sedih yang berujung pada menurunnya kualitas hidup.

Jika dalam pengecekan kadar hormon testosteron di bawah ambang batas, maka akan dilakukan terapi hormon testosteron. Namun pemberiannya tidak dapat sembarangan.

"Namun dalam pemberian hormon testosteron ini tidak sembarangan. Harus dicek juga apa pasien pria bersangkutan tidak mengalami gejala keganasan pada prostat. Sebab, jika mengalami gejala itu lalu diberikan terapi hormon, maka akan semakin memicu keganasan pada prostatnya," jelas Yatindra.

Sayangnya, terapi hormon testosteron ini tidak ditanggung oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

"Untuk di Tabanan ada pria yang mengeluh mengalami penurunan gairah seksual tetapi tidak sampai diberikan terapi hormon testosteron," ungkapnya.

Berita Terkini Lainnya