Sepi Order, Kerajinan Selongsong Peluru Khas Kamasan Terancam Punah
Generasi muda di Klungkung gak ada yang mau meneruskannya
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Klungkung, IDN Times - Kerajinan selongsong peluru sempat menjadi ikon kesenian khas Desa Kamasan, Klungkung. Namun karena sepinya order dan kesulitan mencari bahan baku, membuat kerajinan unik khas Desa Kamasan ini terancam punah.
Baca Juga: Jelang IMF, Polres Klungkung & Masyarakat Bersihkan Bypass IB Mantra
Rak kaca milik I Made Sumerta (70), asal Desa Kamasan, Klungkung mulai dikotori jaring laba-laba. Hanya tersisa em[at kerajinan selongsong peluru di rak kaca tersebut. Dalam beberapa bulan terakhir, Made Sumerta tidak pernah mendapatkan orderan kerajinan peluru berukirkan wayang Kamasan.
padahal sebelumnya, rak kacanya tersebut terdapat puluhan model selongsong peluru sebagai pajangan supaya bisa dilihat calon pembeli. Namun saat ini hanya tersisa empat buah. Ia tidak lagi menekuni pembuatan kerajinan tersebut, karena sepinya order.
"Kalau kerajinan selongsong peluru harus nunggu order, dan ketersediaan bahan baku. Padahal kerajinan selongsong peluru ini sempat sangat terkenal dan laris beberapa tahun lalu,” Ujar Made Sumerta sembari menunjukkan kerajinan selongsong peluru yang disimpannya di kediamannya, Jumat (5/10).
1. Sebulan lebih tidak dapat order
Baca Juga: Dinilai Merugikan, Aliansi Rakyat di Denpasar Tolak Digelarnya IMF
I Made Sumerta mengungkapkan kekhawatirannya akan kelanjutan produk kesenian di Kamasan, khususnya kerajinan selongsong peluru. Menururnya, saat ini sama sekali tidak ada generasi muda di Desa Kamasan yang mau melanjutkan tradisi leluhur, seperti menjadi seorang seniman lukis, ukir atau menjadi seorang pande (Pandai besi).
“Saya khawatir semua kesenian di Desa Kamasan punah. Saya lihat anak muda sekarang jarang mendalami dan meneruskan kerajinan atau pekerjaan luluhur. Mereka kebanyakan memilih kerja di kantoran dan pekerjaan lain. Bahkan pande besi seperti sekarang, yang tersisa hanya orang-orang tua,” ujar Made Sumerta.
Pria yang sudah berusia senja tersebut berharap, agar generasi muda di Desa Kamasan tidak serta merta meninggalkan warisan kesenian leluhur, meskipunn sudah bekerja di sektor lain.
Karena kesenian menurutnya bukan semata tentang mata pencaharian. Namun bagian dari kepribadian, dan identitas sebagai warga Desa Kamasan yang selama ini dikenal sebagai Desa Seni di Klungkung.