TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Terhimpit Pandemik, Begini Strategi Jasamarga Bali Tol untuk Survive 

Harus bisa mencari solusi terbaik ya

Kondisi jalan Tol Bali Mandara yang sepi aktivitas kendaraan. (IDN Times/Ayu Afria)

Denpasar, IDN Times - Direktur Utama Jasamarga Bali Tol (JBT), I Ketut Adiputra Karang (31) mengatakan masalah yang dihadapi Jasamarga Bali Tol saat ini adalah operasional. Pandemik COVID-19 telah menggerus semua sektor, termasuk Jasamarga Bali Tol yang biasanya mencatat 44.000 kendaraan per harinya, kini menjadi hanya 11.000 kendaraan per hari.

“Jadi kalau dibilang Bali negatif -12 persen pertumbuhannya, kami jauh lebih turun, yaitu -75 persen dari target yang sudah ditetapkan. Jadi karena memang masalahnya yang ada di Bali, operasional,” ungkap I Ketut Adiputra Karang.

Ia mengungkapkan bahwa hanya pariwisata yang membuat Bali bergairah. Faktanya, ketika pariwisata tidak ada, maka impact-nya ke semua, termasuk pemasukan Jasamarga Bali Tol. Lalu apa yang dilakukan JBT untuk bisa survive?

Baca Juga: Kenali I Ketut Adiputra Karang, Millennials Dirut Jasamarga Bali Tol

1. Mulai semakin mengencangkan ikat pinggang

Direktur Utama Jasa Marga Bali Tol, I Ketut Adiputra Karang (IDN Times/Ayu Afria)

Selama tiga bulan menjabat sebagai direktur utama, I Ketut Adiputra Karang bersama dengan Direktur Keuangan PT Jasamarga Bali Tol, I Gusti Putu Arya Budhi Astawa mengaku mulai semakin mengencangkan ikat pinggang. Ia berupaya mengurangi pengeluaran yang dianggap tidak penting.

Kondisi pintu gerbang tol pun hanya difungsikan setengah saja. Dari 22 gardu tol, hanya 12 yang dioperasikan. Sementara untuk Sumber Daya Manusia (SDM), Jasamarga Bali Tol menjamin bahwa tidak ada karyawan yang dirumahkan atau di-PHK.

2. Maksimalkan potensi usaha lainnya

Jalan tol Bali Mandara (IDN Times/Ayu Afria

Dengan pengalamannya selama 8 tahun di bidang operasional, khususnya bagian Toll Collection, I Ketut Adiputra Karang menargetkan dua hal. Pertama adalah menaikkan pendapatan selain dari jalan tol.

“Jadi kan bisnis jalan tol itu ada dua sebenarnya. Bisnis jalan tol sendiri sama usaha lain. Nah yang belum dieksplor di sini tuh, usaha lainnya. Contoh iklan,” jelasnya.

Kedua, pihaknya concern dengan green teknologi yang saat ini masih dalam kajian yakni terkait dengan pengembangan Stasiun Pengisian Listrik Kendaraan Umum (SPKLU) mengingat di Bali sudah hadir bus listrik. Selain SPKLU, juga sedang dikaji terkait potensi Pembangkit Listrik Tenaga Surya mengingat letak Jalan Tol Bali Mandara berada di pinggir laut.

“Jadi kami bisa kerja sama dengan badan usaha lain atau dengan pemerintah atau dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lain. Jadi kami maksimalkan jadi sewa lahan, atau berupa bagi hasil. Itu belum kami coba gali lagi. Dan itu potensinya besar saya rasa,” ungkapnya.

Berita Terkini Lainnya