TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Menyelami Kapal Perang yang Menjaga Kedaulatan NKRI 

Catatan mengelilingi Perairan Bali bersama KRI Surabaya-591

KRI Surabaya-591 di Pelabuhan Benoa. (IDN Times/Ayu Afria)

Saya mengatur alarm di tiga waktu yang berbeda. Tak mau melewatkan kesempatan meliput penganugerahan gelar kehormatan Ksatria Padma Nusantara yang diberikan oleh Puri Ageng Blahbatuh kepada Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono. Antusiasme tidak bisa disembunyikan karena saya berpikir kesempatan seperti ini tentu jarang didapatkan. Apalagi momen penyematan pin kehormatan tersebut akan dilakukan di tengah Selat Lombok, di atas KRI Surabaya-591. 

Denpasar, IDN Times – Kamis (12/5/2022), saya terbangun tepat pukul 4.30 Wita. Waktu itu merupakan alarm kedua yang saya atur agar tidak terlambat berangkat ke Dermaga Timur Pelabuhan Benoa, Denpasar. 

Jika dulunya saya kerap pulang pagi ke kos, hari ini saya berangkat pagi buta untuk bekerja. Satu teman jurnalis menunggu di Dermaga Timur pukul 06.00 Wita. Setelah selesai berkemas, saya berangkat menuju Pelabuhan Benoa. Sepanjang Jalan Teuku Umar pun masih sepi. Lampu lalu lintas hanya berkedip kuning tanda hati-hati. Jarak pun saya tempuh dalam waktu yang lebih singkat.

Sesampainya di Gerbang Pelabuhan Benoa, suasana masih sepi. Hanya petugas kepolisian yang berjaga sepanjang jalan masuk. Usai memarkir sepeda motor, saya segera menuju ke Pintu Dermaga Timur. Sepagi itu saya langsung dikejutkan dengan megahnya KRI Surabaya-591 yang sedang sandar.

Kapal tersebut memiliki panjang 122 meter, dengan sisi terlebar 22 meter dan tinggi 56 meter. Berdiri di sampingnya, tubuh ini terasa sangat kecil.

Baca Juga: KASAL TNI Terima Anugerah Ksatria Padma Nusantara dari 17 Raja Bali

1. Tiga Kapal Perang Koarmada II turut mendampingi

KRI Surabaya-591. (IDN Times/Ayu Afria)

Berkali-kali saya sampaikan ungkapan kekaguman terhadap alutsista TNI AL ini. Berkali-kali pula rekan jurnalis mendengarkan ocehan saya. Karena masih pagi, saat itu situasi di Dermaga Timur belum ramai. Saya berkesempatan mengambil dokumentasi dan leluasa mengagumi KRI Surabaya-591. Awalnya saya mengira bahwa kami hanya akan wawancara di dermaga saja. Namun ternyata kami juga diajak naik KRI Surabaya-591, berkeliling Perairan Bali.

KRI I Gusti Ngurah Rai 332. (IDN Times/Ayu Afria)

Ada sensasi tersendiri saat KRI Surabaya-591 membawaku keliling Perairan Bali. Apakah tamu undangan yang lain juga merasakan hal yang sama? 

“Jujur saya merasa bangga dan sangat bangga memiliki mereka. Para TNI AL itu,” ungkap saya dalam hati.

KRI Hasanudin 366. (IDN Times/Ayu Afria)

Selain KRI Surabaya-591, juga ada 3 Kapal Perang Koarmada II lainnya yang turut mendampingi. Tepat di belakang kami, ada KRI I Gusti Ngurah Rai 332, di sebelah kanan, KRI Hasanudin 366. Sementara di sebelah kiri, KRI Frans Kaisiepo 368. Lengkap dengan marinirnya. Ada pula dua helikopter yang terbang mengitari KRI Surabaya yang kami tumpangi.

KRI Frans Kaisiepo 368. (IDN Times/Ayu Afria)

2. Ada cinta yang harus dipupuk untuk bangsa dan negeri ini

KRI Surabaya-591. (IDN Times/Ayu Afria)

Meskipun saya sering naik feri di Penyeberangan Pulau Bali dan Pulau Jawa, namun kali ini menumpang KRI Surabaya-591 terasa berbeda. Ada rasa terenyuh yang saya rasakan ketika menaiki kapal tersebut. Juga saat berada di helipad, kami menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya dan Lagu Padamu Negeri di tengah lautan. Rasanya napas ini penuh. Rasa haru dan bangga membangkitkan jiwa nasionalisme ini.

Keluar dari Perairan Pelabuhan Benoa, saat itu kondisi cuaca sedikit mendung, dan arus yang kuat membuat kami merasakan goyangan KRI Surabaya-591. Berjalan pun sedikit sempoyongan. Kemudian saya pergi ke arah belakang kapal. Apa yang saya lakukan? Ya, menatap 3 kapal perang lainnya dan birunya laut saat itu. Seolah terasa suasana di medan perang, bagaimana kapal-kapal ini mengarungi laut dengan gagahnya.

“Beberapa jam menumpangi kapal perang, akan membuat kita sadar bahwa negeri ini butuh anak-anaknya. Anak-anak bangsa yang menyimpan dan memupuk rasa cintanya untuk kedaulatan bangsa ini. Meski kita bukan mereka yang berada di garis depan pertahanan. Tapi setidaknya mulailah berpikir, andil apa yang bisa kita persembahkan untuk negeri ini?”

Berita Terkini Lainnya