Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Lukisan
Pameran Utopia oleh Seniman Peter Rhian Gunawan di Museum Puri Lukisan (IDN Times/Ayu Afria)

Intinya sih...

  • Peter Rhian menciptakan karakter Redmiller selama 6 tahun

  • Sang seniman rajin melakukan pameran di dalam maupun luar negeri

  • Karya Peter Rhian merupakan ajakan merenung soal kehidupan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Gianyar, IDN Times - Museum Puri Lukisan Ubud bekerja sama dengan G3N Project menghadirkan pameran tunggal karya seniman Peter Rhian Gunawan bertajuk Utopia. Karya tersebut dipajang di sebuah ruangan bernama South Building.

Pameran 23 karyanya kali ini dibuka dengan tarian Bali yang memukau dan dihadiri sejumlah tokoh penting. Sang seniman, Peter Rhian yang juga dijuluki Redmiller Blood itu tampak rapi dengan baju batik dan udeng yang dipakainya.

"Utopia itu sebagai sindiran bahwa kesuksesan yang semu itu tidak berlaku pada semua orang. Kesuksesan orang itu punya kaitan masing-masing ya," katanya, Jumat (26/9/2025).

1. Peter Rhian memerlukan waktu 6 tahun untuk menciptakan karakter Redmiller

Pameran Utopia oleh Seniman Peter Rhian Gunawan di Museum Puri Lukisan (IDN Times/Ayu Afria)

Seniman Peter Rhian lahir di Bandung pada tahun 1981 dan menamatkan studi magister ilmu desain di Institut Teknologi Bandung. Selain menekuni profesi seniman, kini ia juga aktif sebagai dosen di Fakultas Seni dan Desain, Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

Dalam pameran kali ini, seluruh karyanya berakar pada karakter ikonik ciptaannya, Redmiller. Karakter Redmiller merupakan sosok polos berambut merah dan mata yang terancam, meneteskan air mata berwarna pelangi yang merepresentasikan emosi tersembunyi manusia. Karakter Redmiller lahir dari riset panjang selama 6 tahun, karakter ini mewujudkan ketegangan antara ekspektasi sosial dan gejolak batin.

"Merepresentasikan emosi tersembunyi manusia melalui simbol-simbol visual yang dekat dengan budaya pop, mainan, hingga seni kartun," ungkapnya.

Ketertarikan Peter Rhian terhadap seni pop dan budaya populer membentuk gaya visual unik yang menembus batas medium. Lewat pameran Utopia, ia mengajak publik masuk ke dunia introspektif yang penuh warna. Ruang di mana tawa, air mata, serta identitas berpadu menjadi ekspresi yang lebih jujur dan otentik.

2. Sang seniman rajin melakukan pameran di dalam maupun luar negeri

Pameran Utopia oleh Seniman Peter Rhian Gunawan di Museum Puri Lukisan (IDN Times/Ayu Afria)

GM G3N Project, Andry Ismaya Permadi megatakan, pameran kali ini merupakan kolaborasi kelima Peter Rhian bersama G3N Project, setelah sebelumnya tampil di ajang Art Moments Jakarta di tahun 2023 dan 2025 serta dua pameran tunggal di Bandung pada tahun 2023 dan Jakarta 2023.

Dalam kurun 2020-2025, Peter Rhian telah menggelar 40 pameran tunggal maupun bersama, di antaranya di Hong Kong, Tiongkok, Australia, Korea Selatan, Spanyol, Amerika Serikat, dan Singapura, serta sejumlah kota di Indonesia.

"Bahwa seni rupa tidak hanya soal keindahan visual, tetapi juga bahasa universal yang mampu menyampaikan gagasan lalu ada keresahan dan harapan," terangnya.

Setiap karya yang akan ditampilkan mengandung cerita dan hal ini semua berkesempatan untuk masuk ke dalam ruang cerita dari karya-karya tersebut.

3. Karya Peter Rhian merupakan ajakan merenung soal kehidupan

Pameran Utopia oleh Seniman Peter Rhian Gunawan di Museum Puri Lukisan (IDN Times/Ayu Afria)

Penglingsir Puri Agung Ubud, Tjokorda Gde Putra Sukawati menilai karya Peter Rhian memiliki kekuatan visual, sekaligus pesan yang mendalam. Hal itu tampak pada detail, warna, dan komposisi yang digunakan.

"Itu berhasil membangkitkan rasa kagum sekaligus mengajak penonton merenung. Karyanya terasa hidup dan mampu menghadirkan emosi melalui setiap goresan,” ujarnya.

Pameran ini dibuka secara resmi oleh Wakil Menteri Pariwisata Giring Ganesha Djumaryo di Museum Puri Lukisan Ubud, pada Kamis 25 September 2025 sore dan dapat dinikmati publik hingga 15 Oktober mendatang. Pameran Utopia diharapkan menjadi ruang dialog antara seniman dan publik, sekaligus kontribusi bagi perkembangan seni rupa kontemporer di Bali dan Indonesia.

Editorial Team