Ruang penyimpanan lontar. (Dok.Pribadi/Muhammad Ibnu Khaldun)
Koleksi lontar di museum mencapai ribuan. Yakni 400 cakep berbentuk lontar, dan penulisannya di daun lontar.
"Sebenarnya ada sekitar 700-800 lontar. Namun yang baru teridentifikasi 400 cakep. Di warga masih banyak disimpan," ungkap Jro Suarya.
Selain itu, kata Jro Suarya, ada beberapa lontar yang sudah dialihkan menjadi aksara berjumlah 8 ribu. Sedangkan yang diubah ke digitalisasi sebanyak 175 cakep. Pengelola bersama kementerian terus menggelar digitalisasi demi keperluan literasi.
"Kita akan terus berkomunikasi dengan pengajar di Leiden, Belanda dan Inggris untuk mencari lontar lama. Mereka sedia memberikan transkip lontar tentang Bali. Selain itu, kita juga meminta agar warga simpan lontar di museum," harapnya.
Jenis lontar yang disimpan di museum bervariatif. Satu diantaranya lontar usada rare tentang pengobatan balita, lontar kawisesan, lontar babad, lontar kakawin Saraswati, puja, lontar wariga, sangkul putih, satua, tutur, bhuwana kosa, dan lontar lainnya.
"Kalau seandainya ada warga yang ingin menyimpan lontarnya di museum, kita bersedia terima. Kalau ada yang ingin belajar lontar, kita siap mengajari. Di Museum Pustaka lontar juga dibuat klinik lontar," katanya.