Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

5 Patung Ikonik di Gianyar, Ada yang Terinspirasi Pewayangan

Patung Brahma Lerare. (sejarahbali.com)

Patung maupun monumen adalah landmark dari suatu wilayah. Khususnya di Bali, beberapa kabupaten dan kota memiliki desain maupun figur patung yang unik. Ada yang terinspirasi dari kisah pewayangan hingga sosok bayi raksasa. Berikut ini daftar patung ikonik di Gianyar.

1. Patung Sang Jogor Manik

Patung Sang Jogor Manik. (IDN Times/Yuko Utami)

Patung ini berlokasi di Desa Batubulan, Kecamatan Sukawati, atau perbatasan antara Gianyar dan Denpasar. Menggambarkan figur Sang Jogor Manik yang bersama dengan Sang Suratma dipercaya sebagai pelaksana hukuman yang ditimpakan kepada roh ketika sudah lepas dari jasad.

Figur Sang Jogor Manik tidak terlepas dari figur Sang Suratma yang bertugas untuk mengungkap catatan perbuatan roh selama menyatu dengan badan wadag (badan kasar) di muka bumi.

Berdiri menghadap ke barat di perempatan Batubulan dan Menguntur atau Banjar Sasih. Patung ini seolah mengingatkan kepada pengguna jalan agar tetap ingat dan berhati-hati dalam bertindak.

2. Patung Brahma Lerare

Patung Brahma Lerare. (sejarahbali.com)

Patung Brahma Lelare yang berlokasi di pertigaan Sakah, Desa Batuan Kaler, Kecamatan Sukawati ini sangat populer dari segi nama maupun bentuk. Masyarakat terbiasa menyebutnya sebagai Patung Bayi, karena sosok yang ditampilkan berupa seorang bayi sedang duduk beralas batu karang menghadap ke arah selatan. Menurut Ida Bagus Ambara, sang pemrakarsa, Patung Brahma Lelare dimaksudkan sebagai kelahiran atau penciptaan yang suci bersih seperti seorang bayi yang baru lahir.

Kesucian Tuhan diandaikan sebagai suci murninya seorang bayi. Patung Brahma Lelare mengingatkan Gianyar sebagai daerah seni, bahwa karya cipta seni diawali dengan karya cipta murni, mulai dari kecil kemudian menjadi besar dan berkembang. Sedangkan batu karang, tempat duduknya Brahma Lelare, sebagai simbol bumi, atau tempat manusia beryadnya.

3. Patung Dewi Kadru

Patung Dewi Kadru. (googlemaps/argant agha)

Naga menceritakan kisah Dewi Kadru bertebak-tebakan dengan Dewi Winata perihal warna kuda Ucchaisrawa yang keluar dari Ksirarnawa. Kuda Ucchaisrawa yang muncul dari lautan susu itu ternyata berwarna putih.

Takut kalah, Dewi Kadru menyuruh putranya menyemburkan bisa ke ekor dan kaki Ucchaisrawa sehingga berwarna hitam. Atas kekalahan ini, Dewi Kadru memperbudak Dewi Winata dengan mengemban putra putrinya berupa seribu ekor Naga. Untuk membebaskan perbudakan itu, Garuda putra Dewi Winata menyerahkan Tirta Amrta untuk seluruh Naga.

Sebelum sempat diminum para Naga karena ditinggal mandi, Tirta Amta diambil kembali oleh Dewa Wisnu untuk diberikan para Dewa. Para Naga akhirnya meminum sisa-sisa Tirta Amarta yang masih tertinggal di alang-alang, sehingga membuat lidah ular bercabang. Kekeliruan yang dilakukan Dewi Kadru akhirnya berbuah, di mana para naga tidak mendapatkan sesuatu yang amat berharga, yang sudah ada di depan mata.

4. Patung Fragmen Kala Rau

Patung Dewi Kadru. (timesofindia.indiatimes.com)

Berlokasi di Taman Ciung Wanara, pusat kota Gianyar dirancang oleh Ir Wayan Gomudha (desain), dan Wayan Wenten sebagai Pematung. Beberapa patung di Taman Kota Gianyar merupakan satu rangkaian yang mengisahkan fragmen penyelamatan Tirta Amarta yang berusaha direbut oleh Sang Kala Rau.

Tiga figur patung yang menggambarkan fragmen tersebut antara lain Patung Dewi Ratih dalam lingkaran rembulan yang menunjuk ke arah sang Kala Rau, Patung Sang kala Rau sedang menampilkan gerak berlari dengan sebuah senjata cakra tertancap di lehernya, sedangkan di atasnya adalah Dewa Wisnu mengendarai Garuda membawa cakra dan cupu Tirtha Amrta. Figur ketiga adalah Dewa Wisnu mengendarai kereta ditarik oleh tiga ekor kuda.

Fragmen Patung Kala Rau mengisahkan ketika Dewa Wisnu akan membagikan Tirtha Amta kepada para Dewa. Namun Kala Rau berhasil menyelinap di antara para Dewa untuk mendapatkan tirtha kehidupan dan keabadian itu dengan menggunakan daun yang amat lebar. Namun, keserakahan Kala Rau dilihat oleh Dewi Ratih dan memberitahukan kepada Dewa Wisnu. 

Tatkala tirtha Amrta hampir sampai ke tenggorokan, Dewa Wisnu segera melesatkan Senjata Cakra dan memenggal leher Kala Rau. Namun Kepala Kala Rau tetap hidup karena sudah mendapatkan Tirtha Amrta. Kala Rau marah dan membuntuti Dewi Ratih ke mana pun pergi. Suatu ketika, apabila Kala Rau berhasil menelan Dewi Ratih, saat itulah bakal terjadi gerhana bulan yang di Bali dikenal dengan sebutan Bulan Kepangan.

5. Patung Dewa Indra

Patung Dewa Indra. (googlemaps/Akash Hebale)

Patung ini berlokasi di sebelah Timur Puri Gianyar. Patung Dewa Indra dalam gerak membentangkan busur berdiri kokoh di sebelah timur Puri Gianyar menghadap ke barat. Dewa Indra pada mulanya Dewa Hujan yang mengalahkan raksasa Vrtra menggunakan senjata Bajra (petir).

Dewa Indra juga dikenal sebagai Dewa perang yang mengalahkan tiga benteng musuh. Sehingga Indra disebut Tri Puramdara atau Dewa para Dewa yang menjadi saksi agung setiap perbuatan manusia karena memiliki seribu mata. Dewa Indra dalam posisi membentangkan busur, mengisyaratkan bahwa Dewa Indra senantiasa mengawasi gerak-gerik tingkah polah manusia di jagat bumi ini.

Share
Topics
Editorial Team
Ni Komang Yuko Utami
Irma Yudistirani
Ni Komang Yuko Utami
EditorNi Komang Yuko Utami
Follow Us