Ngobrol Sambil Belajar di Kebun Kopi Bangli Asyik Juga Ya

Ada berbagai cara yang dilakukan oleh setiap orang untuk liburan, istirahat dari kesibukan sehari-hari, maupun lari sebentar dari keramaian kota. Beruntungnya saya yang tinggal di Bali, pulau yang digadang-gadang sebagai destinasi wisata unggulan di Indonesia, bisa memilih ke mana pun saya ingin pergi berlibur. Kali ini saya memilih berkunjung ke kebun kopi untuk menikmati akhir pekan, cara baru yang belum pernah saya lakukan sebelumnya.
Tapi tidak hanya berkunjung dan melihat-lihat kebun kopi saja. Saya ikut serta menjadi volunteer dalam kegiatan petik kopi yang bertajuk Panen Raya Kopi bersama Educaffein, komunitas yang fokus kepada pengenalan dan pengetahuan tentang produk kopi Bali mulai dari hulu hingga ke hilir.
1. Menikmati pagi yang dingin di bulan Juni

Sekitar pukul 06.00 Wita, saya bersama seorang kawan berangkat dari Kota Denpasar menuju ke Banjar Langkan, Desa Landih, Kabupaten Bangli. Sekitar 1,5 jam perjalanan kami melewati jalan berliku khas pedesaan, pemandangan sawah, kebun, hingga hutan belantara. Bersama udara bersih dan dinginnya angin bulan Juni, akhirnya saya sampai di rumah warga sebagai tempat berkumpul yang berada di ketinggian di atas 1000 mdpl ini.
2. Memulai kegiatan dengan pergi ke kebun kopi

Setelah berkenalan dan bertemu dengan beberapa kawan lainnya, kami beranjak ke kebun kopi yang letaknya tak jauh dari titik kumpul. Masih dengan dinginnya udara pagi dan kabut tipis yang tampak di kejauhan, matahari mulai menampakkan dirinya perlahan.
Kebun kopi ini merupakan milik keluarga I Putu Gede Wahyu Saputra, anggota Educaffeine. Dengan luas sekitar 70 are, hampir semuanya dipenuhi oleh pohon kopi dan pohon jeruk untuk menaunginya dari panas matahari.
3. Panen raya dimulai

Pada dasarnya, kopi memang bukan tanaman yang cepat berbuah dan bisa dipanen setiap saat. Hanya satu kali selama setahun, buah kopi yang seringkali disebut dengan ceri ini baru bisa dipanen. Sambil takjub melihat pemandangan kebun kopi dan jeruk, beratapkan langit biru yang masih malu-malu, saya diajari terlebih dahulu bagaimana caranya memetik ceri kopi.
Buah yang boleh dipetik hanya berwarna merah. Itu tandanya sudah matang dan menghasilkan biji kopi yang maksimal. Sambil berdendang pelan dan bersenda gurau bersama, saya dan kawan-kawan langsung mulai memetik. Hingga tengah hari, sekitar 26 kilogram ceri kopi sudah terkumpul.
4. Istirahat dulu lalu lanjut sesi berikutnya

Kami kembali ke titik kumpul awal atau sebut saja basecamp, untuk beristirahat sejenak. Kegiatan berikutnya adalah pengenalan proses pertama kali ceri kopi diolah hingga menjadi biji kopi yang siap dikonsumsi. Mulai dari ceri kopi dicuci bersih, kemudian dikupas menjadi bentuk green beans dan dicuci lagi hingga terbebas dari getahnya yang menempel.
Setelah itu, biji kopi hijau tersebut masih harus melalui serangkaian proses panjang yang bervariasi, tergantung cita rasa kopi yang diinginkan nantinya.
5. Menghabiskan waktu bersama sambil belajar tentang proses kopi

Menjelang sore, tak banyak aktivitas yang dilakukan. Karena proses pengolahan biji kopi masih panjang, dan tidak bisa dilakukan sekaligus semuanya hingga selesai. Saya bersama kawan-kawan hanya mengobrol santai, sambil mencicip kopi yang sudah diproduksi sebelumnya. Banyak pengetahuan dan pengalaman baru yang saya dapatkan.
Pertama kali main ke kebun kopi, pertama kali merasakan memetik kopi, dan pertama kali mengetahui banyak hal terkait pengolahan kopi itu sendiri. Proses yang panjang dan tak mudah ini, ibarat sebuah kehidupan. Sebuah perjalanan mulai dari ceri kopi yang panjang, rumit, dan dibutuhkan kesabaran serta ketekunan, hingga menjadi secangkir kopi yang nikmat untuk disesap.
Setiap setahun sekali, Educaffeine rutin menggelar acara Panen Raya Kopi ini. Selain itu, mereka juga sering berbagi pengetahuan mengenai kopi itu sendiri. Sambil minum kopi bersama, sambil ngobrol santai. Kamu pun bisa mengikuti semua kegiatan mereka, yang bisa dilihat melalui akun Instagram @educaffeine.id.