Mengenal Musim Hijau dan Kuning di Jatiluwih, Momen Terbaik

Tabanan, IDN Times - Daya tarik pertanian organik, subak atau sawah, dan sistem irigasi menjadi tujuan destinasi yang tak kalah menarik. Apalagi dengan struktur tanah terasering dan pemandangan tiga gunung sekaligus di Jatiluwih, Kabupaten Tabanan. Manajer Operasional Daya Tarik Wisata Jatiluwih, Ketut Purna alias Jon, mengatakan sebelum berkunjung ke Jatiluwih agar para wisatawan dapat memilih momen sehingga liburan semakin berkesan.
"Itu Gunung Batukaru, Itu Sanghyang, dan itu Pohen, yang Gunung Agung di belakang," ungkapnya.
1. Musim hijau di Jatiluwih akan berlangsung lama

Musim hijau atau musim penanaman terjadi mulai bulan Januari. Semua petani di Jatiluwih diwajibkan menanam padi beras merah yang merupakan aturan subak setempat.
"Beras merah itu kami tanam Januari, panennya bulan Juli. Beras merah itu enam bulan, lama banget," katanya.
Musim tanam kedua akan kembali dilakukan pada Juli-Agustus. Pada sesi ini petani diperbolehkan menanam padi selain padi beras merah atau alternatif.
2. Musim kuning dua kali dalam setahun

Tanaman di luasan lahan pertanian terasering 230-300 hektare tergantung pada musim dan kesediaan air. Musim kuning atau musim panen padi menjadi momen yang ditunggu-tunggu. Musim kuning ini akan terjadi sekitar bulan Juli saat panen beras merah, dan biasanya terjadi pada November-Desember.
3. Peralihan bercocok tanam juga menarik untuk berburu foto

Tak kalah dengan musim hijau dan kuning, pergantian sesi tanam padi juga memiliki daya tarik tersendiri, terutama bagi para pemburu foto, yang kemudian dikenal sebagai musim tanah.