Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Koordinator Komunitas Peduli Tim Nasional Indonesia Bali mengecam kecerobohan Gubernur Bali terkait Piala Dunia U-20, Kamis (30/3/2023). (IDN Times/Ayu Afria)

Denpasar, IDN Times - Pupus sudah harapan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2023. FIFA secara resmi mencabut Indonesia sebagai tuan rumah ajang bergengsi ini, Rabu (29/3/2023) malam. Gubernur Bali, Wayan Koster, sebelumnya berkirim surat resmi kepada Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Zaenudin Amali; dan Ketua PSSI, Erick Thohir, tanggal 14 Maret 2023 lalu.

Surat itu berisi pernyataan sikap Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali yang menolak kehadiran Timnas Israel bertanding di Bali. Semenjak itu, pro kontra muncul di tengah publik. Sekarang, sejak keputusan resmi FIFA itu dibuat, ada Komunitas Peduli Tim Nasional Indonesia yang turut mengungkapkan kekecewaannya.

Mereka menyampaikan pendapatnya di Wantilan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bali sekitar pukul 13.00 Wita, Kamis (30/3/2023). Mereka yang hadir di sana tak sampai 7 orang.

1. Koster dinilai pemimpin ceroboh, dan dituntut minta maaf

Koordinator Komunitas Peduli Tim Nasional Indonesia Bali mengecam kecerobohan Gubernur Bali terkait Piala Dunia U-20, Kamis (30/3/2023). (IDN Times/Ayu Afria)

Koordinator Komunitas Peduli Tim Nasional Indonesia, I Gusti Putu Artha, menilai sikap Gubernur Koster ceroboh karena telah menghancurkan nama baik Bangsa Indonesia. Ia mengaku sikapnya mewakili perasaan sebagian rakyat Bali yang hari ini merasa hancur oleh kebijakan Gubernur, dan menuntut untuk meminta maaf.

"Sangat ceroboh. Kami berharap Gubernur Bali secara ksatria meminta maaf kepada rakyat Indonesia dan rakyat Bali. Itu saja buat kami sudah cukup," jelas Artha.

2. Jika tidak minta maaf, akan ada pernyataan sikap yang melibatkan massa

Ketua PSSI Erick Tohir bersama Gubernur Sumsel Herman Deru mengecek kesiapan Stadion GSJ (IDN Times/Rangga Erfizal)

Apabila Gubernur Koster tidak meminta maaf kepada masyarakat Indonesia dan Bali, pihaknya akan mengajak komunitas lainnya untuk menyatakan sikap dalam jumlah yang besar kepada DPRD Bali maupun Gubernur Bali secara berkelanjutan.

"Setelah ini saya menyiapkan diri untuk menghubungi titik-titik simpul komunitas yang lain baik suporter Bali United, baik para pihak yang kemudian merasa dirugikan untuk bersama-sama menyatukan kekuatan untuk menyatakan sikap lebih besar," katanya.

3. Koster dianggap menghancurkan impian anak muda Indonesia

Hokky Caraka. (Instagram.com/hokkycaraka_)

Artha menyebutkan kecerobohan Gubernur Bali sangat fatal dan menghancurkan masa depan sepak bola Indonesia.

"Saya merasa kemudian Pak Koster mengirim surat itu tidak sebagai gubernur. Tetapi mempersonifikasikan dirinya sebagai ketua partai, mendapatkan instruksi dari partainya, dan kita semua sebagai bangsa dirugikan," terangnya.

4. Hitungan kerugian sikap Koster mencapai setengah triliun

Ilustrasi uang (IDN Times/Mela Hapsari)

Ia memperkirakan kerugian ekonomi yang seharusnya bisa menghidupi masyarakat Bali mencapai Rp480 miliar. Angka itu disebut bisa menghidupi 920 guide yang meng-handle tamu di Piala Dunia U-20. Artha mengansumsikan ada 24 negara membawa masing-masing 200 suporter ke Indonesia.

"Kerugian ekonomi hampir setengah triliun devisa kita hilang. Hitungannya dari mana? Ada 24 negara termasuk Indonesia, masuk ke sini bawa suporter 200 orang saja, masing-masing mengeluarkan uang Rp50 juta aja di Bali, itu sudah 240 miliar," ungkapnya.

Sementara itu alam keterangan rilis resminya, Gubernur Koster mengajak masyarakat Bali berdoa untuk FIFA agar tergerak hatinya untuk tetap berlaku adil dengan mencoret Tim Israel dalam Kejuaraan Dunia FIFA U-20. Harapan sikap yang sama ketika FIFA mencoret Tim Rusia dalam Kejuaraan Dunia FIFA Tahun 2022 di Qatar.

"Saya mengajak masyarakat Bali untuk doa bersama," ungkapnya, Kamis (30/3/2023).

Ia menilai, kehadiran Timnas Israel di Bali berpotensi menjadi sasaran dari berbagai pihak yang bisa membahayakan keamanan, keselamatan masyarakat Bali, masyarakat Indonesia, dan Timnas Israel selama bertanding di Bali.

Editorial Team