Sejarah Candi Gunung Kawi di Gianyar, Peninggalan Arkeologi Monumental

Diduga berasal dari abad ke-10 sampai 11 Masehi

Gianyar, IDN Times - Candi Gunung Kawi tercatat sebagai peninggalan arkeologi di Bali yang sangat penting keberadaannya. Bahkan disebut sebagai tinggalan yang paling monumental. Penulis dari Balai Arkeologi Bali mengungkapkan bahwa Candi Gunung Kawi berasal dari abad ke-10 sampai 11 Masehi.

Lalu bagaimana sejarah munculnya Candi Gunung Kawi ini? Berikut penjelasan dari Balai Arkeologi Bali yang ditulis oleh Anak Agung Gde Bagus dan Hedwi Prihatmoko dan diterbitkan dalam Jurnal Forum Arkeologi Volume 29, Nomor 2, Agustus 2016. 

Baca Juga: Sejarah Kabupaten Gianyar, Jepang Pernah Terapkan Sistem Kerja Paksa

1. Pada situs arkeologi yang sangat luas ini terdapat tiga kelompok candi

Sejarah Candi Gunung Kawi di Gianyar, Peninggalan Arkeologi MonumentalCandi Gunung Kawi. (instagram.com/giuliana.urbina)

Kompleks Candi Gunung Kawi berada di Banjar Penaka, Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, tepatnya di Daerah Aliran Sungai (DAS) Pakerisan. Kompleks candi ini terletak pada satuan bentuk lahan lereng bawah gunung api dengan ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Adapun kelerengan rata-ratanya adalah 12 persen dengan kelerengan maksimum 30 persen.

Pada situs arkeologi yang sangat luas ini terdapat tiga kelompok candi yang berada di lokasi berbeda-beda. Setiap kelompok dibedakan berdasarkan jumlah candinya. jadi candi kelompok lima memiliki lima buah candi, candi kelompok empat memiliki empat buah candi, dan candi kelompok satu hanya memiliki sebuah candi.

Di sebelah timur laut terdapat candi kelompok lima. Sementara candi kelompok empat berada di sebelah barat daya dan candi kelompok satu terletak di sebelah selatan dari candi kelompok empat. Sebagaimana disebutkan oleh Gde Bagus dan Hedwi Prihatmoko dalam artikel berjudul Kearifan Lokal dalam Pembangunan Kompleks Candi Gunung Kawi,  bahwa di dalam kompleks Candi Gunung Kawi juga terdapat kolam dan ceruk-ceruk pertapaan. 

Penempatan Kompleks Candi Gunung Kawi berlandaskan pada pertimbangan lingkungan sebagaimana pula yang dijelaskan dalam kitab-kitab India Kuno. Apabila pendirian bangunan suci tidak memperhatikan pertimbangan tersebut, sebaran suatu situs akan cenderung berpola lain, misalnya tersebar secara merata tanpa memandang baik atau tidaknya sumber daya lingkungan.

2. Candi Gunung Kawi disebut pertama kali ditemukan oleh peneliti Belanda

Sejarah Candi Gunung Kawi di Gianyar, Peninggalan Arkeologi MonumentalCandi Gunung Kawi (instagram.com/nerdy.i)

Kompleks Candi Gunung Kawi pertama kali ditemukan pada tahun 1920 oleh peneliti berkebangsaan Belanda, HT Damste. Tidak berhenti di situ, penelitian atas kompleks Candi Gunung Kawi juga dilanjutkan sejak tahun 1951 oleh J C Krygsman. 

Ada beberapa prasasti yang pernah menyebutkan tentang keberadaan bangunan suci ini, di antaranya Prasasti Batuan yang berangka tahun 944 Saka (1022 Masehi) dan Prasasti Tengkulak A yang berangka tahun 945 Saka (1023 Masehi). Kedua prasasti tersebut dikeluarkan oleh Raja Marakata.

Keberadaan kompleks Candi Gunung Kawi Tampaksiring diyakini sebagai jejak peninggalan karya seni pahat Dinasti Warmadewa. Karya ini dinilai sangat mengagumkan karena seluruh bangunan dipahatkan pada tebing sungai. Model seperti itu juga ditemukan di India, yakni di Ellora yang dibangun abad ke-5 sampai 6 Masehi. Hanya saja bentuk Candi Gunung Kawi jelas berbeda dengan candi yang ada di Ellora. 

Apabila dibandingkan dengan candi yang ada di daerah lainnya di Indonesia, kompleks Candi Gunung Kawi adalah jenis percandian yang hanya ditemukan di Bali.

3. Tinggalan arkeologi yang menyimpan nilai-nilai kearifan lokal

Sejarah Candi Gunung Kawi di Gianyar, Peninggalan Arkeologi MonumentalCandi Gunung Kawi (instagram.com/samoyeeth)

Kompleks Candi Gunung Kawi ini berlatar belakang agama Hindu. Bangunan suci ini juga diyakini sebagai tinggalan arkeologi yang menyimpan nilai-nilai kearifan lokal. 

Interaksi yang terjadi antara masyarakat Bali Kuno dengan lingkungannya dalam mendirikan bangunan suci menunjukkan adanya hubungan antara ideologi yang melatarbelakangi suatu budaya, faktor lingkungan, dan adaptasi manusia.

Kekhasan dalam pembangunan candi tebing Gunung Kawi dinilai merupakan suatu contoh dari kemampuan adaptasi manusia terhadap lingkungan alam secara arif dan bijak sehingga mampu menjadi cerminan kearifan lokal masyarakat Bali pada masa lalu

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani
  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya