5 Tradisi Unik Bali di Kabupaten Badung, Sayang Dilewatkan

Wilayah Badung #Bali isinya gak hanya hiburan malam ya

Kabupaten Badung termasuk pusat tujuan wisata di Pulau Bali. Badung, khususnya daerah Badung Selatan adalah tempat berkumpulnya beragam objek wisata dari pantai hingga tempat hiburan malam.

Namun gak hanya hiburan malam saja ya isinya. Kabupaten terkaya di Bali ini juga memiliki banyak tradisi unik yang telah diwariskan sejak dulu. Kamu boleh kok menontonnya. Berikut ini deretan tradisi unik Bali di Kabupaten Badung.

Baca Juga: Fakta Wayang Cupak, Kesenian Langka di Bali

1. Tradisi Siat Yeh dari Desa Jimbaran

https://www.youtube.com/embed/IeAUu_7mnUU

Sebuah tradisi yang berhubungan dengan air ada di Desa Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan. Tradisi ini bernama Siat Yeh. Warga Desa Jimbaran biasanya melaksanakan tradisi ini pada Ngembak Geni atau sehari setelah Hari Raya Nyepi. Tradisi ini dipelopori oleh muda-mudi Banjar Teba.

Diawali dengan memohon air suci (tirta) di timur Pantai Suwung, dan pesisir barat Pantai Segara. Kedua sumber air ini dulunya bertemu dalam campuhan yang biasanya digunakan sebagai sarana melukat atau mandi suci. Namun karena pesatnya pembangunan pariwisata, pertemuan dua sumber air itu sudah tidak ada lagi.

Untuk itu, Tradisi Siat Yeh ini ingin mengembalikan pertemuan kedua sumber air tersebut sebagai sarana pelaksanaannya. Masyarakat Jimbaran percaya, dengan bertemunya kedua sumber air itu akan mendatangkan kemakmuran dan aura positif bagi kehidupan masyarakat setempat.

Siat Yeh terdiri dari dua kata. Siat yang memiliki arti berkelahi, dan yeh yang berarti air. Selama pelaksanaan Tradisi Siat Yeh, para muda-mudi yang hadir saling melemparkan air menggunakan air dari campuran kedua sumber tadi. Tradisi Siat Yeh tercatat sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia pada tahun 2018.

Baca Juga: 5 Tradisi Unik di Denpasar, Warisan Leluhur yang Lestari

2. Tradisi Kebo Dongol dari Desa Kapal

https://www.youtube.com/embed/oA5cIVTPO44

Kebo Dongol memiliki arti kebenaran sejati atau hakiki. Tradisi ini terdapat di Banjar Basang Tamiang, Desa Kapal, dan tercatat sebagai WBTB Indonesia pada tahun 2018.

Tradisi Kebo Dongol dilaksanakan setiap hari Rabu, Buda Wage, wuku Langkir di Pura Dalem Bangun Sakti. Awal mulanya, tradisi ini dilaksanakan atas perintah Raja Arya Delancang, karena masyarakatnya mengalami kesulitan.

Tradisinya berupa Tari Rejang Kebo Dongol yang ditarikan setelah pujawali tengah malam sesuai dengan petunjuk dari Ida Sesuhunan. Tarian ini dipentaskan oleh 33 orang. Mereka ada yang membawa keris, tombak, dan pedang sudamala.

Tari ini menggunakan jajan atau kue berbentuk kerbau, yang nantinya akan ditusuk oleh penari menggunakan pedang sudamala. Jajan ini lalu diperebutkan oleh masyarakat untuk dimakan.

Tradisi Kebo Dongol berfungsi untuk menetralisir atau menyomia bhuta kala atau kekuatan negatif agar tidak mengganggu kehidupan masyarakat setempat.

3. Tradisi Mekotek dari Desa munggu

https://www.youtube.com/embed/Ylw7TBDIsfQ

Tradisi Mekotek digelar di Desa Munggu, Kecamatan Mengwi. Tradisi yang juga dikenal dengan nama Gerebeg Makeotek ini digelar saat perayaan Kuningan, setiap 210 hari sekali.

Mekotek awalnya diadakan oleh masyarakat untuk menyambut prajurit Kerajaan Mengwi, yang berhasil meraih kemenangan ketika melawan Kerajaan Blambangan. Hingga kini, tradisi ini tetap dilaksanakan agar desa dijauhkan dari wabah penyakit dan hama. Pada tahun 1915, tradisi ini sempat dihentikan. Namun Desa Munggu dilanda wabah penyakit dan hama.

Selama prosesi Tradisi Mekotek, masyarakat mengelilingi desa sambil membawa kayu pulet sepanjang 2,5 meter. Kayu tersebut kemudian disatukan hingga membentuk seperti gunung. Ketika kayu ini disatukan akan terdengar suara “tek tek” akibat saling berbenturan dengan kayu lainnya. Makanya tradisi ini dinamakan mekotekan.

4. Tradisi Perang Tipat Bantal dari Desa Kapal

https://www.youtube.com/embed/CaWy0ehpmcc

Selain Kebo Dongol, Desa Kapal juga memiliki Tradisi Aci Rah Pengangon, atau sering juga disebut Perang Tipat Bantal. Tradisi ini dilaksanakan sebagai ucapan syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas berkah dan karunia kepada masyarakat di desa. Tradisinya dilaksanakan pada Purnama sasih kapat (bulan keempat) di Pura Desa Kapal.

Selama pelaksanaan Perang Tipat Bantal ini, masyarakat terbagi menjadi dua kelompok. Masing-masing kelompok saling melemparkan tipat bantal (ketupat) yang sudah disiapkan sebelumnya, seolah-olah saling berperang. Perang Tipat Bantal dilakukan di dua tempat. Yaitu tengah pura dan jalan raya di depan pura. Tradisi Perang Tiapt Bantal telah tercatat sebagai WBTB Indonesia pada tahun 2017.

5. Tradisi Mebuug-buug dari Desa Kedonganan

https://www.youtube.com/embed/2PTtYvT-3Wg

Tradisi Mebuug-buug adalah tradisi mandi lumpur yang diadakan oleh masyarakat Desa Kedonganan setiap Ngembak Geni, atau sehari setelah Hari Raya Nyepi.

Sebelum pelaksanaan tradisi ini, masyarakat berkumpul dulu di Pura Bale Agung Desa Kedonganan untuk melakukan persembahyangan bersama. Tujuannya agar pelaksanaan tradisi ini berjalan lancar dan diberi keselamatan. Setelah itu, masyarakat menuju ke area hutan bakau yang berada di desa tersebut.

Selama di hutan bakau, mereka mandi lumpur sambil bersenda gurau. Setelah mandi lumpur selesai, masyarakat langsung menuju ke arah Pantai Kedonganan untuk membilas tubuhnya di tengah laut. Tradisi ini dilaksanakan sebagai intstrospeksi atas apa yang telah dilakukan setahun sebelumnya, dan memulai hidup yang lebih baik di tahun baru.

Menarik banget ya tradisi unik Bali di Kabupaten Badung. Sayang untuk dilewatkan begitu saja jika kamu berkunjung ke Bali. Jika kamu berkesempatan menyaksikan tradisi ini, jangan lupakan membawa kamera untuk mengabadikan momen-momen langka ini. Catat tanggalnya di kalendar kamu ya!

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya