Sejarah Desa Baha, Ada Kaitan dengan Ekspansi Raja Mengwi

Desa kuno yang kini menjadi desa wisata di Badung

Kabupaten Badung memiliki beberapa desa kuno yang tersebar di beberapa wilayah. Seperti Desa Baha, satu di antara 15 desa yang ada di Kecamatan Mengwi. Desa ini diperkirakan telah ada sejak zaman Pemerintahan Raja Mengwi, Cokorda Dimade, pada tahun Saka 1621.

Asal-usulnya terkait dengan ekspansi yang dilakukan oleh Raja Cokorda Dimade. Seperti apa kisahnya? Simak penjelasannya, yang dikutip dari situs Desabaha.badungkab.go.id.

Baca Juga: Kisah Putri Raja Pemecutan Denpasar, Dinikahi Raja Madura

Baca Juga: Makna Upacara Ngulapin saat Orang Bali Terkena Musibah

1. Bermula dari ekspansi Raja Cokorda Dimade

Sejarah Desa Baha, Ada Kaitan dengan Ekspansi Raja MengwiIlustrasi api di hutan. (Pixabay.com/geralt)

Cokorda Dimade yang memerintah pada tahun Saka 1621, memiliki rencana untuk melakukan ekspansi kekuasaan ke sebuah wilayah bernama Ayunan. Kala itu, wilayah di sekitar Mengwi masih berupa hutan lebat. Raja Mengwi mempersiapkan pasukannya untuk menuju ke wilayah Ayunan.

Sesampai di sebelah Hutan (alas) Baha saat ini, rombongan Kerajaan Mengwi harus terhenti karena terdapat api yang berkobar hingga setinggi langit di pinggir area Alas Baha. Raja menduga, Arya Ayunan sebagai pemimpin wilayah Ayunan, sengaja membakar hutan untuk menghalangi rombongan. Raja kemudian mengajak pasukan untuk masuk ke dalam hutan untuk menentukan langkah selanjutnya.

Tempat ini kemudian diberi nama Alas Baha. Berasal dari kata baha, yang berarti bara atau lava panas. Tempat rombongan Kerajaan Mengwi berhenti ini lalu dinamakan sebagai Desa Baha sampai sekarang. Setelah melakukan perundingan, secara ajaib api tersebut padam dan mengeluarkan bau harum. Oleh karena itu, tempat itu juga disebut dengan nama alas harum, yang kini ada sebuah pura bernama Pura Alas Arum.

2. Sejarah munculnya banjar yang ada di Desa Baha

Sejarah Desa Baha, Ada Kaitan dengan Ekspansi Raja MengwiSuasana alami di Desa Baha. (Desabaha.badungkab.go.id)

Setiap desa di Bali memiliki satuan kelompok masyarakat yang disebut dengan nama banjar. Termasuk Desa Baha, juga memiliki beberapa banjar. Masing-masing punya sejarah yang berhubungan dengan perjalanan ekspansi Raja Mengwi, Cokorda Dimade. Setelah api padam, raja dan pasukannya kembali melanjutkan perjalanan ke wilayah Ayunan. Mereka rabas hutan lebat untuk memperlancar perjalanannya.

Oleh raja, area yang dirabas tersebut diberi nama Desa Penyabetan, dan kini dikenal sebagai Banjar Pengabetan. Nama Penyabetan diambil karena untuk membuka hutan hanya memakai sabetan senjata saja. Raja dan rombongan kemudian melanjutkan perjalanan ke Utara dan memberikan mandat kepada seorang pasukan yang diberi gelar Arya Kedua. Wilayah tersebut kini bernama Banjar Kedua.

Saat Arya Kedua dan pasukannya diberikan wilayah kekuasaan, mereka langsung bersorak-sorai secara bergemuruh (gegaran), dan kini menjadi Banjar Gegaran. Setelah hampir mendekati daerah musuh, rombongan Kerajaan Mengwi  mulai mencoba seluruh persenjataannya. Saat itu terdapat suara bedil yang sangat keras, sehingga kini disebut dengan Banjar Bedil.

Untuk persiapan selanjutnya, rombongan beristirahat di sungai dan mandi. Saat itu, raja menerima dua laporan. Bahwa pasukan dari Utara dan Selatan telah selesai mandi, serta telah mengenakan busana. Tempat itu kini bernama Banjar Busana Kaja dan Banjar Busana Kelod.

Setelah semua pasukan siap, Raja Mengwi memerintahkan untuk mendekat ke arah wilayah Ayunan. Saat itu terdapat isyarat agar semua pasukan tiarap atau jongkok. Tempat tersebut kini bernama Banjar Cengkok.

3. Raja Mengwi batal menguasai Ayunan karena terhalang air bah

Sejarah Desa Baha, Ada Kaitan dengan Ekspansi Raja MengwiIlustrasi air bah. (Pixabay.com/Hans)

Setelah mendekati wilayah Ayunan, Raja Mengwi mengutus pasukannya untuk memata-matai situasi di wilayah Ayunan. Pasukan Arya Ayunan ternyata telah bersiap-siap, yang dibantu oleh Arya Mambal untuk menghadapi pasukan Kerajaan Mengwi. Raja Cokorda Dimade lantas berinisiatif untuk menyerang Arya Mambal.

Namun dalam perjalanannya ke wilayah Arya Mambal, pasukan Kerajaan Badung terhalang oleh air bah karena curah hujan turun sangat lebat secara terus-menerus. Raja Mengwi kembali mengambil langkah inisiatif untuk membatalkan serangan ke Arya Mambal dan ke wilayah Ayunan.

Air bah itu berhasil menghalangi terjadinya peperangan besar antara Kerajaan Mengwi dan Ayunan. Air bah tersebut kini menjadi aliran sungai yang disebut Tukad Penet, dan kini menjadi batas Desa Baha di sebelah Timur.

4. Letak geografis Desa Baha saat ini

Sejarah Desa Baha, Ada Kaitan dengan Ekspansi Raja MengwiSuasana alami di Desa Baha. (Desabaha.badungkab.go.id)

Desa Baha seluas 513 hektare kini terdiri dari dua desa adat, Desa Adat Baha dan Desa Adat Cengkok. Desa ini memiliki 7 banjar yaitu Banjar Pengabetan, Banjar Kedua, Banjar Gegaran, Banjar Bedil, Banjar Busana Kaja, Banjar Busana Kelod, dan Banjar Cengkok.

Sebelah utara berbatasan dengan Desa Sobangan, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Gulingan, sebelah barat berbatasan dengan Desa Werdi Bhuwana, dan sebelah Timur dengan Desa Dauh Yeh Cani Abiansemal. Desa Baha memiliki 16 hektare area lahan pertanian yang tersebar di dua subak, yaitu Subak Abian Sari Tani dan Subak Lepud.

Desa Baha kini berkembang menjadi Desa Wisata di Kabupaten Badung. Desa Wisata Baha memiliki beragam piliham wisata menarik seperti jalur trekking di Subak Lepud yang sangat alami, wisata budaya, hingga daya tarik seni kerajinannya. Lokasinya sangat strategis, berjarak sekitar 30 menit dari Kota Denpasar, dan satu jalur ke Taman Ayun Mengwi, Bedugul, hingga Ubud.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya