Makna Upacara Ngulapin saat Orang Bali Terkena Musibah

Prosesi ini untuk menuntun roh agar tidak tersesat

Pulau Bali sangat lekat dengan kehidupan spiritual. Pulau Dewata ini memiliki upacara-upacara maupun tradisi yang terkait dengan hal-hal gaib maupun spiritual. Contohnya upacara yang diadakan karena ada musibah atau bencana. Seperti kejadian kecelakaan lift di resort mewah daerah Ubud, Kabupaten Gianyar, yang menewaskan lima orang karyawannya. Keluarga korban melakukan upacara ini di sekitar tempat kejadian perkara (TKP).

Upacara ini dikenal dengan sebutan Ngulapin. Seperti apa ya upacaranya? Berikut penuturan Jro Mangku Janji, seorang Praktisi sekaligus Instruktur Pelatihan Pemangku dan Serathi Banten (pembuat sarana upacara) dari Yayasan Dharma Acarya Denpasar.

Baca Juga: Orang Suci, 7 Jenis Pemangku yang Dikenal dalam Ajaran Hindu 

Baca Juga: Perbedaan Desa Adat dan Desa Dinas di Bali

1. Upacara ngulapin untuk orang yang meninggal karena musibah atau kecelakaan

Makna Upacara Ngulapin saat Orang Bali Terkena MusibahIlustrasi upacara ngulapin di Bali. (YouTube.com/KM Studio Bali)

Upacara Ngulapin lebih sering dilakukan ketika ada seseorang, baik yang meninggal maupun tidak, karena musibah atau kecelakaan. Sekarang akan dibahas satu per satu, dimulai dari Upacara Ngulapin untuk orang yang meninggal karena musibah. Upacara ini dilaksanakan untuk menyatukan roh dengan badan kasar atau unsur Panca Mahabutha (lima unsur atau elemen dasar pembentuk alam) sebelum melaksanakan upacara penyucian seperti ngaben atau penguburan.

Jro Mangku yang ngayah (bertugas) di Pura Dalem Pejanji, Banjar Pelagan, Penatih, Kota Denpasar ini menyebutkan dalam ajaran Agama Hindu, badan manusia terdiri dari tiga bagian yaitu Stula Sarira (badan kasar), suksma sarira (badan halus), dan ananta karana sarira (atma). Dalam kehidupan ini, ananta karana atau atma ini terbungkus oleh maya yang disebut roh. Maka saat manusia hidup, badan dan rohnya masih menyatu. Unsur-unsur tersebutlah yang membentuk badan manusia, karena terdiri dari roh dan Panca Mahabhuta.

Saat mengalami musibah yang menyebabkan korban jiwa, masyarakat Hindu di Bali meyakini roh orang tersebut masih berada di lokasi musibah. Kalau meminjam bahasa umumnya di masyarakat, roh tersebut sedang gentayangan tanpa arah di lokasi musibah. Jadi dengan melaksanakan Upacara Ngulapin di lokasi musibah ini akan menuntun roh tersebut untuk kembali ke tempat asalnya.

"Agar roh tidak menjadi bhuta cuil atau roh gentayangan yang dapat mengganggu kehidupan di sekitar lokasi," ungkap Jro Mangku.

Upacara Ngulapin juga ditujukan kepada Catur Sanak atau saudara empat yang dibawa sejak lahir. Tujuannya agar keempat saudara ini turut menyertai roh kembali ke asalnya.

2. Upacara Ngulapin untuk orang yang terkena musibah namun tidak sampai meninggal

Makna Upacara Ngulapin saat Orang Bali Terkena MusibahIlustrasi upacara ngulapin di Bali. (YouTube.com/Way Of Life)

Walaupun seseorang tidak sampai meninggal dunia saat terkena musibah, tetap harus melaksanakan Upacara Ngulapin. Namun Ngulapin di sini sedikit berbeda dengan Upacara Ngulapin orang yang sudah meninggal. Menurut Jro Mangku Janji, manusia memiliki tiga kekuatan yang disebut Tri Pramana. Tri Pramana terdiri dari Sabda (kekuatan suara), Bayu (kekuatan untuk bernapas), dan Idep (kekuatan untuk berpikir).

Jadi Upacara Ngulapin di sini bertujuan untuk mengembalikan unsur Sabda, Bayu, dan Idep agar kembali menyatu dengan raga seseorang yang tertimpa musibah. Umat Hindu percaya, ketiga kekuatan ini seolah-olah seperti keluar dari tubuh manusia pada saat terkena musibah. Dalam dunia kedokteran, hal ini disebut dengan nama trauma.

Ngulapin ini secara spriritual bertujuan untuk memulihkan kondisi psikis tubuh dari trauma setelah terkena musibah. Jadi untuk menguatkan tubuh dan menghilangkan rasa takut karena musibah tersebut.

3. Sarana yang digunakan dalam Upacara Ngulapin

Makna Upacara Ngulapin saat Orang Bali Terkena MusibahIlustrasi sarana upacara ngulapin di Bali. (YouTube.com/KM Studio Bali)

Menurut Jro Mangku Janji, secara umum, Upacara Ngulapin menggunakan sarana upacara seperti:

  • Pejati
  • Segehan lima warna (manca warna) dengan ulam bawang, jahe, garam. Setiap warna dibuat sebanyak dua kepal nasi. Segehan manca warna ini berfungsi untuk Ngulapin saudara empat (catur sanak) yang diajak saat lahir, dan nantinya juga diajak kembali ke asalnya
  • Banten pengulapan, dilengkapi dengan sangga urip yang menggunakan kain putih
  • Teterag penyeneng, di dalamnya berisi beras empat warna (catur warna)
  • Sarana tambahan lainnya, disesuaikan dengan adat istiadat desa di lokasi kejadian atau upacara.

Jro Mangku yang sedang menyelesaikan S2 Filsafat Brahmawiya di Universitas Hindu (Unhi) Denpasar ini menuturkan, setelah prosesi Ngulapin selesai, sangga urip disatukan tempatnya dengan sarana teterag penyeneng. Kemudian teterag penyeneng yang sudah disandingkan dengan sangga urip tersebut, diletakkan di bagian dada layon atau jenazah.

4. Ngeplugin, termasuk sebagai Upacara Ngulapin

Makna Upacara Ngulapin saat Orang Bali Terkena MusibahIlustrasi upacara ngulapin di Bali. (YouTube.com/gede mangku Lingsir)

Setelah musibah lift putus di Ubud, keluarga korban melakukan upacara yang disebut Ngeplugin. Sejatinya, Upacara Ngeplugin ini memiliki tujuan yang sama dengan Upacara Ngulapin. Hanya berbeda penyebutan saja. Warga di Ubud melakukan Upacara Ngeplugin saat seseorang terkena musibah, baik yang menyebabkan korban jiwa maupun tidak.

Menurut warga sekitar, sarana upacaranya tidak jauh beda dengan sarana Upacara Ngulapin. Hanya saja Upacara Ngeplugin ini menggunakan tambahan sarana, yaitu papah (pelepah) kelapa dan tulisan tapak dara (tanda tambah) dari pamor (kapur sirih). Sementara di daerah lain, sebagian besarnya melakukan Upacara Ngeplugin beberapa hari sebelum ngaben.

Bagaimana jika tidak melaksanakan Upacara Ngulapin ini? Jro Mangku Janji menegaskan, percaya atau tidak percaya, tanah di Bali sangat istimewa atau tenget (keramat) karena memiliki kekuatan yang disebut taksu. Kekuatan ini seperti pisau yang tajam. Jika salah atau lalai dalam menggunakannya, bisa mendatangkan bahaya. Begitu juga sebaliknya, akan mampu mendatangkan kebaikan bagi umat manusia.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya