Kisah Putri Raja Pemecutan Denpasar, Dinikahi Raja Madura

Ia dibunuh karena disangka menganut ilmu hitam

Bali dikenal sebagai pulau yang erat dengan dunia spiritual. Terdapat beragam lokasi spiritual yang tersebar di berbagai daerah Bali. Satu di antaranya ada di Kota Denpasar, yakni Makam Keramat Raden Ayu Siti Khotijah.

Makam ini terletak di sisi Utara Kuburan (setra) Badung, Kelurahan Pemecutan, Kecamatan Denpasar Barat, Kota Denpasar. Banyak orang yang datang dari luar Bali melakukan ziarah ke tempat ini. Bagaimanakah sejarah makam Putri Raja Pemecutan?

1. Kisah Putri Raja Pemecutan

Kisah Putri Raja Pemecutan Denpasar, Dinikahi Raja MaduraSuasana di dalam Makam Keramat Raden Ayu Siti Khotijah. (YouTube.com/Cokober Channel)

Dikutip dari situs Denpasarkota.go.id, makam ini adalah makam putri Raja Pemecutan yang bernama Raden Ayu Siti Khotijah. Sebelum berpindah ke Agama Islam, sang putri masih bernama Gusti Ayu Made Rai atau Raden Ayu Pemecutan. Putri raja dikenal memiliki paras menawan, sehingga menjadi kembang kerajaan.

Putri raja terkena musibah sakit kuning. Raja Pemecutan tidak berhasil menyembuhkan putri kesayangannya, hingga ia kemudian membuat sayembara. Isi sayembara raja adalah bagi siapa yang berhasil menyembuhkan, akan diangkat sebagai anak jika dia perempuan. Jika pria akan dinikahkan dengan Raden Ayu.

Seorang raja dari Kerajaan Madura bernama Cakraningrat IV mengikuti sayembara tersebut. Raja Madura ini berhasil menyembuhkan putri Raja Pemecutan. Sang putri akhirnya menikah dengan raja tersebut, dan menjadi mualaf, lalu diboyong ke Madura. Gelar namanya berubah menjadi Raden Ayu Siti Khotijah.

2. Raden Ayu dibunuh karena disangka sebagai penganut ilmu hitam

Kisah Putri Raja Pemecutan Denpasar, Dinikahi Raja MaduraMakam Keramat Raden Ayu Siti Khotijah. (YouTube.com/Cokober Channel)

Setelah beberapa lama di Madura, Raden Ayu memutuskan untuk mengunjungi Pulau Bali, dan mengajak 40 pengiring. Cakraningrat IV juga memberikan bekal berupa guci, keris, dan benda pusaka berbentuk tusuk konde. Tusuk konde ini diselipkan di rambut Raden Ayu.

Ia kemudian mengunjungi Puri Pemecutan, tempat kelahirannya, karena ada upacara. Menjelang petang (sandikala), Raden Ayu memakai kerudung atau mukena untuk melakukan ibadah salat Magrib. Karena warga Puri Pemecutan tidak mengetahui Raden Ayu berpindah Agama Islam, maka ibadah tersebut dianggap aneh seperti penganut ilmu hitam.

Pengawal dan patih kerajaan melaporkan hal ini kepada raja. Raja Pemecutan murka, dan memerintahkan patih untuk membunuh Raden Ayu. Patih membawa Raden Ayu ke area pemakaman di depan Pura Kepuh Kembar.

3. Raden Ayu minta dibuatkan tempat suci

Kisah Putri Raja Pemecutan Denpasar, Dinikahi Raja MaduraMakam Keramat Raden Ayu Siti Khotijah. (YouTube.com/Cokober Channel)

Sebelum dibunuh, Raden Ayu masih sempat menyampaikan bahwa ia kala itu sedang beribadah secara Agama Islam, bukan melakukan ritual ilmu hitam. Ia juga meminta agar dirinya dibunuh menggunakan konde pusaka yang diberikan oleh Cakraningrat IV, karena hanya senjata itu yang bisa melukai tubuhnya. Konde tersebut diikat dengan daun sirih, serta dililitkan menggunakan benang tridatu (tiga warna yang terdiri dari merah, putih, dan hitam), sesuai permintaan Raden Ayu.

Raden Ayu juga berpesan apabila dadanya ditusuk dan mengeluarkan bau busuk, maka tubuhnya ditanam. Namun jika mengeluarkan bau harum, Raden Ayu meminta agar dibuatkan tempat suci. Mereka lalu menusuknya, dan tubuh Raden Ayu mengeluarkan asap yang berbau harum. Dari situlah pengawal dan patih membuatkan tempat suci di tempat tersebut. Gede Sedahan Gelogor, yang saat itu menjadi kepala urusan istana di Puri Pemecutan, mendapatkan tugas untuk merawat makam keramat tersebut.

Orang yang datang berziarah tidak hanya umat Muslim saja. Ada juga dari agama lainnya. Mereka juga berasal dari Bali dan luar Bali. Ziarah atau persembahyangan akan dipimpin atau diatur oleh juru kunci, yang bertugas di tempat suci tersebut.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya