5 Maha Rsi Penerima Wahyu Weda Hindu, Ada yang dari Jawa

Mereka sangat disegani oleh umat Hindu, terutama di Bali

Hindu memiliki kisah orang-orang suci dalam menyebarkan agamanya. Orang-orang suci ini sering disebut sebagai Maha Rsi atau Rsi Agung. Maha Rsi adalah penerima wahyu dari Tuhan atau Weda.

Para Maha Rsi ini ada yang berasal dari India hingga tanah Jawa. Berikut ini Maha Rsi penerima wahyu Weda Hindu.

Baca Juga: 5 Makna Sarana Upacara dalam Hindu Beserta Fungsinya

1. Rsi Agastya

5 Maha Rsi Penerima Wahyu Weda Hindu, Ada yang dari JawaRelief Rsi Agastya di Desa Mas, Ubud, Gianyar. (youtube.com/Bali Season)

Rsi Agastya adalah Maha Rsi yang dikenal karena jasa-jasanya dalam penyebaran Agama Hindu. Maha Rsi lahir di Kasi (Beranes). Rsi Agastya disebut juga sebagai Bhatara Guru perwujudan Dewa Siwa, karena kebesaran dan kesuciannya.

Dalam sejarah perkembangan Hindu di Indonesia, nama Rsi Agastya pertama kali disebut dalam Prasasti Dinoyo di Jawa Timur tahun saka 682. Prasasti itu menyebutkan seorang Raja bernama Gajayana yang membuat tempat suci indah untuk Maha Rsi Agastya. Tempat ini untuk memohon kekuatan suci agar bisa mengatasi kegelapan.

Baca Juga: Mengenal 5 Ajaran Agama Hindu, Percaya Karma Phala dan Moksa

2. Dang Hyang Dwijendra

5 Maha Rsi Penerima Wahyu Weda Hindu, Ada yang dari JawaPura Uluwatu, tempat Dang Hyang Dwijendra Moksha. (unsplash.com/Polina Kuzovkova)

Dang Hyang Dwijendra dikenal dan dihormati di Bali karena memiliki kesucian, ketinggian rohani, serta jasa-jasa pengabdiannya kepada Agama Hindu. Dang Hyang Dwijendra berasal dari Kerajaan Majapahit di Jawa Timur.

Dang Hyang Dwijendra masuk ke Bali setelah perjalanan dari Blambangan. Dalam penyebaran Hindu di Bali, ia banyak membangun pura seperti Pura Purancak, Pura Rambut Siwi, Pura Uluwatu, Pura Tanah Lot, dan sebagainya. Dang Hyang Dwijendra mendapat julukan "Pedanda Sakti Wawu Rauh" di Bali, karena peran dan pengabdiannya terhadap Agama Hindu di Bali.

Selain itu, nama Pedanda Sakti Wawu Rauh diperoleh saat ia menolong penduduk Desa Gading Wani yang sedang dilanda wabah penyakit. Karena kesaktian Dang Hyang Dwijendra, maka Desa Gading Wani terbebas dari wabah penyakit.

Dang Hyang Dwijendra juga dikenal sebagai seorang sastrawan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa karya sastranya yang berbentuk puisi maupun prosa seperti Gegutuk Menur, Ampik Legarang, Sara Kusuma, Usana Bali, dan lainnya. Dang Hyang Dwijenda mencapai Moksa di Pura Uluwatu.

3. Mpu Tantular

5 Maha Rsi Penerima Wahyu Weda Hindu, Ada yang dari JawaBhinneka Tunggal Ika yang terdapat di lambang Negera Indonesia Burung Garuda Pancasila. (unsplash.com/Mufid Majnun)

Mpu Tantular dikenal sebagai pujangga besar Hindu yang mengarang Kitab Sutasoma. Kitab ini menyebutkan, bahwa Sang Hyang Widhi Wasa adalah satu bukan dua, melainkan memiliki banyak sebutan. Semboyan Negara Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetap satu juga diambil dari Kitab Sutasoma.

Mpu Tantular adalah putra dari Mpu Bahula. Mpu Tantular memiliki empat orang putra yaitu Mpu Kanawawika, Mpu Asirnaranatha, Mpu Sidhimantra, dan Mpu Kepakisan. Satu putra Mpu Tantular, Mpu Kepakisan, adalah leluhur dari Raja Dalem Waturenggong dari Kerajaan Gelgel di Bali.

4. Mpu Kuturan

5 Maha Rsi Penerima Wahyu Weda Hindu, Ada yang dari JawaIlustrasi warga pergi ke pura. (unsplash.com/ Ruben Hutabarat)

Mpu Kuturan ada di zaman Kerajaan Airlangga. Mpu Kuturan bersama saudara kandungnya, Mpu Bharadah, adalah para penasihat Raja Airlangga. Namun karena nasihatnya sudah tidak didengarkan lagi oleh para ksatria, Mpu Kuturan memilih untuk meninggalkan kerajaan.

Mpu Kuturan kemudian menuju ke Bali hingga menetap di lokasi yang kini menjadi Pura Silayukti. Selama di tempat ini, Mpu Kuturan melakukan yoga dan menyebarkan ajaran Hindu.

Satu karya besar Mpu Kuturan adalah sistem Pura Kahyangan Tiga yaitu Pura Puseh, Pura Desa, dan Pura Dalem sebagai wujud lambang Dewa Wisnu, Dewa Brahma, serta Dewa Siwa. Mpu Kuturan moksa atau menyatu bersama Sang Pencipta di Pura Silayukti.

5. Rsi Markandeya

5 Maha Rsi Penerima Wahyu Weda Hindu, Ada yang dari JawaUpacara Ida Bhatara Turun Kabeh pada tahun 2021 lalu. (facebook.com/infodokpuraagungbesakih)

Rsi Markandeya atau Dang Hyang Markandeya adalah putra dari Sang Mrakanda dan Dewi Manaswini yang berasal dari Jawa Timur, tepatnya di kaki Gunung Raung. Rsi Markandeya datang ke Bali untuk membuka hutan demi kepentingan penduduk.

Membawa 400 orang pengikut, Rsi Markandeya gagal untuk membuka hutan lantaran pengikutnya diserang wabah. Rsi Markandeya memutuskan kembali ke Pulau Jawa untuk bersemadi memohon petunjuk-Nya. Ia mendapat pawisik (bisikan religius), bahwa diharuskan untuk menanam logam pancadatu (terdiri dari lima unsur logam) di kaki Gunung Toh Langkir (Gunung Agung).

Ia kembali datang bersama 800 pengikutnya, yang terlebih dahulu melakukan upacara menanam logam panca datu. Tempat ini yang kemudian dikenal dengan nama Pura Besakih hingga saat ini.

Ia melanjutkan rencana untuk merabas hutan ke arah barat yaitu ke lokasi desa di daerah Kabupaten Gianyar. Rsi Markandeya berhasil merabas hutan dan tinggal di tempat itu dengan mendirikan pasraman bernama Sarwada. Lama-kelamaan nama ini berubah menjadi Desa Taro.

Para Maha Rsi ini hingga saat ini masih dihormati dan disegani oleh seluruh umat Hindu karena jasa-jasa serta pengabdiannya. Sejarah para Maha Rsi penerima wahyu Weda Hindu ini sangat penting untuk diketahui oleh seluruh umat Hindu.

Ari Budiadnyana Photo Community Writer Ari Budiadnyana

Menulis dengan senang hati

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya