Mengenal Ngaben Tikus di Tabanan dan 4 Tradisi Unik Lainnya
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bali benar-benar layak sih ditunjuk sebagai lokasi wisata yang paling populer nomor dua di dunia berdasarkan Travelers Choice 2023. Bali adalah surga seperti fantasi kalau kata Tripadvisor. Pulau ini memang memadukan alam dan tradisi yang terus dipertahankan sampai sekarang.
Bicara soal tradisi gak ada habisnya. Banyak yang unik dan sakral. Tradisi ini warisan leluhur yang hanya dilaksanakan pada hari-hari tertentu, dan dipercaya membawa manfaat kebaikan untuk warga setempat. Berikut ini deretan tradisi unik di Tabanan, termasuk ngaben tikus.
Baca Juga: 10 Potret Tumpek Kandang untuk Hewan Peliharaan di Bali
Baca Juga: Fungsi Kompor Jenazah Ngaben di Bali, Praktis dan Cepat
1. Ngerebeg Keris Ki Baru Gajah
Kecamatan Kediri terdapat sebuah keris pusaka bernama Keris Ki Baru Gajah. Keris ini diberikan oleh Dang Hyang Dwijendra untuk mengusir berbagai macam hama penyakit. Dinamakan Ki Baru Gajah, karena konon keris ini dulunya digunakan untuk membunuh Ki Bhuta Babahung yang berkepala gajah.
Tradisi Ngerebeg Keris Ki Baru Gajah ini selalu dilaksanakan setiap Hari Raya Kuningan pada Sabtu, Saniscara Kliwon, Wuku Kuningan. Hal ini ada kaitannya dengan bhisama (tafsir agama) dari Dang Hyang Dwijendra, agar menghaturkan upacara keris ini di Pura Pakendungan yang bersebelahan dengan Pura Tanah Lot.
Selama prosesi tradisi ini, warga setempat akan mengusung Keris Ki Baru Gajah dari Puri Kediri ke Pura Pakendungan sejauh sekitar 11 kilometer. Fungsi dari Tradisi Ngerebeg Keris Ki Baru Gajah adalah untuk mengusir hama penyakit dan kekuatan-kekuatan negatif yang dapat mengganggu kehidupan warga Kediri, sehingga mendatangkan kesejahteraan. Artikel lengkap tentang Tradisi Ngerebeg Keris Ki Baru Gajah bisa membacanya di sini.
2. Tradisi Siat Sambuk
Banjar Pohgending, Desa Pitra, Kecamatan Penebel terdapat Tradisi Siat Sambuk atau perang serabut kelapa. Dikutip dari situs Infowisata.tabanankab.go.id, tradisi ini dilaksanakan bertepatan dengan Hari Pengerupukan, sehari sebelum Nyepi. Tujuannya untuk menolak bala atau kekuatan negatif agar tidak mengganggu desa selama Hari Raya Nyepi.
Mereka menggunakan sambuk atau serabut kelapa yang dibakar. Dalam pelaksanaannya, warga dibagi menjadi dua kelompok, yaitu wong kaja (kelompok utara) dan wong kelod (kelompok selatan). Masing-masing kelompok memiliki pasukan serbu, dan pasukan yang menyiapkan logistik sambuk yang berisi bara api sebagai senjatanya.
Siat atau perang sambuk dimulai dengan saling melempar serabut kelapa. Uniknya, tidak ada warga yang terluka atau terbakar meskipun ada bara api. Setelah perang selesai, warga akan berkumpul di pertigaan desa untuk memohon tirta atau air suci, saling merangkul, bersalaman, dan tidak ada yang saling bermusuhan.
3. Tradisi Sarin Taun Pura Ulunsuwi Candikuning
Tradisi ini berasal dari Banjar Gunung Sari, Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel. Tradisi Sarin Taun dilaksanakan di Pura Ulunsuwi Candikuning. Dikutip dari situs Infowisata.tabanankab.go.id, krama (anggota) Subak Jatiluwih tempek (kelompok) Gunung Sari selalu melaksanakan Tradisi Sarin Taun setiap tiga tahun sekali, bertepatan dengan piodalan (hari jadi tempat suci) di Pura Ulunsuwi Candi Kuning.
Se;ama pelaksanaannya, warga Subak Jatiluwih membawa Dewa Nini yang sudah dirias sedemikian rupa. Dewa Nini adalah seikat padi yang diambil setelah panen padi dan ditaruh di lumbung padi warga. Tradisi ini dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur warga subak atas panen yang berlimpah.
4. Tradisi Ngaben Bikul
Selain upacara ngaben yang dilakukan untuk manusia, di Kabupaten Tabanan juga ada tradisi unik bernama Ngaben Bikul (tikus) atau Upacara Mreteka Merana. Dikutip dari situs Infowisata.tabanankab.go.id, upacara ini dilaksanakan oleh krama Subak Desa Pakraman Bedha, Desa Bongan, Kecamatan Tabanan.
Upacara Mreteka Merana ini adalah upacara Bhuta Yadnya, dan hanya ada di Tabanan. Prosesi upacaranya berlangsung di penataran Bale Agung Pura Puseh Luhur Bedha.
Mreteka Merana berasal dari dua kata, mreteka yang artinya memberikan upacara dan merana artinya hama penyakit. Jadi tujuan dari pelaksanaan tradisi ini adalah untuk menyucikan roh atau atma hama penyakit supaya kembali ke asalnya, dan tidak kembali ke bumi menjadi hama penyakit yang merusak tumbuhan. Tradisi ini baru dilaksanakan jika ada gangguan luar biasa dari hama penyakit atau hama tikus yang merusak panen padi di desa setempat.
5. Tradisi Mesuryak
Tradisi unik berikutnya adalah Tradisi Mesuryak yang dilaksanakan setiap Hari Kuningan pada Sabtu, Saniscara Kliwon, Wuku Kuningan. Tradisi ini dilaksanakan di Dusun Bongan Gede, Desa Bongan, Kecamatan Tabanan.
Keunikan dari tradisi ini adalah prosesi membagi-bagikan uang. Dikutip dari Infowisata.tabanankab.go.id, tradisi ini dimulai pukul 09.00 hingga pukul 12.00 Wita.
Tradisi ini secara niskala (gaib) bertujuan untuk memberikan bekal kepada para leluhur yang telah turun ke dunia selama 10 hari sejak Hari Raya Galungan. Prosesi ini dimulai dengan persembahyangan di Pura Kahyangan Tiga Desa dan pura keluarga.
Kemudian orang yang dituakan atau pemangku memimpin persembahyangan di pintu masuk. Setelah sarana upacara dihaturkan, pemilik rumah mulai membagikan uang. Proses membagikan uang ini dengan cara menghamburkannya ke udara sambil berteriak atau mesuryak yang dilakukan dalam suka cita.
Itulah beberapa tradisi unik di Tabanan yang bisa kamu jumpai. Kalau penasaran pengin melihatnya, agendakan liburanmu dari sekarang dengan menyesuaikan hari raya yang sudah disebutkan di atas. Jangan lupa untuk menanyakan kepada warga sekitar terkait peraturan selama menyaksikan tradisi tersebut. Siapa tahu ada syarat khusus yang mereka terapkan untuk pengunjung.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.