Mengenal Bus Transportasi Delegasi IMF di Bali, Berbahan Bakar Listrik

Ada CCTV dan ramah disabilitas. Bali butuh ini gak sih?

Badung, IDN Times - Selama perhelatan International Monetary Fund-World Bank Annual Meeting tahun 2018 (IMF-WB AM 2018) di Nusa Dua, Badung, ada sejumlah bus digunakan sebagai transportasi para delegasi.

Asal kamu tahu, bus tersebut ternyata ramah lingkungan lho. Yakni menggunakan tenaga listrik. IDN Times berkesempatan melihat secara langsung bagaimana isi di dalam bus tersebut. Seperti apa interior dan siapakah pemiliknya?

1. Bus ini sangat ramah lingkungan, jarak tempuhnya mencapai 230-300 km

Mengenal Bus Transportasi Delegasi IMF di Bali, Berbahan Bakar ListrikIDN Times/Imam Rosidin

Baca Juga: 32 Ribu Orang Dapat Pekerjaan Dari Pertemuan IMF di Bali

Dua buah bis listrik diuji di kawasan Ungasan, Badung, Senin (5/10) sore lalu. Bus tersebut merupakan kerja sama antara Bakrie Otoparts dan Perusahaan asal Cina, BYD Corporation.

Bus listrik tersebut dikembangkan untuk menyediakan transportasi umum yang ramah lingkungan. Nantinya bus-bus listrik ini akan ditawarkan ke sejumlah Pemerintah Daerah untuk kebutuhan transportasi umum.

"Ini merupakan solusi untuk pengadaan bus ramah lingkungan. Ini juga merupakan solusi transportasi publik baik untuk perkotaan, antar provinsi atau satu kawasan ke kawasan," jelas Dirut dan CEO PT Bakrie & Brother, Bobby Gafur Umar, di Ungasan.

Bus tersebut memiliki dua jenis. Yakni berkapasitas 35 orang dan 50 orang. Untuk fasilitas di dalamnya, terdapat CCTV untuk keamanan, tempat untuk penumpang difabel, AC, serta tombol stop untuk penumpang yang ingin turun.

Untuk dayanya sendiri, dalam sekali pengisian mampu mencapai jarak 230-300 km.

2. Bus ini pernah dipakai saat IMF-WB 2018

Mengenal Bus Transportasi Delegasi IMF di Bali, Berbahan Bakar ListrikIDN Times/Imam Rosidin

Sebelumnya, dua bus listrik ini telah digunakan untuk menunjang transportasi di kawasan ITDC, tempat diadakannya pertemuan IMF-WB 2018. Yaitu bus berkapasitas 35 penumpang dan 45 penumpang.

"Saat digunakan di ITDC memang mendapat sambutan yang positif dari para delegasi," lanjutnya.

Ada tiga tahapan dalam skema kerja sama ini. Pertama, perusahaan akan impor sejumlah 10 unit. Namun yang diimpor adalah chasisnya saja. Sementara karoserinya akan menggandeng perusahaan lokal. Ketiga adalah mengembangkan industri bus listrik dalam negeri.

3. Jangan hanya impor bus saja, harus ada komponen lokalnya

Mengenal Bus Transportasi Delegasi IMF di Bali, Berbahan Bakar ListrikIDN Times/Imam Rosidin

Baca Juga: Inilah Pria Klungkung, Pembuat Kain Endek Untuk Kepala Negara Asean

Sementara itu, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian, Harjanto sangat mendukung dengan pengadaan bus listrik. Hanya saja, unit bus tersebut harus menggunakan komponen lokal. Artinya, tidak hanya impor bus saja, tapi juga dirakit dan menggunakan komponen lokal.

"Indonesia kan sudah ada banyak industri-industri menengah yang bisa membuat komponen-komponen bus. Jadi, jangan hanya merakit. Tapi komponennya harus dirakit di indonesia," katanya.

Sementara itu, Kadisnaker ESDM Bali, Ni Luh Made Wiratmi, mendukung dengan adanya transportasi jenis ini. Pasalnya, sesuai dengan visi dan misi Gubernur Bali untuk menjadikan Pulau Dewata hijau dan bersih.

"Nyaman saat mencooba bus ini tadi. Suaranya juga tidak bising," jelasnya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya