Pameran UMKM di Jatiluwih Cultural Week (IDN Times/Wira Sanjiwani)
Setelah pemerintah melonggarkan aturan perjalanan, membuat kunjungan ke DTW Jatiluwih perlahan mulai membaik. Begitu juga wisatawan Jerman yang menyukai kopi bubuk buatan Ariyasa. Namun memang tak sebanyak sebelumnya. Hanya 2 sampai 4 orang saja yang datang ke rumahnya.
Kini, dalam sekali kunjungan pendapatannya Rp500 ribu, masih jauh dari pemasukannya yang dulu, yaitu Rp2 jutaan per sekali kunjungan. Selain kopi bubuk, Ariyasa juga membuat teh beras merah dan teh beras hitam.
Satu kemasan kopi bubuk arabika kemasan 200 gram ia jual seharga Rp25 ribu. Sementara teh beras merah dan hitam kemasan 200 gram dijual Rp15 ribu. Kopi, teh beras merah, dan hitamnya diberi label merek Leo, sesuai nama anaknya.
Supaya kopi dan teh buatannya dikenal oleh pasar domestik, Ariyasa didorong untuk mengikuti pameran.
"Pertama kali ikut pameran UMKM di acara Jatiluwih Cultural Week. Kalau diminta ikut pameran lagi, saya siap," terangnya.