Kepala Lab PCR: Virus Corona yang Menyebar di Bali Bisa Bermutasi
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tabanan, IDNTimes - Gubernur Bali, I Wayan Koster, belum lama ini mengumumkan bahwa telah ditemukan di Bali dua kasus varian baru COVID-19 dari Afrika Selatan dengan kode B. 1.351 dan varian Inggris dengan kode B.1.1.7. Bahkan masuknya varian baru dari Afrika Selatan tersebut disebutkan telah menyebabkan satu orang warga Kabupaten Badung meninggal dunia.
Sebenarnya apa yang menyebabkan virus bermutasi? Bisakah virus Corona atau SARS-CoV-2 yang ada di Bali bermutasi, sebagaimana yang terjadi di Afrika Selatan, Inggris, dan India? Berikut penjelasan dari dokter spesialis mikrobiologi klinik sekaligus Kepala Laboratorium Polymerase Chain Reaction (Lab PCR) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tabanan, dr. I Wayan Duta Krisna SpMK.
Baca Juga: Warga Bali Diduga Terinfeksi Varian Baru COVID-19 Pada Januari 2021
1. Semua virus RNA rentan mengalami mutasi, termasuk virus Corona
Krisna mengatakan virus jenis RNA atau virus dengan materi genetik berantai tunggal ini sangat mudah mengalami mutasi. Virus Corona termasuk dalam jenis virus RNA.
"Karena materi genetik berantai tunggal ini membuat virus RNA mudah mengalami mutasi," ujarnya pada Selasa (11/5/2021).
Bahkan satu jenis virus RNA dapat bermutasi satu kali dalam satu bulan. Tujuannya bermutasi adalah untuk beradaptasi pada rintangan yang dia hadapi di lingkungan kehidupannya, dalam hal ini sel tempat ia hidup/sel inangnya. Akibatnya, tidak jarang virus RNA yang sudah mengalami mutasi, kebal dengan obat yang awalnya bisa menekan keberadaan virus, memiliki sifat lebih ganas, sampai bisa menyebar lebih cepat.
2. Virus Corona bisa bermutasi di tempat manapun, termasuk di Bali
Saat ini, virus Corona yang sudah mengalami mutasi adalah virus yang ada di Inggris, Afrika Selatan, dan India. Kata Krisna, mutasi virus Corona yang ada di Bali pun tidak lepas dengan kemungkinan akan mengalami mutasi. Hal itu akan terjadi jika virus ini mendapatkan host atau sel inang yang tepat dan menemukan celah untuk bertahan terhadap mekanisme pertahanan tubuh sel inangnya.
"Kalau karakteristik virus Corona yang bermutasi di India, Afrika Selatan, dan Inggris itu penyebarannya lebih cepat dan gejala yang ditimbulkan lebih berat, serta bisa menghindari sistem imun tubuh yang terbentuk secara alami ataupun dari vaksinasi," jelas Krisna.
3. Penerapan protokol kesehatan serta memakai masker adalah langkah paling efektif
Krisna menekankan, mutasi virus Corona seperti di India bisa terjadi juga karena longgarnya penerapan protokol kesehatan (prokes) di negara tersebut. Menurutnya langkah yang paling efektif adalah penerapan prokes secara terus menerus dan memakai masker.
Menurutnya, ada banyak faktor yang menyebabkan mikroorganisme, salah satunya virus, bisa menyebabkan infeksi, di antaranya:
- Tergantung pertahanan atau kerentanan sel inangnya atau host genetic suseptibility
- Penyakit bawaan atau komorbid dari inangnya
- Keganasan mikroorganisme yang bersangkutan atau virulence faktor
- Sistem imun alamiah atau adaptif yang terbentuk
Dengan banyaknya faktor ini, menurut Krisna, vaksinasi pun tidak 100 persen melindungi. Meskipun adanya daya tahan tubuh adaptif yang terbentuk dari vaksinasi, tetapi apabila faktor lainnya tidak dijaga, maka virus masih mampu menginfeksi.
"Karena itu, hal yang paling efektif adalah, di samping menjalani vaksinasi, tetap terapkan protokol kesehatan dan pakai masker. Ini melindungi diri kita dan orang lain dari virus," ujarnya.