Nelayan Tabanan Bertransformasi Menjadi Lebih Modern

Tabanan, IDN Times - Nelayan merupakan salah satu profesi yang masih belum menjadi pilihan utama para generasi muda saat ini. Pegiat profesi ini pun terus berinovasi agar bisa tetap bertahan.
Mereka pun sudah mulai bergeser menjadi lebih modern dalam artian tidak hanya menangkap ikan tetapi sudah berinovasi, salah satunya menjadi nelayan yang terjun ke wisata bahari.
1. Nelayan di Tabanan sudah mengalami perubahan paradigma
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Tabanan, I Ketut Arsana Yasa mengatakan, saat ini paradigma nelayan di Tabanan bergeser sedikit demi sedikit.
Salah satu kesadaran yang muncul di tengah nelayan adalah mengarah kepada kearifan lokal yang unggul untuk lingkungan. "Salah satunya adalah menangkap lobster dengan menggunakan bubu atau alat tradisional yang ramah lingkungan," ujar Arsana Yasa, Sabtu (1/4/2023).
Ia melanjutkan nelayan di Tabanan saat ini sudah mulai ditekuni dengan usia lebih muda. Jika dulu nelayan rata-rata usianya 50 tahun ke atas, saat ini hampir 60 persennya berusia 50 tahun ke bawah. "Nelayan saat ini juga sudah mulai lebih modern dan mulai beralih dengan penangkapan ikan menggunakan GPS," ujar Arsana Yasa.
2. Nelayan Tabanan tekuni wisata bahari
Menurut Arsana Yasa, dulu nelayan di Tabanan kegiatannya pergi melaut, menangkap ikan lalu menjualnya. Dia lantas membandingkan kondisi nelayan dan laut saat ini dibandingkan dulu.
"Dulu saat kapal penangkap ikan yang besar masih jarang. Nelayan sangat gampang mendapatkan ikan. Stok di laut melimpah. Sebentar saja melaut sudah dapat ikan. Nelayan pulang dan menjual hasil tangkapannya," ujar Arsana Yasa.
Kelebihan penangkapan, imbuhnya, kemudian bisa diolah menjadi dendeng dan pindang. "Jaman dulu tidak ada kulkas atau tempat pendingin sehingga petani menyimpan ikan tidak dalam bentuk fresh tetapi lebih diolah menjadi dendeng dan pindang," ujarnya.
Namun sekarang, tangkapan tidak mudah didapatkan, meski diakui pasaran laut Tabanan masih bagus hingga saat ini karena lautnya memiliki ikan komoditas ekspor. Hal ini lah yang mendorong nelayan untuk berinovasi.
"Tidak hanya sebagai nelayan tradisional, mereka juga terjun menjadi nelayan komersial. Artinya menangkap ikan yang berpotensi ekspor seperti Kerapu, Layur hingga Tenggiri. Mereka juga menangkap lobster yang memiliki nilai ekspor," jelas Arsana Yasa.
Selain itu satu lagi inovasi nelayan di Tabanan adalah menekui wisata bahari, dimana nelayan menyewakan jukungnya kepada pemancing dan mengantarkan mereka menuju spot memancing yang banyak ikannya.
3. Tantangan nelayan adalah cuaca buruk
Dengan banyaknya inovasi itu, kata Arsana Yasa tidak menutup kemungkinan profesi nelayan menjanjikan di masa depan. "Apalagi dengan menekuni wisata bahari. Sehari menyewakan jukung Rp400 ribu hingga Rp500 ribu. Pendapatan Rp200 ribu per hari sudah ditangan," ujarnya.
Belum lagi menangkap ikan komoditas ekspor dimana harga tangkapnya per kilogram rata-rata Rp70 ribu dan sudah pasti ada yang membeli. Hanya saja, tantangan nelayan hanya satu yaitu cuaca buruk. "Cuaca buruk adalah tantangan nelayan menjalani profesinya. Cuaca buruk ini bisa menyebabkan nelayan tidak melaut berminggu -minggu," ujar Arsana Yasa.
Oleh karena itu, nelayan di Tabanan beradaptasi dengan memiliki profesi lain selain sebagai nelayan. Rata-rata nelayan di Tabanan juga sebagai petani. Sehingga ketika mereka tidak bisa melaut, mereka masih bisa mencari nafkah dengan menjadi petani.