P2TP2A: Bali Rentan ada Pariwisata Seks Anak

Sindikat trafficking cari anak-anak di Jawa Barat

Denpasar, IDN Times - Sebagai tempat tujuan pariwisata dunia, Bali ternyata rentan dijadikan tempat prostitusi anak di bawah umur. Apalagi setelah terungkapnya praktik prostitusi yang mengeksploitasi anak di bawah umur di Gang 3B, Sanur, Denpasar, Jumat (5/1) lalu.

1. Unsur trafficking-nya sudah terpenuhi

P2TP2A: Bali Rentan ada Pariwisata Seks AnakIDN Times/Reza Iqbal

Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Denpasar, Luh Putu Anggreni, mengungkapkan kasus perdagangan orang harus menjadi perhatian semua pihak. Terlebih setelah terungkapnya lima anak di bawah umur yakni Bunga (17), Mawar (14), Melati (14), Tulip (15), Anggrek (16) yang dieksploitasi secara seksual di Sanur.

Mereka dijerat utang tiket pesawat dari Jakarta ke Bali. Untuk membayar utangnya tersebut, mereka harus melayani laki-laki hidung belang dengan tarif Rp250 ribu hingga Rp300 ribu.

"Jadi unsur trafficking sudah terpenuhi, ada iming-iming dan jeratan utang. Mereka dieksploitasi secara seksual bahkan sebanyak delapan kali semalam," jelas Ni Luh Putu Anggreni, Minggu (6/1).

Baca Juga: Diimingi Gaji Rp11 Juta, Lima Gadis Asal Bekasi 'Dijual' di Sanur

2. Pasti ada jaringannya

P2TP2A: Bali Rentan ada Pariwisata Seks AnakIDN Times/Sukma Shakti

Ia menjelaskan, kasus trafficking pasti melibatkan banyak orang dan berupa sindikat. Daerah asal anak-anak yang disasar adalah Jawa Barat, Jakarta, dan Jawa Timur. Sementara kota-kota yang sering disasar adalah Cianjur, Bekasi, Jakarta, serta kota Malang.

"Bali rentan dengan pariwisata seks anak. Padahal harusnya alam dan budaya. Trafficking ini sindikat karena prosesnya sudah dari awal yakni perekrutan hingga tujuan yakni menjualnya," jelasnya.

Untuk itu ia meminta seluruh pihak terkait dan masyarakat secara umum supaya lebih perhatian. Jika ini terus berlangsung, nama Bali yang merupakan tujuan wisata alam dan budaya bisa tercoreng.

Kepada pihak kepolisian, ia juga ingin agar lebih sering melakukan razia ke tempat-tempat yang dicurigai. Pasalnya, korban selalu tak berdaya dan tahu harus berbuat apa.

"Karena biasanya korban ini tak berdaya. Tiba-tiba ada di tempat seperti itu gimana, ini ibunya nangis semua minta diselamatkan anaknya," katanya.

3. Ciri-ciri gadis yang disasar sindikat trafficking

P2TP2A: Bali Rentan ada Pariwisata Seks Anakbustle.com

Ia mengungkapkan siapa saja korban yang 'direkrut' oleh sindikat trafficking. Katanya, mereka memang menyasar anak-anak di bawah umur. Alasannya karena lebih mudah diatur dan belum berpengalaman. Selain itu juga aman dan terbebas dari penyakit.

Umumnya, sindikat akan mencari anak-anak yang putus sekolah, cantik, dan dari kalangan ekonomi ke bawah. Jadi mereka dibohongi dengan bekerja di kafe sebagai pelayan, namun saat di Bali dijual kepada lelaki hidung belang.

Ia menuturkan, lima anak yang berhasil diamankan saat ini berada di rumah penampungan wilayah Bali. Mereka masih menjalani pemeriksaan kesehatan dan pemulihan psikologis hari Senin (7/1).

Anggreni menyarankan kepada semua remaja supaya lebih berhati-hari dengan tawaran gaji yang menggiurkan. Sementara untuk orangtua harus lebih perhatian dalam menjaga anaknya.

"Hati-hati jangan sampai terbujuk rayu. Ini trafficking antar provinsi dan berbahaya. Ini rentan, dan Bali sebagai daerah tempat tujuan penjualan anak harus lebih perhatian. Masyarakat juga jika menemukan hal semacam ini harus segera melaporkannya dan jangan dianggap hal yang biasa," ucapnya.

Baca Juga: Psikis 5 Anak Korban Trafficking di Sanur Mulai Labil

4. Kasus perdagangan anak baru pertama kali terungkap di Bali

P2TP2A: Bali Rentan ada Pariwisata Seks AnakInfografis IDN Times/ Sukma Shakti

Sementara itu, Komisioner Divisi Advokasi dan Hukum, Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Bali, Ni Luh Gede Yastini, mengungkapkan kasus trafficking terhadap anak di Bali baru pertama kali ini terjadi. Sebelumnya, pihaknya baru sebatas menerima laporan, yakni dua kali sepanjang tahun 2018. Namun saat ditelusuri menghilang.

"Jadi agak susah untuk mendeteksi," ungkapnya.

Ia menjelaskan, Bali jadi tempat tujuan trafficking karena aksesnya yang mudah. Karena sebagai tujuan wisata, maka peluang untuk bekerja dan perputaran ekonominya lebih besar.

"Untuk tempat yang dituju biasanya spa dan kafe, serta tempat-tempat hiburan lainnya. Dua yang dilaporkan ke kami adalah spa," katanya.

Ia berharap agar masyarakat lebih peduli lagi soal persoalan ini. Pasalnya, ada yang tahu tapi takut untuk melaporkannya. Ia juga menegaskan kepada remaja supaya tidak tergiur dengan bujuk rayu gaji besar.

Selain itu ia meminta pihak aparat dan pemerintahan agar lebih teliti dalam menerbitkan surat-surat kependudukan. Hal ini karena beberapa indikasi trafficking dipalsukan identitasnya.

"Ini harus menjadi perhatian. Waspada dan hati-hati terhadap tawaran kerja," tutupnya.

Topik:

  • Irma Yudistirani

Berita Terkini Lainnya