Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Fakta Menarik Peringatan Seratus Tahun Walter Spies di Bali

Proyek seni Root Seratus Tahun Walter Spies di Bali (Dok.IDN Times/istimewa)

Gianyar, IDN Times - Pameran seni rupa bertaraf dunia yang mengangkat tema Seratus Tahun Walter Spies di Bali akan berlangsung pada 24 Mei–14 Juni 2025 di ARMA Museum Ubud. Seorang penulis, pembuat film, kurator ternama, dan sosok penting di balik proyek seni Root Seratus Tahun Walter Spies di Bali, Michael Schindhelm, mengatakan pameran berjudul ROOTS adalah kelanjutan dari pameran yang telah dibuat sebelumnya, yakni Agustus sampai November tahun lalu di Basel Swiss.

"Pameran ROOTS adalah pameran yang berpusat pada pembicaraan dari sosok seniman Jerman kelahiran Rusia, Walter Spies (1895–1942). Di mana dianggap memiliki pengaruhnya terhadap lansekap budaya Bali hingga saat kini. Warisan Spies sangat terkait dengan narasi kontemporer Bali," jelasnya.

1. Pameran untuk menunjukkan pengaruh Spies di Bali

Seorang penulis, pembuat film, dan kurator ternama dan juga sosok penting di balik proyek seni Root Seratus Tahun Walter Spies di Bali, Michael Schindhelm (Dok.IDN Times/istimewa) )

Michael Schindhelm mengatakan, ROOTS menghormati warisan Spies yang penuh teka-teki, merangkai kisahnya ke dalam narasi kontemporer Bali, dan mengeksplorasi kompleksitas adanya pertukaran budaya. Melalui kehadiran penari Dewa Ayu Eka Putri, musisi Putu Tangkas Adi Hiranmayena, dan kolaborator seniman Bali lainnya, termasuk koreografer terkenal berkelas internasional Wayan Dibia, pendiri dan pemilik Museum Arma Agung Rai, serta banyak lainnya.

"Pameran ROOTS memiliki tujuan untuk menunjukkan pengaruh Spies yang mendalam, sambil menjelajahi warisan pasca kolonial pulau ini selama seabad terakhir," ungkapnya.

Lebih lanjut, di jantung presentasi ROOTS terdapat Vila Iseh, yakni tempat peristirahatan yang dibangun oleh Spies pada tahun 1937 di Iseh, Karangasem. Vila ini awalnya merupakan tempat perlindungan bagi Spies, tempat ini kemudian menjadi tujuan untuk disinggahi dan tinggal dalam sementara waktu bagi orang-orang kaya dan terkenal, termasuk David Bowie, Yoko Ono, dan Mick Jagger.

2. Reputasi Spies diungkap sangat baik di Bali

Ilustrasi orang berdoa di Bali (pexels.com/el jusuf)

Disebutkan bahwa pada 1923, Walter Spies memulai perjalanan dari Eropa ke daerah tropis untuk mencari adanya dunia baru dan inspirasi artistik. Meskipun pengaruhnya signifikan sebagai seniman, namun kisahnya sebagian besar telah memudar dari kesadaran Barat. Lahir di Moskow pada 1895, dan meninggal secara tragis di laut lepas Sumatra pada 1942, warisan Spies tetap berpengaruh abadi di Bali seabad setelah kedatangannya.

"Keberadaan Spies juga telah dianggap oleh masyarakat Bali sebagai pelopor modernisme di pulau yang menjunjung warisan budaya luhur, Spies mengalami transformasi artistik yang mendalam di bawah pengaruh seni Bali yang meresap pada dirinya," jelasnya.

Meskipun pernah menggelar pameran di Berlin dan Dresden serta menjalin persahabatan dengan seniman ternama mulai dari Oskar Kokoschka dan Otto Dix hingga Friedrich Murnau, Margaret Mead, dan Charlie Chaplin, reputasi Spies di tanah kelahirannya tidak seberapa dibandingkan dengan statusnya yang disegani di Bali.

"Sejarah Walter Spies yang penuh gejolak di Pulau Bali dan dampaknya terhadap transformasi Bali. Kehadiran ROOTS dengan para tokoh utama budaya Bali saat ini, berupaya menempatkan warisan yang ditinggalkan Walter Spies dalam konteks sejarahnya dan sekaligus memahami signifikansinya terhadap perkembangan Bali saat ini," ujarnya.

3. Pameran film, lukisan, hingga bahasan kompleks tentang budaya Bali

ilustrasi cowok berjiwa seni (pexels.com/Heinz Klier)

Cuplikan dari film dokumenter fiksi ROOTS karya Michael Schindhelm juga menyertai pameran ini. Film ini menampilkan Walter Spies sebagai sosok yang menghantui lansekap modern Bali. Film dokumenter fiksi tersebut akan ditayangkan di berbagai lokasi di Bali. Film ini akan ditutup dengan pemutaran secara khusus dan serangkaian kegiatan seremonial dalam pemberian penghargaan bagi pelajar yang memenangkan kompetisi mengulas film, yang akan diselenggarakan pada tanggal 14 Juni di Museum Arma.

"Melalui pertemuan dengan seniman dan tokoh terkemuka Bali, hantu Spies bergulat dengan warisan budaya Bali sendiri dan adanya dampak abadi peradaban Barat di pulau ini," ungkapnya.

Selanjutnya, pengunjung akan diundang dalam perjalanannya melintasi pulau saat ini, 99 tahun setelah kunjungan pertama sang pelukis.

Pameran ini juga akan membahas tema-tema tentang pariwisata massal, degradasi lingkungan, dan interaksi yang kompleks tentang identitas budaya di Bali. Sorotan pameran meliputi karya pelukis Made Bayak dan seniman grafis Gus Dark, kedua seniman ini mengeksplorasi perjuangan masyarakat Bali untuk melestarikan identitas budaya di tengah tantangan kontemporer. Bersama dengan serangkaian kemasan film dan instalasi, mereka akan menyajikan momen-momen penting dalam sejarah Bali, termasuk genosida tahun 1965.

Share
Topics
Editorial Team
Ayu Afria Ulita Ermalia
Irma Yudistirani
Ayu Afria Ulita Ermalia
EditorAyu Afria Ulita Ermalia
Follow Us