Kisah Korban Bom Bali I: Capek Saya Masuk Ruang Operasi Berkali-kali

Sampai saat ini masih harus terus mengonsumsi obat 

Denpasar, IDN Times – Tragedi Bom Bali I yang terjadi pada 12 Oktober 2002, pukul 23.05 Wita di Jalan Legian, Kecamatan Kuta, Badung, hingga kini masih menyisakan duka yang mendalam. Peristiwa tersebut telah menewaskan 202 orang dan langsung melumpuhkan pariwisata Bali. Pelaku menggunakan bom berjenis TNT seberat satu kilogram dan RDX berbobot 50 sampai 150 kilogram.

Korban tragedi Bom Bali I, Tumini (45) hingga saat ini masih mengingat dengan jelas peristiwa traumatis itu. Berikut kesaksiannya yang ia ceritakan pada Kamis (15/10/2020), saat mengikuti assessment dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). 

Baca Juga: Negara Beri Bantuan Kompensasi, 39 Korban Bom Bali Ikut Assessment

1. Ledakan bom terjadi selang 30 menit setiba korban di tempat kerja

Kisah Korban Bom Bali I: Capek Saya Masuk Ruang Operasi Berkali-kaliTragedi Bom Bali I tahun 2002 (Dok.IDN Times/Made Mada)

Tumini menceritakan saat itu ia bekerja sebagai bartender di Paddy’s Pub. Hanya berselang 30 menit setelah ia sampai di tempatnya bekerja, terjadi ledakan bom. Tubuhnya langsung terbakar dan gendang telinga kanannya rusak. Kini hanya telinga kirinya yang berfungsi.

“Kalau saya, luka saya satu tubuh. Semua terbakar, luka saya dulu 45 persen,” jelas perempuan asal Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur itu. 

Akibat peristiwa itu, ia harus menjalani perawatan intensif dan berkali-kali dioperasi. Beberapa penanganan operasi yang ia masih ingat di antaranya operasi di Australia sebanyak empat kali, di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah sebanyak lima kali, dan sekali di Rumah Sakit Wangaya.

Baca Juga: 18 Tahun Berlalu, Fakta Singkat Jerinx yang Pernah Terimbas Bom Bali I

2. Masih ada serpihan di dalam tubuh korban

Kisah Korban Bom Bali I: Capek Saya Masuk Ruang Operasi Berkali-kaliTragedi Bom Bali I tahun 2002 (Dok.IDN Times/Made Mada)

Operasi pengangkatan serpihan dalam tubuhnya pun dilakukan berkali-kali. Ia telah menjalani operasi untuk mengeluarkan dua serpihan di payudara kanannya dan satu serpihan di payudara kirinya. Namun saat ini masih ada serpihan lain di payudara kirinya yang tidak memungkinkan untuk diambil karena letaknya terlalu dalam.

“Yang sudah diangkat pertama ini. Kayak ada benjolan keluar nanah. Terus setelah dicek, tahunya ada benda itu di dalam,” jelasnya.

Baca Juga: Kumpulan Foto Terkini Monumen Bom Bali, Tidak Ada Peringatan Tahun Ini

3. Selama 18 tahun harus terus mengonsumsi obat

Kisah Korban Bom Bali I: Capek Saya Masuk Ruang Operasi Berkali-kaliTragedi Bom Bali I tahun 2002 (Dok.IDN Times/Made Mada)

Selain sisa serpihan di payudara, di bagian dalam kepala Tumini juga masih ada gotri. Tumini mengaku tidak ingin mengeluarkan benda asing itu dari tubuhnya sebab sejauh ini tidak begitu mengganggu aktivitasnya. Selain itu ia juga merasa sudah jenuh masuk ke ruang operasi.

“Dari LPSK kan suruh ngangkat. Tapi saya nggak mau. Capek saya masuk ruang operasi berkali-kali. Jadi saya biarin dah, kiranya tidak mengganggu di kepala, saya biarin,” jelasnya.

Saat kepalanya pusing, Tumini mengaku serpihan tersebut seperti muncul dalam tubuhnya dibarengi dengan rasa sakit di telinga. Luka bakarnya pun kadang masih terasa gatal.

“Sampai sekarang saya masih mengonsumsi obat. Delapan belas tahun. Kalau saya gak konsumsi obat, badan saya itu gatal-gatal. Nah, konseling saya juga masih. Kalau gak, saya gak bisa tidur. Susah,” tuturnya.

Kini ibu dari tiga anak ini menyibukkan dirinya dengan berjualan sembako dan nasi lalapan di rumahnya di Jalan Kediri, Kuta, Badung.

Topik:

  • Ni Ketut Sudiani

Berita Terkini Lainnya