Fakta Penerapan Metode Wolbachia di Bali, Disambut Masyarakat

Semoga kasus DBD terkendali ya

Denpasar, IDN Times - Demam berdarah dengue (DBD) di Provinsi Bali masih menjadi persoalan yang mendapat perhatian serius. Salah satu langkah untuk menekan angka DBD ini adalah dengan metode Wolbachia. 

Hal itu disampaikan JFT Epidemiolog Ahli Masya Ditjen P2P Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Asik Surya.

Baca Juga: Peralihan Cuaca, Kasus DBD Di Tabanan Meningkat

1. Masyarakat dukung penerapan metode Wolbachia

Fakta Penerapan Metode Wolbachia di Bali, Disambut MasyarakatNyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopticus pembawa virus dengue. pixabay.com/Pexels

Save the Children Indonesia bersama Yayasan Kerti Praja, Pemerintah Provinsi Bali, Pemerintah Kota Denpasar, dan Kabupaten Buleleng sedang berupaya melakukan pencegahan DBD dengan melibatkan seluruh pihak sejak awal 2023.

Bahwa, Dinas Kesehatan Provinsi Bali telah mencatat 7.068 kasus DBD rentang Januari-September 2023. Sedangkan di Kota Denpasar tercatat 1.305 kasus DBD dengan rentang waktu yang sama.

Sedangkan, survei yang dilakukan instansi terkait menunjukkan sebanyak 95,63 persen masyarakat Kota Denpasar, dan Kabupaten Buleleng mendukung implementasi metode Wolbachia di lingkungan mereka.

Fakta Penerapan Metode Wolbachia di Bali, Disambut MasyarakatANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya

Salah satu warga Denpasar, Putu Sinta Lestari mengaku masih awam dengan metode Wolbachia ini. Namun jika metode ini bagus, dan sudah teruji dalam menangani kasus DBD ia sebagai masyarakat Bali sangat mendukung pemerintah.

"Aku sebagai masyarakat Bali dukung pemerintah untuk menerapkan metode baru ini agar penanganan kasus DB segera teratasi," ujarnya pada Kamis (9/11/2023).

Senada Triwidianti yang tinggal di Denpasar Barat mengatakan memang perlu cara khusus untuk mencegah DBD, apalagi menjelang pergantian musim dari kemarau ke penghujan yang berpotensi meningkatkan kasus DBD.

"Aku berharap jika metode ini sudah layak diterapkan untuk menangani kasus DBD dapat menurunkan angka kematian," katanya.

2. Wolbachia mampu menghambat replikasi virus

Fakta Penerapan Metode Wolbachia di Bali, Disambut MasyarakatJentik nyamuk ber-Wolbachia dalam wadah yang nantinya menjadi nyamuk yang dapat menekan kasus DBD. (IDN Times/Daruwaskita)

Apakah metode Wolbachia? Metode ini merupakan terobosan dari organisasi World Mosquito Program (WMP). Wolbachia adalah bakteri alami yang terdapat di 50 persen serangga yang ada di bumi, dan dinyatakan aman untuk manusia, hewan dan lingkungan.

Metode ini dipilih untuk menangani DBD karena Wolbachia dinilai mampu menghambat replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti sehingga tidak menularkan penyakit DBD, zika, dan chikungunya.

3. Implementasi Wolbachia berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan

Fakta Penerapan Metode Wolbachia di Bali, Disambut Masyarakatfreepik.com/@kasynets_olena

Metode ini telah diimplementasikan di 14 negara sejak tahun 2011, termasuk Indonesia. Di Indonesia Wolbachia pertama kali dilakukan di Yogyakarta pada 2020 lalu. Hasilnya terbukti berhasil menurunkan 77 persen kasus DBD, dan 86 persen rawat inap di rumah sakit.

Lalu Kemenkes mengevaluasi hasil penyebaran nyamuk ber-Wolbachia di Yogyakarta. Dan menyatakan telah cukup bukti untuk memperluas manfaat Wolbachia agar dapat melindungi jutaan orang di Indonesia dari DBD. Metode Wolbachia ini juga dilaksakan di Sleman pada 2021, dan Bantul 2022.

Melalui Keputusan Menteri Kesehatan No 1341 Tahun 2022 metode Wolbachia juga diimplementasikan di lima kota lainnya yaitu Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang, dan Bontang.

Baca Juga: BPBD Bali Catat 75 Kejadian Dampak dari El Nino di Bali

Topik:

  • Ita Lismawati F Malau

Berita Terkini Lainnya