TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Hari Baik Menikah Tahun 2021 Menurut Keyakinan Masyarakat Bali

Udah siap menikah belum?

ilustrasi menikah (pexels.com/Min An)

Pernikahan adalah menyatukan dua insan yang sangat sakral. Makanya harus benar-benar diperhitungkan dengan baik. Suksesnya seseorang mencapai tujuan pernikahan harus berlandaskan beberapa unsur. Yaitu tahu tujuan yang akan dicapai, punya kemampuan untuk melaksanakan tujuan itu, tempat yang baik untuk melaksanakan tujuan itu, dan waktu pelaksanaan yang tepat untuk melaksanakan tujuan itu. Menurut keyakinan masyarakat Bali, itulah yang namanya ajaran sastra.

Dalam keyakinan masyarakat Bali, pernikahan sangat berpedoman pada hari baik. Tentu saja karena semua orang menginginkan pernikahan yang langgeng sampai maut memisahkan. Hari baik juga diyakini turut memengaruhi kehidupan rumah tangga.

Baik-buruknya suatu hari di Bali disebut sebagai Ala Ayuning Dewasa. Yaitu pedoman hidup orang Bali, di mana hari baik dan buruk selalu berdampingan. Seorang penyusun kalender Saka Bali sekaligus praktisi wariga (Ilmu hari baik-buruk) bernama I Gede Marayana akan merekomendasikan hari baik untuk menikah tahun 2021.

Baca Juga: Ini Dia Pria di Balik Penyusun Diagram Kalender Saka Bali

Baca Juga: 6 Doa Hindu Tuntunan Berumah Tangga, Biar Semakin Harmonis

1. Menikah bertujuan untuk menumbuhkan keturunan yang suputra

Ilustrasi Menikah (IDN Times/Arief Rahmat)

Menurut Marayana, yang pertama harus diresapi adalah tujuan menikah itu sendiri. Menikah atau pawiwahan dalam Bahasa Bali bertujuan untuk mendapatkan keturunan yang suputra (Anak yang baik dan berbudi luhur). Jadi, menikah bukan sekadar untuk memuaskan nafsu saja. Karena itu jika seseorang ingin menikah, maka tujuan menikah harus betul-betul dipahami.

“Esensi pawiwahan itu adalah menumbuhkan keturunan suputra. Sehingga harinya sangat disakralkan. Kasus berbedanya dengan mencari bibit ternak, hari baiknya gampang menghitung. Tapi ini mencari bibit manusia, sehingga tujuan, cara, tempat dan waktu amat disakralkan,” ungkap tokoh asal Kabupaten Buleleng ketika diwawancara IDN Times tak lama ini.

2. Ada empat unsur yang harus diperhatikan dalam menentukan hari baik pernikahan

IDN Times/Wayan Antara

Untuk mencari hari baik pernikahan, menurut Marayana ada empat unsur yang harus diperhatikan dalam kalender Saka Bali. Yaitu:

  • Berdasarkan wewaran, hari yang baik untuk menikah adalah hari Senin, Rabu, Kamis, dan Jumat
  • Berdasarkan pawukon, wuku yang seharusnya dihindari yakni Rangda Tiga dan Uncal Balung. Rangda Tiga harus dihindari karena diyakini bisa cerai dan menjadi janda atau duda hingga tiga kali. Wuku yang termasuk Rangda Tiga antara lain Wariga, Warigadean, Pujut, Pahang, Menail, dan Prangbakat. Sedangkan Uncal Balung diyakini bahtera rumah tangga akan menemui sengsara seumpama tulang yang dihancurkan. Uncal Balung dimulai dari seminggu sebelum Galungan (Rabu Pon Wuku Sungsang) hingga 35 hari depan bertemu Rabu Kliwon Wuku Pahang.
  • Berdasarkan pinanggal, yang baik diambil untuk hari baik menikah antara lain pinanggal 1, 2, 3, 5, 7 10, dan 13
  • Berdasarkan sasih, sangat baik melaksanakan pernikahan pada sasih Ketiga (Sekitar bulan Agustus sampai September), sasih Kapat (Sekitar bulan September sampai Oktober), sasih Kalima (Sekitar bulan Oktober sampai November), sasih Kapitu (Sekitar bulan Desember sampai Januari), dan sasih Kadasa (Sekitar bulan Maret sampai April).

Berdasarkan referensi lain, hari baik menikah juga memerhatikan beberapa pertemuan waktu lainnya. Seperti menghindari Ingkel Wong dan Wuku Wayang. Hindari juga Was Penganten yakni hari-hari tertentu seperti Minggu Kliwon dan Jumat Pon Wuku Tolu, Minggu Wage dan Sabtu Kliwon Wuku Dungulan, Minggu Umanis dan Sabtu Wuku Pahing Wuku Menail, serta Minggu Pon dan Sabtu Wage Wuku Dukut.

Baca Juga: 7 Doa Agama Hindu Supaya Mendapatkan Kedamaian Hidup

Berita Terkini Lainnya